Tantangan hari ke 15.03.2024

Subuh telah berlalu, perutku melilit terasa sakit.

Hari pertama puasa bersahur dengan sebutir kurma, tidak bisa menyalahkan siapa – siapa.

“Kalau tak kuat puasa berbuka saja, tapi makan kat rumah jangan makan ditepi jalan. Hormati orang yang berpuasa.” Pesan Mak sebelum aku berangkat kerja.

Memang salahku dah tahu nak puasa, tapi malam tadi aku keasikan bebual dengan pemuda masjid yang sudah terbiasa bergadang dan tidak bekerja.

Mereka kebanyakan bekerja dipasantren yang ada ditempatku.

Dengan menahan sakit perut, aku menguntak atik laptop yang menjadi alat bekerjaku dikantor.

Tinggal satu jam lagi shalat azar, masih lama waktu magrib apalagi berbuka puasa.

Ingat pesan Mak, jangan makan ditempat makan atau restoran istilah orang sekarang.

Hormati orang yang berpuasa, apa lagi laki – laki mana ada masa uzur.

Ah lagi – lagi petuah emak yang tergiang diteliga ketika kaki ini akan melangkah ke restoran depan kantor.

“Tidak puasa Pak Ihksan.” Sapa satpam yang selalu setia menjaga gardunya.

Aku jadi malu, bukankan ini jalan umum bukan hanya untuk ke restoran depan kantor saja. Tapi kenapa satpam itu berkata seakan tahu niatku melangkah keluar kantor setelah jam pulang.

“Pulanglah Pak, puasa masa main ke restoran.” Ucapku membalas ucapan Pak Satpam.

“Alhamdulillah,jarang anak muda yang menjaga puasa dan sholatnya tapi Pak Ihksan bisa diacungi jempol.” Aku tersenyum mendengar pujian Pak Satpam.

***

Dengan pelan aku menjalankan kendaran yang akan membawaku pulang ke rumah.

Rasa sakit diperut masih saja terasa, mengingat umur rasa malu jika harus puasa setengah hari.

“Alhamdulillah akhirnya aku sampai di rumah.” Batinku.

Dengan kekuatan yang tersisa aku melangkahkan kaki menuju kamar.

Suasana sepi rumah tidak menjadi perhatianku, yang ingin aku lakukan adalah berbaring untuk menenangkan perutku yang melilit.

Suara azan ashar, membuatku membuka mata jangan sampai terlewatkan waktu sholat.

Dengan menguatkan langkah aku mengambil wudhu.

Suasana sepi, apakah Emak tertidur batinku. tapi karena rasa lemas sekali lagi aku mengacuhkan perasaan sepi dan menjalankan kewajiban sebagai umat – Nya.

Membaringkan badan, berdoa semoga sampai puasaku sampai waktu berbuka.

Terlalu lelah membuatku melanggar pantang larang untuk tidak tidur setelah sholat azar.

***

Seruan azan magrib mengoyak pendengaranku, kemana Emak sampai lupa mengingatkanku.

Dengan langkah lesu aku berjalan menuju ruang makan, sepi kemana Abah, Emak dan adikku.

Untung sebelum keluar dari kamar aku sempat meraih HP.

Meneliti layar HP – ku, ada beberapa miscall dan pesan dari Emak.

Aku mengeser layar HP untuk membaca chat dari Mak.

Hatiku menjerit, ternyata Abah, Emak, dan Adikku tidak ada di rumah.

Melihatku pulang kantor dengan keadaan tidak baik, emak tidak membangunkanku untuk mengabarkan bahwa pakcik sebelah Abah tertabrak.

“Beli saja juadah untuk berbuka puasa.” Pesan Mak.

Pesan yang terlambat aku baca.

Aku menatap nanar toples yang berisi kurma di atas meja, dengan hati sedih aku membuka toples kurma dan mengambilnya sebutir untuk disantap sebagai pembuka puasa..

Berharap makan nasi, tapi yang ku dapat hanya sebutir kurma yang tertelan.

Setelah itu meneguk habis segelas besar air hangat yang tak sempat ku buat teh karena suara azan sudah habis.***.

#TantanganGurusiana