SITI NURBAYA AZ

Guru SMA Negeri 2 Karimun. Masih terus mau belajar ...

Selengkapnya
Navigasi Web
BAHULU CERMAI (1)
Dari google

BAHULU CERMAI (1)

Tantangan hari ke 05.-4.2024

Tinggal sepuluh hari lagi kita menyambut lebaran, di sana sini sudah tercium semerbaknya aroma kue mue yang akan disajikan di lebaran nanti.

“Jangan tidur habis sholat subuh, mumpung libur kerja kita buat kue.” Ucap Mak setelah kami sholat.

“Masih lama lagi lebaran Mak.” Bantahku malas.

“Sepuluh hari Mai, Cuma hari sabtu dan minggu Mai bisa bantu Mak buat kue. Hari lain Mai mengajar.’ Ucap Mak berapi.

“Beli saja lebih murah dan tak penat.” Ucapku lagi.

Menadahkan tangan kearahku, aku tersenyum masam.

“Pandai cakap je, duit tak kasih untuk beli kue. Buat lebih muai dan bersih.” Ucap Mak sambil berlalu.

Aku mengekori emak ke belakang, daripada kena todong beli kue raya lebih baik aku menyumbangkan tenaga untuk membuat kue hari ini.

Aku menatap bahan kue yang tersedia di dapur, keningku berkerut jangan bilang hari ini mak mau membuat kue bahulu cermai.

Sebanyak – banyak kue yang selalu Mak buat untuk lebaran, kue bahulu cermai yang paling aku anti pati.

Belenggas ketiak mengocok telur sebelum dicampaur dengan tepung dan diadon menjadi bahan kue dan dipanggang diatas kompor dalam cetakannya.

“Mak bikin kue lain saja,” ucapku memelas berharap mak setuju dengan usulanku.

“Bahan yang ada untuk kue bahulu nenes tapi Mak rasa terlalu cepat untuk membuat bahulu nenas. Atau kita buat kue putu kacang. Mai pergi sangria kacang hijau dan tumbuk habis kita cetak dan jemur selagi hari panas terik beberapa hari ini.” Geram aku mendengar ucapan Mak.

Kue yang Mak sebut semuanya kue yang aku benci untuk membuatnya.

Kue klasik yang hanya orang zaman dulu suka makan.

Walaupun kue tu tahan lama sampai dua bulan tapi entahlah aku lebih menyukai nastar nanas, kestangel, kue keju dan kue kekinian lainnya.

“Buat kue tu yang tahan lama dan hemat, beli kue yang mentaga dan keju belum sebulan raya dan berjamur, mubazir saja.” Mak seperti membaca pikiranku.

“Nak makan kue enak, bagi Mak duit atau Mai beli saja sendiri. Tak penat Mak buat kue.” Ucap Mak sambil mengambil pasu untuk mengocok telur untuk membuat kue.

Dengan malas aku menjatuhkan diri, duduk di samping Mak dan mengambil alih pasu untuk mengocok telur.

“Buat berapa banyak telur Mak,” ucapku cemas

Tahun kemarin seratus biji telur yang harus aku kocok, wal hasil sampaikan sholat azar aku masih teperap di dapur, seluruh badan rasanya remuk mengocok telur.

***

“Mak azan zuhur, Mai sholat dulu.” Ucapku cepat setelah mendengar suara azan dari arah masjid yang tak jauh dari rumah.

“Jangan tidur habis sholat Mai.” Jerit Mak

“Mak macam tau – tau aje aku nak tido setelah sholat nanti.” Batinku tersemyum kecut.

Napasku terenggah terasa macam dibawah hujan lebat.

Basah dan sejuk, sontak aku bangun dari tidurku.

Melihat kearah Mak yang berdiri tegak sambil membawa gayung.

Ah pasti emak yang telah menyiram air dari gayung yang dibawanya.

“Dah dicakap jangan tidur, eh malah tidur.” Cerca Mak sambil berlalu meninggalkan aku yang kebanjiran.

Lekas aku mengelap wajahku, dan mengikuti langkah kaki Mak yang menuju dapur.(Bersambung)

***

#TantanganGurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Hahaha....mendingan buat kue sendiri bun

05 Apr
Balas

Hi hi hi

06 Apr

Mantap

05 Apr
Balas

Terima kasih Kepsek

06 Apr

Sama sama

07 Apr



search

New Post