Penulis : Siti Juwariyah

Tantangan menulis hari ke-22

Malam itu bang ali tertunduk lesu saat berjalan keluar rumahnya. Didorongnya gerobak usang yang setia menemaninya selama 13 tahun bekerja memecah malam. Asap mengepul dari kompor arang membuat mood makan pelanggan jadi naik. Yah... dialah bang Ali si pedagang cilok keliling yang klasik banget. Di gerobak bagian depan juga tergantung berbagai minuman serbuk kesukaan anak-anak muda yang nongkrong. Sejak pagi tadi bang ali menahan keluh kesahnya sambil geleng geleng kepala sembari pula terdengar lirih lantunan istighfar dan sholawat dari mulutnya. Yah, pagi tadi anak pertama bang ali sakit demam tinggi dan harus dirawat inap disebuah klinik. Eitsss... belum selesai disitu ujian hari ini, jelang saat istrinya akan menggantikan bang Ali menjaga anaknya yang sakit, istrinya ditagih rentenir yang angka tagihannya sekitar 300 ribu.... menurut kita sih angka itu biasa dan mungkin dalam sekejap kitya bisa mendapatkannya... namun bagi keluarga bang aliitu bagaikan angka yang bermilyar milyar..... maklumlah, semenjak pandemi, pendapatannya tidak seperti dulu.... utu pun dulu masih terseok seok untuk makan dan memenuhu kebutuhan sekolah anaknya. Bisa diyangkan konodisinya sekarang saat pandemi begini....

bakda magrib bang ali berangkat mendorong gerobak ciloknya berkeliling komplek. Yach.... sepi banget, maklum, kondisi sedang gerimis setelah sejak ashar tadi hujan deras sehingga menimbulkan banjir kecil di perumahan Panorama Indah. Bang ali berjalan gontai, sesekali dia berteriak : cilok...cilok hangat.... kopi....kopi jahe.... jahe hanagt... es limun.. dan yang menjawab kesunyian yang terlarut dalam rintiknya gerimis malam itu.... didorongnya kembali gerobak itu berkeliling disekitar taman kota..... dan sekali lagi hanya sepi yang ditemuinya.... bang ali hanya bergumam : wahai Gusti Allah.... gimana ini? Bantu hamba Gusti.... diytengoknya jam di layar hape poliponik miliknya dan waktu menunjukkan sekarang jam 22.48 malam.... ah ya Allah , begitu gumamnya..... sejenak dia berfikir akan pulang sajamenemani anaknya yang sedang dirawat.

Belum selesai bang Ali bergumam, tiba-tiba lewatlah truk dan pick up melewatinya dan berhenti disebuah halte disamping indomaret kota. Nampaknya sih rombongan pengajian yang pulang kehujanan dan berhenti sejenak karena menurunkan penumpang yang mungkin rumahnya disekitar indomaret. Beberapa dari anggota rombongan itu memanggil bang ali... sontak bang ali tersenyum bahagia, yah... iini pembeli pertamnya dilarut mala ini.. tidak sampai disitu, setelah beberpa orang yang membeli ciloknya diawal tadi berteriak ke rekannya yang lain kalo ciloknya enak sekali dan beberapa juga menwari rekannya ngopi... serta merta semua anggota rombongan beramai ramai menyerbu gerobak bang ali.... subhanallah...alhamdulillah.... trima kasih Ya Allah....gumam bang ali.... walhasil, malam itu dagangan cilok dan minuman milik bang ali ludes dibeli rombongan pengajian tadi.... dan yang membat bang ali kaget adalah ketika dia menghitung pendapatannya malam itu, kepala geleng geleng nlalu sujud syukur.... YA Allah... Masya Alllah... trima kasih Gusti.... padahal modal dan pendapatan hamba 180 ribu tapi ENGKAU beri hamba riski hingga 570 ribu....

Disitulah bang ali menangis syukur sesengukan.... akhirnya bang ali berkata... wahai Gusti... kali ini hamba pasrah padaMU... inna sholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahirobbil alamin.... trimakasih Gusti.....