SITI NURBAYA AZ

Guru SMA Negeri 2 Karimun. Masih terus mau belajar ...

Selengkapnya
Navigasi Web
 AYAH
Dari google

AYAH

Tantangan hari ke 25.03.2024

“Cuci tangan dulu baru pegang makanan.” Suara Ayah terdengar

Selalu begitu, Aku mendengus, mata Ayah macan ada dibelakang kepalanya.

Bagaimana Ayah tahu aku akan mencomot kue pukis yang baru emak salin dari bungkusnya.

Dengan kesal aku berjalan ketempat cuci piring untuk mencuci tangan.

“Cuci yang bersih pakai sabun, jangan asal.” Lagi – lagi terdengar suara Ayah.

Terpaksa aku mengambil sunlight untuk membersihkan kembali tanganku.

“Gosok sela – sela jari macam diajarkan oleh Bu Guru di sekolah.” Ayah menyebalkan batinku

“Sudah Ayah.” Ucapku kesal

Bukanya menuju piring berisi kue pukis yang berada di atas meja aku melenggang menuju kamar, hilang sudah rasa ingin menyantap kue pukis yang Ayah bawa.

“Abang suka na merusak mood Intan.” terdengar suara emak.

“Awak jangan memanjakan Intan, bersih itu sehat.” Masih terdengar suara Ayah sebelum aku mengunci diri di kamar.

***

“Intan kerja tu amanah, tak ada yang memaksa Intan menjadi guru. Contoh teladan yang paling baik adalah dari gurunya, jangan melalaikan tugas hanya karena takut disalahkan orangtua siswa.” Celoteh Ayah ketika aku menceritakan masalah siswaku disekolah.

Padahal aku menceritakan guru yang malas masuk kelas tapi aku yang dinasehati panjang lebar.

Sebenarnya hatiku ingin menjerit membelah langit.

Bagaimana tidak, hanya 12 orang siswaku yang ikut pasantren kilat.

Bunyi notifikasi tanda ada chat membuatku muak bagaimana tidak banyak orang tua yang meminta izin anaknya tidak mengikuti pasantren kilat

Ayahku memang yang terbaik, teladan dalam kehidupan.

Masih jelas dalam ingatan bagaimana dirinya selalu memberikan petuah untuk tetap sekolah pada bulan ramadhan.

“Belajar menjadi orang baik itu tidak susah, asal ada niat dan kemauan.

Besok – besok jangankan puasa ramadhan, puasa sunatpun pasti jadi ringan.” Petuah Ayah waktu itu.

Bukan senang untuk menjadi orang tua, bukan mengikuti kehendak anak kita menjadi orang tua yang bijak tapi mengatakan tidak atas tindakan anak yang salah itu baru orangtua.

Aku selalu sedih jika mengenang Ayah pada masa ramadhan tidak ada lagi yang memberikan tunjuk ajar dan penyejuk kalbu jika dilanda gundah.

“Biar dikatakan cerewet oleh siswa asal Intan selalu menjalankan tugas amanah orang tua siswa yang menitipkan anak mereka untuk didik Intan.” lagi – lagi petuah Ayah tergiang.

Ah, lagi – lagi HP – ku berbunyi entah apalagi alasan yang akan ditulis dichat kali ini.

Dengan malas aku meraih HP dan mengeser layarnya untuk melihat orang tua siapa lagi yang memberi kabar.

“Maaf Bu Intan, Indra masih tidur sudah dibangunkan berkali – kali tidak bangun. Saya pasti Indra ada di rumah. Mohon izin untuk tidak kehadiran Indra ke sekolah.” Kalimat yang membuat hatiku mengeram.

Indra, yang orangtuanya sama seperti diriku seorang pendidik.

Dengan santainya mengirim kalimat yang rasanya menyalahi etika rasaku.

Hati ini betul – betul rindu dengan kehadiran Ayah, ingin bersimpuh meletakkan kepalaku pada pangkuannya dan bercerita bagaimana susahnya menjadi pendidik dewasa ini.

“Ayah. Intan rindu.” Batinku sendu***

#TantanganGurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi!

25 Mar
Balas

Terima kasih Pak sudah mampir

26 Mar

ceritanya sangat istimewa

25 Mar
Balas

Terima kasih

26 Mar

Mantap

25 Mar
Balas

Terima kasih

26 Mar

Sama sama

26 Mar



search

New Post