H-637 Gurusiana

Sepanjang perjalanan sejarah, kita diingatkan pada seorang tokoh sejarah tentang sosok Kartini yang anggun, penurut, dan pintar. Namun sosok kepiawaiannya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan menjadi keistimewaannya.

Sosok pejuang perempuan itu menjadi ikon bagi perempuan Indonésia, perempuan yang diwarisi nilai-nilai pejuang hak asasi.

Namun seiring waktu, nilai-nilai moral dari pribadi Kartini ini mulai memudar. Nilai akhlak mengalami krisis, mengikis akhlak para Kartini muda yang mulai hidup memaknai emansipasi.

Tidak sedikit perempuan yang merasa lebih pintar dan lebih segalanya dari pada seorang laki-laki, berperilaku sombong. Banyak para istri yang bersikap merendahkan suaminya. Karena dirinya merasa lebih memiliki kepandaian. Lebih dihargai, dan lebih dipuja puji. Apalagi punya punya kekebihan paras yang cantik dan kedudukan yang tinggi.

Di sisi lain, para lelaki yang tidak punya nyali, bertekuk lutut di ketiak para wanita emansipasi , menambah percaya diri pada sosok wanita yang makin miskin etika. Pada kehidupan nyata, tak sedikit para suami pasrah berada pada ujung telunjuk istrinya. Ini menunjukkan bahwa para wanita berada pada krisis emansipasi yang mengalami pergeseran nilai-nilai moral dan etika. Di antara mereka banyak yang lupa bagaimana menghargai suami sebagai pemimpin keluarga. Dan para istri terlena dalam balutan emansipasi wanita.

Selamat hari Kartini. Mari kembali kepada fitrah sesungguhnya.

Cilegon, 21 Apri 2024