Siti Komariah

Namaku Siti Komariah, Nama kecilku "Lilis" aku seorang guru TK yang sejak lulus SMA sudah mulai belajar untuk mejadi seorang guru Taman Kanak-kanak. Asalku dari...

Selengkapnya
Navigasi Web

MISTERI PASIR GEULIS

Kang Iyan baru saja istirahat setelah mengantar penumpang ojeknya ke desa kaler. Tidak terlalu jauh, jaraknya hanya sekitar satu kilometer dari pangkalan ojek.

Memang hari itu kang Iyan berniat mencari penumpang sebanyak banyaknya. Mengingat sebentar lagi lebaran. Anak di rumah sudah berisik. Selalu bertanya kapan mau dibelikan baju lebaran. Istri kang Iyan juga gak mau kalah minta dibelikan gamis hitam bordiran tasik yang lagi ngetren.

" Pak ayo beli baju ... oneng, endin sama mumun udh beli baju di kota, aku malu pak gak punya baju baru" rengek jang dodo anak semata wayangnya.

Sudah seminggu ini jang dodo merengek terus setiap hari,tapi sayang uang hasil ngojek hanya cukup untuk beli kebutuhan dapur, belum ada lebihnya untuk kebutuhan lain. Oleh karena itulah kang Iyan hari ini niat lembur, Dia mau ngojek dari pagi sampai malam. Mudah-mudahan dengan demikian kang Iyan bisa beli baju lebaran buat jang Dodo dan istrinya.

Selepas Sholat asyar di masjid dekat pangkalan, Kang Iyan segera tancap gas menuju pasar tradisional yg jaraknya sekitar 500 meter.

"Mudah-mudahan di pasar banyak orang pulang belanja, lumayan beberapa kali narik lagi sudah cukup banyak uang terkumpul, besok aku ajak anak dan istruku ke pasar tasik untuk beli baju lebaran" guman kang Iyan dalam hatinya.

Sesampai di pasar, mata kang Iyan bergerak lincah mencari calon penumpang sambil berteriak.....

"Ojek ojek ojek.... mangga teteh, akang, ibu bapak... naik ojek saya, bonus angkat barang blanjaan...."

"Antar saya ke pasir geulis kang" tiba-tiba seseorang menepuk pundak kang Iyan dari belakang. Seorang bapak setengah baya sudah berdiri di belakang kang Iyan dengan sekardus barang dagangan berupa makanan anak-anak seperti chiki, wafer, permen dan lain-lain.

"Oh mangga mang... hayuk....""brangkaaaaaat"

Walaupun masih kaget kang Iyan segera menyalakan motornya. Dan lansung ngacir menuju kampung pasir geulis dengan membawa penumpang tadi. Di jalan mereka bercakap-cakap sekedar mengusir kejenuhan karena sehari ini betul- betul lelah setelah mengantar penumpang kesana kemari.

" Maaf mang klo boleh tau nama amang siapa? Sudah lama tinggal di kampung pasir geulis, soalnya seingat saya, saya belum pernah melihat amang" tanya kang Iyan membuka percakapan.

"Oh nama saya Ucu, panggil aja mang Ucu, sudah sekitar 20 tahun saya tinggal disana, yaaah.. beginilah sambil jualan makanan anak- anak." Jawab mang Ucu menjelaskan."

"Oooh...iya atuh..mudah-mudahan lancar ya jualannya." Jawab kang Iyan menimpali penjelasan mang Ucu.

Tak terasa perjalanan sudah hampir sampai di kampung pasir geulis. Jalan mulai menanjak melewati pekuburan pasir geulis yang berbukit-bukit. Tiba-tiba mang Ucu menepuk pundak kang Iyan sambil berteriak. " berhenti...sdh sampai" kontan saja mang Iyan mengerem motornya. Sambil keheranan kang Iyan bertanya. "Disini mang..... Bukannya perkampungan penduduk diatas sana?"

"Oh gak..rumah saya disini, nanti malam rame ada pasar malam" jawab mang Ucu. Mang Ucu mengeluarkan uang lembaran sepuluh ribu dan memberikannya kepada kang Iyan. Kang Iyan menerimanya sambil mengucapkan terima kasih dan langsung memasukkan uang itu ke kantong jaketnya. Kang iyan clingukan..mencari - cari dimana ada rumah, tapi tak terlihat satu rumahpun. Yang ada deretan kuburan yang berbaris cukup rapi.

Hari semakin sore, matahari mulai tampak redup, apalagi disitu memang sepi, hanya ada deretan kuburan dengan pohon-pohon besar serta bunyi tonggeret,sejenis binatang langka yang hanya ada di perkampungan sepi.

"Mang rumah amang dimana, disini gak ada rumah" Kang Iyan bertanya sambil keheranan. Matanya masih mencari cari ke setiap arah. Tidak ada yang menjawab pertanyaan kang Iyan. Kang Iyan membalikan badanya ingin untuk mengetahui jawaban mang Ucu yg belum menjawab pertanyaannya. Akan tetapi..

"Mang... mang uccu.." dimana mang Ucu, tak ada seorangpun disana, padahal baru beberapa detik kang Iyan membelakangi mang Ucu. Tiba-tiba bulu kuduk kang Iyan berdiri. Hiiiiy..... kang Iyan langsung tancap gas. Dengan kecepatan tinggi kembali ke pangkalan.

Sampai di pangkalan ojek kang Iyan turun dari motornya.. kakinya lemas, keringat dingin, jantungnya berdebar kencang. Kang Iyan lansung jatuh terduduk di bawah bangku, lama terdiam sambil mengatur napas yang masih terlihat ngos ngosan. Tiba-tiba kang Iyan teringat uang sepuluh ribu yang diberikan mang Ucu. Segera tangannya merogoh kantong jaket. Dan... "haaaaaaaah.....!"

Selembar daun kamboja keluar dari kantong jaket kang Iyan.

.

.

TAMAT

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post