siti khusnul khotimah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

DUA IKAN

#TantanganGurusian

tantangan hari ke-79

DUA IKAN

Tadi malam sekitar pukul 23.00 hujan turun. Awalnya gerimis dan butirannya membuat cuaca segar. Di bawah pantulan cahaya lampu dapur, Ibu memindahkan jemuran kain-kain lap yang dari sore di jemur.

"Ayah, hujannya cukup besar. Ini harus ditutup." Kata ibu pelan agar tidak terdengar oleh anak-anak.

Anak-anak sangat nyenyak, karena sejak tadi merasa gerah sehingga tidur di lantai, dan baru saja pindah ke kamar masing-masing. Mereka terlelap.

Ayah membereskan ventilasi yang sejak siang di buka penuh. Mereka berdua terlanjur tidak bisa segera tidur. Matanya tidak bisa terpejam, mau bercerita pun waktu sudah larut malam. Lampu dibyalakan setengah redup, aroma terapi kamar sangat semerbak. Pintu ditutup dan masing-masing menegang bantal guling.

"Bu..." panggil Ayah pelan sambul tangannya menyentuh bantal Ibu. Ibu melepaskan bantal dan merapat ke Ayah.

"Yah, aku mau tidur dulu ya, entar bangunkan saat Ayah tahajut." Jawab Ibu.

"Ayo sekarang saja, biar tidurnya enak dan subuh tidak terlambat." Sahut Ayah.

Mereka ke kamar mandi kemudian ke ruang tengah. Lampu tidak dinyalakan, karena hawatir anak-anak terganggu.

Pagi hari udara sangat segar. Tanaman hijau seajan bersyukur atas tersiramnya semalam. Udara meneronos jendela sangat sejuk. Rumah mulai ramai sholat subuh berjama'ah di teras. Ayah dan anak lelakinya tidak ke masjid kerena stay at home.

Seperti biasanya acara berjemur lima belas menit sekitar jam sepuluh pagi mereka lakukan. Panas matahari cukup menyengat, udara tetap segar karena jalan raya tidak banyak polusi udara. Demikian juga gang perumahan sedikit pengguna jalan.

"Bumiku tersenyum, jika keadaan damai seperti ini." Kata ibu yang berjemur di gang sambil membelai dedaunan tanaman hias.

"Uleeeeet..." seru Ibu tiba-tiba.

Semua terkejut dan si kecil langsung mengaktifkan kamera.

Ayah berjemur sambil memetik cabe dalam poly bag, dan anak -anak bermain ulet. Ibu meninggalkan mereka dan menunggu di teras.

Beberapa saat kemudian semua cuci tangan dan melihat galeri kamera.

"Masya Allah bunga matahari sudah bertambah yang mekar." Kata Ibu.

Ramai mereka masuk rumah dan kembali ke acara daring masing-masing. Dan Ayah ke luar rumah.

Siang hari Ayah pulang membawa dua ikan bakar. Makan siang bersama di lantai dengan saling bercerita. Damai dan nyaman .

Si kecil sangat senang ikan bakar. Sambil menikmati dia berkata riang.

"Ikannya masih banyak. Nanti dimasak pedas ya Bu sisanya."

Ibu menganggukkan kepala. Matanya melirik Ayah. Seakan membenarkan kslau belinya terlalu banyak. Ayah tersenyum.

Ayah menambahkan kabar.

"Tahu gak? Di pinggir pantai tadi sepi. Penjual ikan jarang pembelinya. Ayah beli ini karena kasihan."

"Mahal gak Yah?" Tanya kakak ragil.

"Biasa kok. Malah ini dapat tambahan terong bakar kita." Jawab Ayah.

"Oh... kasihan pedagang kecil ya kalau sepi." Sahut kakak ragil yang baperan.

"Ya. Insya Allah rizki dah diatur oleh Yang Maha Adil. Semoga corona segera pergi dan tidak ada lagi virus lain di negeri ini." Kata Ibu mendamaikan perasaan.

"Na kalau ada vorona saja kita masih santai beribadah, kan ngeri kalsu ada virus lain yang lebih berbagaya." Sambung Ayah.

"Yang penting dua ikan ya Bu, masak yang enak nanti." Pinta si kecil melanjutkan makan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post