Sulitnya Mengamalkan Ilmu Sabar dan Ikhlas (4)

Saya sedang membaca sebuah kisah, tentang sebuah keluarga muda yang menanti kehadiran buah hati menghiasi hari-hari mereka. Bilangan tahun terlewati dengan kesepian sampai akhirnya penantian itu pun hadir. Yes, keadaan yang memang nyata dialami banyak keluarga. Bagaimanapun, adanya anak melengkapi kebahagiaan keluarga, walaupun belum tentu kehadiran mereka membuat kebahagiaan itu abadi.

Waktu bergulir, si anak bertambah usia. Namun, saat teman-temannya berlari kesana kemari, ia tak kunjung bisa berdiri. Setelah dibawa ke rumah sakit, dokter mengatakan kemungkinan anak ini akan lumpuh seumur hidupnya karena sebuah penyakit. Gelap gulita seketika hidup sang ayah yang baru saja dirumahkan itu. Satu persatu kebahagiaan itu lenyap. Rasa sedih dan frustasi menyelimuti dirinya. Senyum pun hilang dari keluarga itu.

Ah, inilah hidup. Kita sering menghadapi masalah yang menurut kita sudah sangat sempurna, tetapi Yang Mahakuasa mengatakan bukan itu makna semua pemberian. Sungguh ilmu ikhlas menjadi sebuah ilmu yang sangat sulit diterima.

Saya jadi ingat ketika adik saya divonis cancer. Ia terdiam, lalu berikutnya ia biasa aja. Ia ke dokter, terapi, ia biasa aja. Tak ada keluhan. Ia biasa aja. Masyaallah. Ilmu sabar dan ikhlasnya luar biasa. Saya sering bilang, sabar kita sedandg diuji. Lalu ketika ia pergi, banyak orang meminta saya bersabar. Gaes, sungguh ilmu sabar dan ikhlas itu berat ya untuk dijalani. Tidak semudah ketika kita mengatakannya pada orang lain.