Siti Komariah Hasibuan

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Rindu Tak Berbicara ( Part II )

Rindu Tak Berbicara ( Part II )

“Apa yang sedang Mini lakukan?, Mengapa begitu lama Ia memandanginya?, bahkan melihat wajahnya sebentar saja sudah membosankan bagiku, dia memang bukan tipeku” bisikku dalam hati.

Meskipun Aku seorang perempuan namun aku masih sulit mengerti mengapa perempuan selalu menggunakan perasaan dalam segala aktivitas dan kegiatan yang dilakukan. Mungkin saja itu menjadi salah satu alasan mengapa perempuan lebih sedikit yang berpartisipasi untuk memperbaiki sistem yang sedang diobrak-abrik demi sebuah eksistensi di negeri hiruk-pikuk ini yang dipenuhi oleh tikus-tikus berdasi.

Semuanya mengalir begitu saja, semenjak bertukar nomor whatsapp mereka semakin dekat dan akrab sering berkomunikasi dan bercerita, sesekali mereka bertukar kabar melalui via suara bahkan saling menceritakan masa lalunya yang sama sama ditinggal sang pujaan hati.

Mono mampu membuat Mini tersenyum dan tertawa bahagia semenjak mereka bertemu. Sesekali Mono mengajak Mini berjalan-jalan di taman kota menikmati hembusan angin dan melihat anak-anak yang bermain ayunan. Tidak ada kata yang keluar dari mulut mereka, keduanya terdiam bingung untuk memulai pembicaraan. Untungnya si penjual Ice Cream yang telah memperhatikan mereka sejak lama berada di bawah pohon tak jauh dari mereka datang dengan membawa dua cup Ice Cream dan memberikannya kepada Mini dan Mono. Sontak saja mereka berdua kaget.

“Min kamu pesan Ice Cream?” tanya Mono. “Enggak kok, kan dari tadi kita berdua duduk disini” sambut Mini.

Madung ma i da unang bardobat hamu di si, ambil sajo ma on buat hamunu anso inda marsi mikim-mikiman hamu di si ( sudahlah jangan berdebat, ambil saja Ice Cream ini buat kalian biar tidak terus-terusan diam )” Ucap si penjual Ice Cream yang berada dihadapan mereka berdua.

Sontak saja Mono kaget mendengarnya berbicara sebab tidak mengerti apa yang dia bicarakan. Berbeda dengan Mini Ia justru mengerti yang di ucapkan oleh si penjual Ice Cream.

“tong pore do on pak? ( jadi ini gratis pak? )” sambut Mini.

Olo unang pala bayar da ( ia, itu gratis gak usah di bayar ). Malo do tong ho marbahasa Batak Mandailing, boru aha do ho nang? ( pandainya kamu berbahasa Batak Mandailing, kamu ini boru apa nak? )” tanya si Bapak kepada Mini.

“Boru Simatupang, tarimo kasih da pak. ( boru Simatupang, terima kasih ya pak )” “Olo-olo nang ( iya nak )” jawab si penjual Ice Cream sambil pergi.

Mono hanya terdiam mendengar pembicaraan Mini dan si Penjual Ice Cream.

“ah sial, lagi-lagi mereka bicara dengan bahasa alien yang tidak dapat ku mengerti” bisik Mono dalam hati.

Begitulah mereka selalu menghabiskan waktu berdua, bercerita hal-hal yang lucu sambil tertawa, sesekali bercerita tentang masa depan yang ingin mereka tuju. Benar-benar sepasang manusia yang sedang dilanda asmara.

Wanita mana yang tidak menaruh rasa jika diperlakukan dengan istimewa?, begitu juga Mini yang diam-diam menyukai Mono.

Sayangnya Mono sama sekali tak peka terhadap apa yang dirasakan oleh Mini. Atau mungkin saja dia berpura-pura tidak mengetahuinya.Meski begitu Mini lebih memilih diam dan menyembunyikan perasaannya rapat-rapat, sebab ia belum siap untuk merasakan luka yang kesekian kalinya.

