Siti Nur Wiqoyati

Wiqoyati adalah seorang perempuan dari Magelang Jateng. Meniru bapaknya, berprofesi sebagai guru. Saat ini mendapat tambahan tugas tambahan sebagai Kepala Sekol...

Selengkapnya
Navigasi Web

Ngebut itu Asyik

Aku baru bisa mengemudikan sepeda motor saat berusia 30 tahun. Sudah menjadi emak dari satu anak. Agak telat ya? Ah, biar saja orang lain bilang apa. Waktu masih remaja, aku tidak pernah dilatih oleh Bapak. Aku kok ya tidak minta diajari ya? Kendaraan satu-satunya milik bapak adalah DKW warna merah. Sayang belum pernah kufoto. Lha gimana, kamera aja gak punya. Apalagi handphone, belum musim.

Aku terkesan saat diboncengkan Mita, muridku di SMA Cepiring. Waktu itu, aku diantarnya menengok teman sekelasnya yang sakit. Lumayan jauh di pelosok desa. Pulangnya, Mita mengajakku lewat pematang sawah. Tanpa ragu, dia tancap gas. Gila kan? Serasa melayang. Alhamdulillah. Rute ekstrim sekitar tiga kilometer itu berhasil terlampaui dengan selamat. Itu pengalaman berkesan pada tahun 1999. Aku jadi terobsesi, ingin lihai seperti Mita.

Tahun 2000, suami mulai melatihku. Memakai Alfa, motor bermesin 2 tak keluaran Yamaha. Itu lho, yang suaranya ramai. Dari jauh, orang sudah tahu kalau kita mau lewat. Diajaknya aku ke lapangan Brimob Plantaran Kaliwungu. Senang aku. Permukaannya tanah berumput. Pikirku, kalau jatuh gak sesakit di aspal ataupun lantai semen. Lagian tidak banyak orang atau kendaraan yang lalu lalang. Lain dengan di jalan raya. Walau jalurnya jelas beda, aku takut jika berpapasan dengan truk atau bus. Panik, takut menabrak. Baru empat kali, latihan berhenti. Suami harus kos di Yogya, agar nyaman menempuh pendidikan magister di UGM. Tahun 2002, alhamdulillah aku bisa. Aku naiki sendiri Alfa cekether itu ke SMA Kaliwungu, tempat kerjaku yang baru. Kalau tidak, tiap hari aku harus naik pick up (brondhol)ke sekolah. Brondhol yg semestinya mengangkut barang/ material ini kebanyakan tepinya asli dari pabrik, cuma lima sentimeter (cm) lebarnya. Penumpangnya biasa duduk mingklik- mingklik di situ. Yang takut, bersimpuh atau ndlosor di dalam baknya.

Alfa itu menemaniku setiap hari hingga 2008, karena suami membelikanku Jupiter.

Selama enam tahun berikutnya, motor Burhan (wadah lampu utama Jupiter mirip mata burung hantu) setia mengantarkanku ke SMAN 1 Kaliwungu. Jaraknya cuma tiga kilometer, jadi bisa ditempuh sepuluh menit.

Selama dua tahun berikutnya, Jupiter masih mengantarku. Tapi tujuannya sudah berbeda. Ini ke ke SMAN 1 Singorojo Kendal. Melewati hutan cagar alam Darupono yang masih dihuni banyak monyet. Jarak tempuh sekitar 24 kilometer. Agak repot memang. Harus pakai jaket, helm, masker dan sarung tangan. Kalau hujan, harus pakai jas tahan air. Tas harus dibungkus plastik. Tapi asyik! Lumayan sepi dan udaranya adem. Serasa melewati selasar beratap dedaunan. Saya bisa menyalurkan hobi ngebut. Pengin segera sampai tujuan. Bertemu dengan teman-teman dan bisa mengerjakan banyak hal.

Pada tahun kedua yaitu 2015, aku sempat jatuh dari motor. Baru saja kusalip sebuah truk. Masih ada dua lagi. Eh, tahu-tahu aku sudah terkapar di tengah jalan. Mulut berdarah. Kaki kanan lunglai. Mau berdiri, tumbang. Rupanya tadi terpeleset karena mengantuk. Alhamdulillah, nyawa masih menyatu dengan raga. Andai saja truk itu melaju kencang, mungkin aku sudah tiada. Ternyata Allah Swt masih memberiku kesempatan menikmati hidup.

Sejak itu, makin kuat keinginanku untuk bisa menyetir mobil. Kuikuti kursus di Mahir satu paket. Hasilnya, belum berani menyetir. Pindah ke Madona. Masih takut lagi. Ganti ke Wahyu. Masih keder juga. Kupanggil Mas Roy, pelatih Setir SABAR. Berlatih satu paket memakai mobilnya, disambung satu paket memakai mobil sendiri. Semua manual. Tetap masih gamang. Kuusul kepada suami, gimana kalau beli matik. Alhamdulillah. Sebuah Agya matik dihadiahkannya padaku tepat di ultahku ke 47.

Dua hari dibimbing Mas Roy, alhamdulillah aku bisa. Jupiterku jadi jarang kupakai. Paling kubawa untuk belanja di kampung sebelah. Untuk kerja sehari-hari, aku lebih sering membawa Agya. Tapi meski mobil, tetap saja kujalankan dengan laju tinggi. Tidak sampai 100 kilometer perjam sih. Maklum, rutenya berkelok-kelok dan naik turun.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post