Siti Nur Wiqoyati

Wiqoyati adalah seorang perempuan dari Magelang Jateng. Meniru bapaknya, berprofesi sebagai guru. Saat ini mendapat tambahan tugas tambahan sebagai Kepala Sekol...

Selengkapnya
Navigasi Web

Ecobriks, Solusi Terkini Pemanfaatan Plastik Pembungkus

Dulu, kalau mau beli bakso di warung ataupun bakso keliling kita membawa mangkok atau rantang. Namun kebiasaan itu mulai kita tinggalkan, apalagi kalau tempatnya agak jauh dari rumah. Kalau mau kita makan di rumah, kita lebih suka bakso berkuah itu dibungkus plastik. Begitu juga beli siomay, gorengan, minuman, sembako, alat tulis, alat dapur, alat pertukangan, sembako dan lain - lain. Lebih praktis, rapat, anti air, murah dan mudah membawanya.

Sampai di rumah, seluruh isi belanjaan kita keluarkan. Lalu buat apa plastik pembungkusnya? Dibuang ke tempat sampah? Bagus, sesuai perintah ibu guru. Rumah dan halaman kita cukup bersih. Lalu ke manakah langkah berikutnya? Ya, ke tempat pembuangan akhir (TPA). Selesaikah urusannya? Apakah plastik itu langsung lenyap menjadi tanah?

Di TPA, ada beberapa ekor sapi yang berlomba dengan beberapa orang mengais tumpukan sampah itu. Sapi berharap menemukan sisa makanan manusia. Sedangkan manusianya mencari sampah perkakas dari plastik. Plastik pembungkus tidak laku dijual. Konon ada yang tidak sengaja termakan oleh sapi hingga menyebabkan kematiannya. Namun mungkin itu jarang terjadi.

Lazimnya, plastik pembungkus itu dibakar. Bisakah kita bayangkan baunya? Seketika kita akan menutup hidung jika menciumnya. Asap hasil pembakaran plastik juga konon beracun dan bersifat karsinogen ( bisa menimbulkan penyakit kanker). Plastik yang masih tersisa di tanah juga mencemari lingkungan. Kesuburan tanah terganggu. Aliran air terhambat. Maklum, bahan plastik pembungkus sebagian besar susah dihancurkan oleh mikroorganisme.

Kini ada temuan baru bernama ECOBRICKS. Eco berasal dari Ecology berarti lingkungan, sedangkan Bricks berarti batu bata. Konon arti lengkapnya adalah bata penyelamat lingkungan. Plastik pembungkus dipotong kecil- kecil dimasukkan ke dalam botol air mineral bersama sobekan - sobekan plastik kresek hingga keras dan padat. Satu botol mineral bervolume 600 mili liter harus terisi plastik kering hingga beratnya minimal 200 gram. Untuk menjadi kursi/dingklik, sebanyak 12 botol dirakit dengan lem kaca (sealant). Kalau mau lebih tinggi, tangkupkan rakitan 12 botol tersebut dengan rakitan 19 botol. Dengan warna warni plastiknya, kursi ini indah dipandang sekaligus bisa menyelamatkan lingkungan dari sampah plastik. Di Bali konon sudah ada rumah yang disusun dari ribuan Ecobriks. Asal tidak kena api, Ecobricks tahan lama hingga puluhan tahun.

Jika berminat, kita bisa mengikuti pelatihan gratis membuat Ecobricks di Marifood Semarang. Untuk menjadi peserta pelatihan, kita hanya diminta membawa setengah kilogram plastik kresek bekas yang bersih dan kering. Dipandu Lantip Waspodo, peserta pada umumnya betah seharian di sana hingga bisa. Sertifikat bahwa telah mendapatkan pelatihan lengkap bisa dibawa pulang.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post