Mini terlalu rapuh saat dihadapkan dengan perasaan. Serapuh dedaunan yang mengering berguguran dari pepohonan. Dia telah diperbudak oleh perasaannya sendiri. Meski Mini sangat realistis ternyata dapat berubah sangat drastis jika berurusan dengan lelaki.

“Mini oh Mini, mampukah dirimu menanggung rindu sendiri meski Mono tidak dapat mengetahui?”

“ mengapa kau biarkan rindu itu tumbuh kepada lelaki yang hanya mampir sekedar untuk basa-basi.

Mampukah kau mengendalikan gejolak hatimu yang tengah membara meski api telah di padamkan?

Bukan aku meragukanmu, hanya saja aku tahu bahwa semua itu tidak semudah mentari yang terbit di pagi hari juga tidak semudah senja yang berlalu pergi saat malam datang kataku dalam hati”.

Ternyata semua tak lagi seindah saat pertama, setelah dua puluh empat minggu berlalu Mono tak lagi memberi kabar pada Mini bahkan untuk sekedar basa basi, sikapnya telah berubah 180 derajat menjadi dingin bahkan lebih dingin daripada salju-salju yang jatuh ke bumi dan menyelimuti pepohonan yang hijau. Mini mencoba mengirim pesan pada Mono tetapi tidak di balas, menelepon Mono hingga belasan kali namun tidak di angkat. Beberapa kali menemui Mono dan mengajaknya berbicara namun Mono tidak memberi respon sama sekali. Dua hari kemudian Mini kembali mencoba berkomunikasi pada Mono melalui whatsapp messenger tetap tak ada balasan hingga kini padahal Mono baru saja aktif dan update status.

Sepertinya Mono telah lari setelah memberikan harapan pada Mini. Dia bukan laki-laki sejati yang memilih untuk pergi saat sudah membangunkan cinta Mini.

Mengapa lelaki senang sekali bermain dengan perasaan, dengan mudahnya mereka hadir memberi kenyamanan menyiraminya dengan perhatian hingga menumbuhkan sebuah harapan namun pada akhirnya meninggalkan. Benar kata Bob Marley bahwa lelaki pengecut adalah lelaki yang membangunkan cinta seorang wanita namun tak berniat untuk membalasnya.

“Mono adalah lelaki pengecut dan pecundang yang tak pantas untuk dicintai bisik Mini dalam hatinya”.

Meski terasa menyakitkan ini adalah akhir dari sebuah perjalanan yang telah ditakdirkan. Tidak ada yang dapat memahami jika berbicara mengenai hati. Meski ia sebuah benda mati namun kerap kali diperlakukan dengan tidak pasti.

Rindu yang tengah tertahan pun mulai terasa menyakitkan, semakin hari semakin menggebu namun tak punya tempat untuk berlabuh. Biarkan saja ia tumbuh meski pada akhirnya ia akan layu ditelan waktu. Perihal rindu kita semua pecandu.

Selesai.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Suka saya membacanya. Bhs daerahnya info baru buat saya yang orang Jawa. Salam literasi dan salam kenal

05 Aug
Balas

Terimakasih bu Susi sudah mampir, salam kenal kembali

05 Aug

Keren ceritanya ibu cantik.. Mantap.. Salam santun

05 Aug
Balas

Terimakasih ibu yang lebih cantik

05 Aug

Keren ceritanya bun... salam sukses selalu

05 Aug
Balas

Wah terimakasih bu Solvia, salam sukses kembali

05 Aug

Moni dan mini besok Juli dan Joni Bu hhmmm, mantap ceritanya Bu. Ditunggu evisode berikutnya

05 Aug
Balas

Motor tank bawa kayuTengkyu pak ju

05 Aug



search

New Post