Siti Jamiatu Sholihah

Pengawas Madrasah (MTs) Kementerian Agama Kota Cilegon. Lahir di kota Garut, pernah belajar di IAIN SGD Bandung dan SMHB Banten. Pernah mengajar di MAS Assalam ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Gawai Antara Harapan dan Kerusakan Moral

H-590 Gurusiana

Tidak jarang kita temukan perilaku seorang anak yang melawan kepada orang tuanya. Membantah perintah orang tuanya. Penyebabnya karena tidak mau meninggalkan gawainya.

Peristiwa pandemik dua tahun lalu menyisakan kegalauan ada masyarakat. Terutama pada orang tua yang memiliki anak usia sekolah. Di satu sisi gawai sudah menjadi kebutuhan dan media pembelajaran, sehingga tidak bisa ditinggalkan. Di sisi lain dampak yang timbul sangat memprihatinkan. Baik secara sengaja atau tidak sengaja, anak-anak banyak mengekspor pengetahuan mealui gawai. Namun di sisi lain segala konten yang ada di dalamnya begitu mudah diakses. Sehingga setiap anak bisa dengan mudah mengeksplorasi. Sehingga apa yang ditemukan di sana, seringkali dipraktekkan dalam dunianya. Akhirnya mereka tidak malu lagi mealukan hal buruk, karena meniru apa yang dilihat dari gawainya.

Bagaimana mengatasi ketergantungan gawai pada anak-anak in?

Patut docoba teori yang dikemukakan Elly Risman, seorang pakar pendidikan dan psikolog ini, antara lain:

1. Orang tua (ibu dan ayah) memiliki tanggung jawab bersama dalam pengasuhan dan pengawasan. Tidak bisa hanya diserahkan kepada salah satunya saja.

2. Bangun chemistry dengan anak. Karena banyak anak yang tidak merasakan dekat dengan orang tuanya. Sehingga gawai menjadi pelariannya. Ketika terjalain kedekatan antara orang tua dan anak, maka akan mudah bagi orang tua untuk mengendalikannya.

3. Memiliki tujuan pengasuhan yang jelas. Seorang anak jangan dianggap kelinci percobaan. Sehingga jika terjadi kegagalan pada ila pengasuhan ayah, maka akan dicoba dengan pola pengasuhan ibu. Itu tentu sangat membingungkan. Karena tidak memiliki tujuan yang jelas.

4. Bangun komunikasi dengan baik. Tanamkan cara yang sopan dan santun , baik melalui ucapan maupun meluo bahasa tubuh dan kasih sayang.

5. Tanamkan pendidikan Agama secara dini. Ajarkan ketaatan, pahala dan dosa atas perbuatan benar dan salah. Antara dosa dan kewajiban, tolong menolong, dan kepedulian.

6. Bimbing anak memasuki usia pubertas. Pahamkan tentang perubahan yang akan terjadi akibat perubahan hormon.

7. Persiapkan mental anak memasuki era digital. Ajarkan pada anak bagaimana menggunakan gawai secara proporsional. Beri tahu bahwa tidak semua situs dapat diakses secara bebas. Terutama situs-situs yang memberi dampak buruk pada jiwa anak.

Ajarkan mereka bagaimana menjaga pandangan, menjaga kemaluan, membangun pikiran positif, bagaimana agar anak tidak merasa hampa dan mencari perhatian pada gawai. Semoga bermanfaat

Cilegon, 4 Maret 2024

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Intinya, 'maju kena, mundur kena', Bu Hajjah. Mau dibiar, masalah. Mau dilarang (tarik lagi HP-nya) juga masalah. Semoga tindakan orang tua adalah yang terbaik untuk anaknya.

06 Mar
Balas

Mantap. Hatur nuhun, Ambu

05 Mar
Balas

Sulitnya meninggalkan gawai..itulah masalahnya sekarang bunda

05 Mar
Balas

Terima kasih ulasannya Bunda.

04 Mar
Balas

Keren ulasannya, bunda. Smga banyak ortu yg sadar pend karakter anak.

05 Mar
Balas

Siip parentingnya, Bu. Terima kasih ulasannya. salam bahagia.

05 Mar
Balas

Istimewa ulasannya bunda

04 Mar
Balas

Terima kasih hadirnya Pak Tito. Salam kenal

04 Mar



search

New Post