RAMADHAN TO LEBARAN (1)
Tantangan hari ke 03.04.2024
“Selamat hari raya, kami ucapkan kepada semua.” bibirku mengikuti lirik lagu raya yang famos kata orang Negara jiran Malasyia.
Sudah lima belas hari puasa tak terasa, bukan tidak terasa tapi lebih kepada merenung makin dekat dengan hari istimewa banyak kebutuhan yang masih jauh dari hilalnya.
Lebaran tahun kemaren, sudah ada sepasang baju lebaran untuk diriku, suami dan kedua anakku.
Jadi ingat pesan almarhum Ayahku, tidak perlu baju banyak satu saja mengingatkan bahwa kemenangan menahan nafsu selama ramadhan dirayakan dengan memakai baju baru ketika pergi sholat Id.
Sejak Covid melanda dunia, dampaknya terasa dengan masyarakat kecil termasuk diriku.
Jangankan untuk baju, untuk kue raya saja jauh dari harapan.
Anak – anaku sudah sibuk menceritakan bagaimana teman sekolah mereka bercerita tentang baju lebaran yang mereka punya.
“Mak, kata Intan dia sudah punya baju tiga. Kapan Ika beli baju. Ika mau baju warna lumut dengan jilbab warna nude.” Celoteh anakku setelah sahur menunggu sholat subuh.
Kualiti time kami selama bulan puasa, menunggu sholat subuh sambil bercerita untuk menghilangkan kantuk mereka.
“Iya Mak, Adek mau celana kain biru tak mau celana jin berat dengan baju koko yang dipakai pak Uztad Da’sad Latif ye Mak.” Lucu mendengar permintaan anak bungsuku.
Zulaika dan Sulaiman kedua buah hatiku yang hidup dalam kesederhanaan, menjelang lebaran hanya meminta sepasang baju lebaran saja.
“Insyaalllah ada rezeki sebelum lebaran kita beli.” Ucapku dengan hati sedikit bimbang.
Pesanan kue juga belum ada, tester sudah aku sebar seminggu sebelum ramadhan. Biasanya sewaktu menyebar tester sudah ada yang memesan tapi tahun ini tidak.
Mereka berjanji akan memberi kabar setelah sepekan ramadhan.
***
Suara riuh di luar rumah membuatku merasa sesak, sejak sore anak – anakku mendiamku setelah dari pagi mereka merenggek meminta dibelikan baju lebaran.
“Masih sepuluh hari lagi, sabar.” Ucapku tadi pagi menenangkan mereka.
Biasanya mereka akan berbaur dengan anak – anak lain untuk menikmati lampu colok yang sudah terpasang sejak lima belas hari ramadhan.
Mereka anak – anakku hanya duduk di depan jendela melihat ke arah luar dengan tatap kosong sekosong dompetku yang tidak bisa memenuhi harapan mereka untuk membeli baju lebaran.
***
Waktu terus berlalu, lebaran semakin dekat hilal THR belum juga Nampak.
Nasib sial rasanya tidak berhenti sampai lebaran tiba.
Tadi pagi, entah karena apa suamiku mendapatkan musibah ketika ingin berangkat kerja.
Pengendara kendaran roda empat yang katanya mengantuk menyerempet motor suamiku yang notabene berada dijalur benar.
Walhasil suamiku harus berada dirumah selama sepekan karena luka yang dideritanya.
Ingin rasanya hati ini menjerit, sebagai tukang ojek berarti penghasilan kami tidak ada jika suami tidak menarik.
Belum lagi penabrak hanya mengucapkan bela sungkawa dan langsung pulang setelah mengantar suamiku dari rumah sakit.(Bersambung)
#TantanganGurusiana
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap