Tidak sedikit perempuan yang melakukan perkerjaan yang menguras tenaga, misalnya perempuan desa yang pekerjaannya di sawah, mereka akan melakukan cabut benih padi sampai tanam benih dan bahkan sampi panen. Semuanya dilakukan karena mereka merasa punya tanggung jawab untuk membantu pekerjaan suaminya. Tidak hanya pekerjaan itu saja. Karena sebenarnya sebelum mereka membantu para suami, mereka sudah mengurus terlebih dahulu keperluan anak-anaknya.

Itu hanya sekelumit kisah perempuan tangguh yang sudah lazim melakukan pekerjaan-pekerjaan tersebut. Sedangkan kisah ini saya ambil dari cerita kehidupan sorang perempuan yang menurut saya luar biasa. Sebut saja namanya Ibu Anis. Pertama kali saya kenal beliau kira-kira pada tahun 2008, saat beliau melamar untuk menjadi tenaga pendidik di sekolah tempat saya mengabdi.

Kisah kehidupan yang menarik bagi saya bukanlah pada saat saya pertama kali kenal dengan beliau, tetapi disaat beliau sudah mengabdi selama kurang lebih 3 tahun. Seperti biasa para ibu-ibu pasti ada saja yang di perbincangan di sela-sela waktu mengajar. Kebetulan beliau menceritakan kisah kehidupannya sebelum beliau mengabdi disekolah kami,

Beliau menceritakan kalau dulu kehidupannya percah sukses, tetapi karena seuatu hal, kehidupannya berubah 100%, harus berangkat dari nol lagi, rumam masih kontrak, harus pindah dari tempat satu ke tempat yang lain. Beliau memiliki seorang putra, tetapi beliau sangat berhati baik, beliau merawat putra saudara nya untuk di jadikan putra yang kedua, karena ibu anak tersebut mengalami sakit gangguan saraf, yang menyebabkan dia tidak mau pada anaknya sendiri. Oleh karena itu Ibu Anis merawat anak tersebut.

Saya punya pemikiran kalau beliau sangat luar biasa, karena beliau adalah orang yang sangat ulet dalam bekerja, apapun pekerjaan dilakukan asalkan bisa menghasilkan uang, selain mengabdikan dirinya sebagai GTT di sekolah kami, beliau sempat membuat berbagai macam gorengan dan juga membuat sayur matang yang di sebut dengan buntil, makanan tersebut dititipkan pada pedagang makanan di pasar sore dekat tempat kontakannya.

Yang mebuat saya salut adalah, ketika beliau merawat anak lagi, yang dijadikan putra ketiga, anak tersebut adalah seorang yatim piatu yang masih berumur 7 tahun, beliau merawatnya dengan ikhlas, tanpa ada keluhan sedikitpun. Untuk memenuhi kebutuhan ketiga putranya, beliau membuka les privat untuk anak-anak mulai jenjang pendidikan SD sampai SMP, les privat tersebut dilakukan bersama suaminya. Murit les privat lumayan banyak. Sehingga Ibu Anis harus membuat jadwal yang disesuaikan dengan jadwal mengajar/mengabdi di sekolah kami, supaya keduanya bisa berjalan dengan lancar.

Di sekolah kami, ibu Anis adalah seorang guru prakarya, walau basic sarjananya bukanlah prakarya, tetapi beliau berijazah ekonomi, meski demikian beliau tetap semangat untuk mempelajari berbagai karya yang di butuhkan oleh anak-anak yang ada di sekolah kami. Ini merupakan hal yang mebuat salut saya dengan apa yang belaiu lakukan, beliau selalu membuat hal-hal yang baru dalam berbagai macam jenis karya, khususnya menjahit baju dan mendesain, membuat kain batik dan masak memasak.

Beliau adalah perempuan tangguh yang menghidupi ketiga putranya walau kedua anak tersebut bukanlah anak kandungnya, meski kondisi kehidupannya belum menentu, tetapi karena tekad yang kuat, beliau bisa membesarkan anak-anak tersebut bersamam suaminya.

Yang terpenting adalah beliau tetap menjalankan tugasnya dalam mengabdikan dirinya di sekolah kami dengan baik, tetapi beliau juga mnegerjakan pekerjaan lain dengan penuh kesemangatan yang lauar biasa. Inilah kartini masa kini, atau perempuan tangguh. Semoga selalu di beri kekuatan oleh Allah Swt. Amiin

Selamat Hari Kartini