SITI NURBAYA AZ

Guru SMA Negeri 2 Karimun. Masih terus mau belajar ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Jangan Tanya Hatiku (3)
Diambil dari google

Jangan Tanya Hatiku (3)

Tantangan hari ke 24.11.2022

Berlalu sudah masa indah mempunyai kakak lelaki yang baik hati, yang selalu mengandeng tanganku ketika pulang sekolah, ada rasa sedih ketika mereka, Bang Ihsan bersama keluarga harus pindah karena mutasi kerja Ayahnya.

***

Hatiku masih kesal dengan pertemuan tadi sore dengan Bang Ihsan, pembicaraan yang tidak berbobot sama sekali.

Entah dari mana, Bang Ihsan mengetahui jika melihatnya bersama perempuan yang entah siapa.

Katanya hanya teman biasa, kebetulan ketemu dan bernostalgia, terus apa hubungannya denganku.

“Jangan seperti anak kecil.” Ucapan yang sangat menyakitkan hati, bagaimana tidak aku yang dikatakannya anak kecil.

Sementara dirinya yang mencariku dan meminta untuk tidak mengungkit pertemuan kami kepada keluarganya sunggguh diluar nalar.Jika tidak ada apa – apa kenapa harus takut untuk diketahui keluarganya,

Ketukan dipintu memecah anganku, dengan malas aku berjalan menuju pintu kamar, membukanya si bungsu yang selalu menjadi pusat keributan di depanku saat ini.

“Dicari Bang Ihsan, yang sudah bertunang, asyik nak berjumpa saja.” Ucapnya dengan nada mengusik yang sungguh membuatku muak.

“Bilang saja kakak sudah tidur.” Ucapku malas dan menutup kembali pintu kamarku.

Lebih baik aku bercumbu dengan laptop dan aplikasi, daripada menghadapi Bang Ihsan yang mau menang sendiri.

“An, ada nak Ihsan cepat temui.” Gema suara Emak membuatku menghembus napas kasar.

Jika sudah ibu ratu yang angkat bicara aku tidak bisa berkutik, dengan malas aku menyambar jilbab instan dan memakainya.

Kini kami saling berhadapan di ruang tamu, hanya meja tamu yang sudah ada sajian minum serta cemilan di depan Bang Ihsan yang memisahkan kami.

“Ada apa, jika tidak ada yang penting. Masih banyak tugas siswa yang belum nisa koreksi.” Ucapku setelah lebih setengah jam Bang Ihsan diam hanya memandangku sekilas dan lebih focus ke gawai yang sejak tapi menjadi pusat perhatianya.

“Sebentar lagi jam Sembilan saya pamit.” Ucapnya tanpa bersalah.

Sebentar apanya, jam Sembilan masih setengah jam lagi. Banyak koreksian tugas siswa yang bisa diselesaikan.

“Waktu untuk Abang mungkin tidak terlalu penting, tapi buat Nisa itu berharga.” Ketusku kepadanya

“Abang hanya menjalankan perintah Bunda untuk bertamu, tidak lucu kiranya Abang pulang secepat ini.” Ucapnya tanpa rasa bersalah.

Ya Allah ada pula lelaki model begini di dunia ini, batinku kesal(bersambung)

***

#TantanganGurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap ulasannya

24 Nov
Balas



search

New Post