Siti Jumilati

Kebahagian akan datang jika tidak pelit untuk berbagi.... ketenaran dan kebenaran hanya milik Allah, maka tak selaknya kita sombong diri Be smart and be wise...

Selengkapnya
Navigasi Web
SAD

SAD

Pukul 02.25 menit dini hari aku terbangun dari tidurku, lelap yang baru saja aku nikmati selama kurang lebih tiga jam yang lalu terganggu oleh alarm hp yang memang aku on pukul segitu dua lewat dua puluh lima menit. Yah aku baru beristiharat jam 22.54 wib setelah seharian aku disibukan dengan rutinitasku sebagi ASN dan juga ibu dari dua bocah kecil yang dititipkan Allah kepadaku.Ruang pertama yang aku tuju dari bagian rumahku adalah dapur. Aku merapikan ruang kerjaku yang utama ini dan mempersiapakan apa saja untuk suami dan anak-anakku yang masih tertidur, aku memasak sarapan dan banyak makanan karena kebiasaan anakku pasti akan membuka kulkas untuk mencari makanan kecil sepulang mereka dari sekolah. Aku memang memilih tidak menggunakan asisten rumah tangga setelah anaku memasuki usia SD, menghemat anggaran pikirku, karena gaji ASN biasa ditambah gaji karyawan biasa yang diberikan oleh suami belum juga mampu menutupi kebutuhan rutin setiap bulan. sehingga aku melakukan semuanya sendiri. Hari ini adalah hari yang sudah aku persiapakan dua minggu sebelumnya, Bedah SKL dan workshop. Semuanya telah aku persiapan mulai dari tiket PP dan penginapan selama aku mengikuti acara tersebut. Urusan dapur selesai aku bergegas mandi dan sholat subuh aku tak ingin tertinggal oleh kereta yang sudah terjadwal pukul 05.20. Kupikir jika aku start dari rumah pukul 05.00 tepat aku akan memiliki banyak waktu. ketika semuanya telah siap perlahan kudekati anakku kucium keningnya perlahan agar tidak mengganggunya tapi ya Allah....sikecil terbangun suhu badanya tinggi dan menangis begitu menatapku mungkin perasaanya tahu bundanya akan pergi, karena tak biasanya dipagi yang masih buta ini aku sudah rapi dengan sepatu dan backpack yang menempel dipunggung. kuraih tubuh kecilnya dan dia memelukku erat seakan tak ingin berpisah " bunda jangan pergi" begitu tangisnya.

"sayang kemarin kan dede sudah janji kalau bunda boleh diklat selama dua hari" aku berusaha menengkan hatinya walaupun hatiku sendiri kacau, bagimana mungkin aku akan tenang selama diklat disana kalau aku meninggalkannya dalam keadaan yang seperti ini. Yah tadi malam memang aku sempat mengantarkan ke dokter untuk pemeriksaan lanjutan karena kemarin tidak bertemu dengan dokter spesialisnya. Aku mengira setelah mendapat penangan dokter dan menperoleh obat pereda nyerinya semua kan baik-baik saja ternyata tidak.

ya Allah aku mulai kacau, rasa egoisku mengatakan tidak apa-apa berangkat saja moment ini adalah moment yang sudah lama dipersiapakan jadi jangan mensia-siakan kesempatan, semua akan baik-baik saja. Tapi hatiku tersayat melihat sorot mata yang begitu memohon dengan berurai air mata. Bujuk suamiku tak mendapat tempat dihatinya. Tangisnya semakin menyakiti hatiku memporak porandakan semangat dan gairah yang sudah terbangun sejak dua minggu yang lalu. sementara jarum detik terus bergerak bergeser dari angka lima aku tertinggal sepuluh menit tanpa aku mampu melakukan sesuatu.

Ya Allah mengapa aku begitu sombong, begitu angkuh dan begitu yakin aku akan memperoleh sesuatu yang sudah kupersiapakan dengan baik. Aku mengabaikan Engkau, aku lupa bahwa penetu segalanya adalah Engkau Ya Allah. Astaghfirullah al'adim...

Aku menurunkan backpack dari punggungku dan tangan kecil itu tak juga mau melepaskan peluknya dari tubuhku, perlahan ku keluarkan isi backpacku, laptop, power bank, surat tugas, pakaian ganti dan semua yang suduah aku persiapakan dari kemarin dari dalam tasku.

"bunda ga jadi pergi sayang, bunda temani dede saja ya, kita minum obat yuk" kataku sambil meraih tubuh kecilnya kedalam dekapku. Apa arti bahagiaku bila harus melihat tangismu nak. Walau dengan hati yang berat sedih dan kecewa aku memutuskan membatalkan keberangktanku. Aku menarik nafas dalam kemudian kuhembuskan perlahan sebersit penyesalan aku hampir mensia-siakan amanat yang Allah titipkan kepadaku. Ya Allah semoga Engkau mengampuniku. Semoga aku mampu menjaga amahMU dan mempertanggung jawabkannya kelak dihadapMu. Aamiin........

Pemalang, 18 September 2018

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Naluri seorang ibu yang tidak bisa membohongi perasaannya.....tetap semangat menjadi ibu yang dicintai oleh putra-putrinya.....salam kenal Bun...

18 Sep
Balas



search

New Post