Siti Mugi Rahayu

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Aku yang Tak Sempurna

(1)

Motor yang kulalui melewati beberapa orang mahasiswa yang sedang menunggu angkot. Gerimis ini tak membuat mereka risau.

Aku jadi ingat ketika SMA dan aku mendaftarkan diri ikut jalur undangan. Aku pilih IPB karena aku memang pernah ikut lomba ilmiah dan menang. Ini tiket andalanku karena aku tak mungkin mengandalkan nilai rapor. Dan aku gagal. ternyata tidak mudah masuk perguruan tinggi negeri, walaupun kita memiliki prestasi.

Jadi, ketika melihat orang lain kuliah di IPB, entah mereka berasal dari mana, aku justru pergi dari kota ini. Gak diterima di kampus yang satu kecamatan sama rumah kita itu rasanya sedikit sakit. Mendesir perlahan menyusupi relung hati.

Ya, sudahlah. Takdirku tidak tergores di kampus biru itu. Aku dibutuhkan negeri untuk mengabdi menjadi seseorang yang lain.

"Nanti juga keterima," kata ibu menghibur. Hari itu adalah hari pengumuman lolos tidaknya undangan masuk PTN.

Aku tidak berani membuka koran yang sudah aku beli subuh tadi di terminal. Dia tergolek saja di atas meja.

Siang hari, lewat temannya, kakakku memberi kabar bahwa aku lulus. Lulus? Yeay! Lulus? Masa sih? Aku tak percaya lho, ya. Aku lulus?

Aku masih tetap tak berani membuka koran. Kupandangi saja dia yang tergeletak di atas meja. Ada rasa takut yang luar biasa. Aku takut tidak bisa kuliah. Bapak sudah gak ada. Ibu hanya ibu rumah tangga yang mengandalkan tempat pencucian mobil yang sudah butut. Harus bagaimana menghadapinya?

Tapi, kakakku kan bilang aku lulus. Lalu, kenapa aku harus ragu?

Tanganku segera meraih koran nasional itu dengan agak gemetar. Tak karuan aku buka koran itu. Namun, rasanya ada ratusan nama yang sudah kutelusuri satu persatu dan namaku belum juga nampak. Detak jantung rasanya semakin tak karuan. Aku benar-benar takut aku tidak lulus. Bagaimana aku bisa kuliah kalau tidak di PTN? Ya Allah. Begini ya rasanya berharap banget.

Deg! Rasanya jantungku berhenti berdetak sesaat. Ada namu tertulis di sana. Kuteliti lagi apakah benar namaku. Yes! Aku cocokkan dengan nomor peserta ujian. Ternyata memang aku lulus. Ya Allah, terima kasih.

Aku merasakah senyumku merekah lebar. Tapi aku tak bisa berteriak. Tak ada siapa pun di rumah ini yang bisa aku jadikan tempat menumpahkan bahagiaku.

Ya Allah, aku bahagia sekali saat itu.

Ibu, terima kasih. Aku bisa begini pasti karena doamu.

Ah, ibu memang selalu jadi yang terbaik buat si manusia tidak sempurna ini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kemenong aja smp nyasar naek angkot

12 Mar
Balas



search

New Post