SITI NURBAYA AZ

Guru SMA Negeri 2 Karimun. Masih terus mau belajar ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Rasa (3)
Dari google

Rasa (3)

Tantangan hari ke 18.04.2025

Kadang ada rasa lelah, ketika melihat kelas yang kosong ingin rasanya bertanya apakah tekanan dari kanak kiri di dunia Pendidikan membuat kita yang sudah mengambil jalur menjadi Pendidikan menyerah dan tidak berdaya.

Aku meneguhkan hati saja, pilihan hidup dan bertindak ada pada pribadi masing – masing, semoga rezeki berkah dengan niat baik.

Aku menghempaskan badan yang terlanjut lelah dengan keadaan.

Menunggu Taufik yang sudah terlihat bayangnya memasuki ruang majelis guru.

“Mau berbicara di sini atau kita keruangan konseling.” Ucapku setelah mendengar ucapan salam dari Taufik.

“Ruang konseling Bu.” Ucap lemah Taufik.

Tidak ingin membuang waktu aku bangun dari dudukku dan melangkah menuju ruang konseling, dengan setia Taufik mengekori langkahku.

Setelah permisi dengan guru konseling kami duduk di sofa yang tersedia untuk konsultasi.

“Berceritalah.” Titahku.

Helaan napas berat terlihat jelas dari wajah Taufik.

Seperti ada beban berat yang tidak tertanggung anak seumuran Taufik.

Rasanya aku sudah tidak sabar mendengar cerita tentang Indah dari mulut Taufik.

Ya Allah semoga bukan seperti yang aku pikirkan, batinku berdoa.

“Bu, Indah hamil.” Ucap Taufi dengan suara berat.

Indah dan Taufik memang menjadi buah bibir di kelas mereka, selain otak keduanya encer mereka juga dinobatkan menjadi pasang ideal menurut versi anak ABG di sekolahku.

Helaan napas berat sekarang dari mulutku, ada rasa penyesalan yang mendalam di benakku saat ini.

Bagaimana aku selalu menasehati mereka jangan sampai melanggar norma agama.

“Maaf bu jangan mematikan masa depan anak, biarkan mereka menempuh Pendidikan.” Masih tergiang ucapan dari salah satu aktivis pembela anak.

Siapa yang mematikan masa depan mereka, sebelum mereka masuk ke sekolah ini sudah ada tata tertib yang mereka tanda tangani salah satunya jika terjadi kasus yang melanggar peraturan sekolah kami bisa mengembalikan mereka kepada orangtua.

Tolong digaris bawahi mengembalikan keorangtua karena mereka tidak bisa lagi kami bina.

Peraturan dibuat untuk dipatuhi jika mereka yang menitipkan, ah terdengar kasar kata menitipkan tapi itu kenyataannya.

Selalu disalahkan, rasanya melelahkan.

Seakan terhimpit gunung dadaku saat ini, menatap Taufik lekat.

“Siapa saja yang sudah mengetahuinya.” Ucapku tegas.

“Ibu.” Ucap Taufik.

Hmmmm, helaan napas berat menyesakkan dadaku.(Bersambung)

#TantanganGurusiana.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post