Siti Nur Wiqoyati

Wiqoyati adalah seorang perempuan dari Magelang Jateng. Meniru bapaknya, berprofesi sebagai guru. Saat ini mendapat tambahan tugas tambahan sebagai Kepala Sekol...

Selengkapnya
Navigasi Web
Positif Covid-19

Positif Covid-19

 

 Jumat 3 Juli 2020 sore,  suhu badan menghangat. Ada batuk sedikit. Inginnya tidur saja. Senin 6 Juli 2020 sore, badan masih agak panas. Batuknya masih ada. Ludah pahit. Bakda Maghrib periksa ke dr Oki,  dokter keluarga. Di-thermogun, suhu cuma 36,5 derajat Celsius."Apakah saya kena Covid dok? ", tanyaku. "Ah,  enggak. Ini cuma flu biasa.", jawab dokter yang ramah itu. Aku malah ditanya tentang bagaimana KBM di sekolah di masa pandemi ini. Beliau juga sempat mengingatkan,  pakai maskernya harus menutup hidung dan mulut. 

Di pekan kedua Juli,  suami ikut mriyang. Kepala pening dan merasa maagnya kambuh. Padahal sudah bertahun-tahun maag itu gak datang. Tia si sulung juga merasakan pusing dan tenggorokannya terasa perih seperti radang. Tanggal 13 Juli 2020 kami periksa bertiga ke Balkesmas Darul Istiqomah (sekarang sudah berganti status menjadi RSU) . Suhu kami cuma berkisar 36,3 hingga 36,5. Normal, jadi cukup rawat jalan dengan dibekali masing2 seplastik obat untuk 3 hari. Esok sorenya (14 Juli) suami merasa badannya belum nyaman. Dia merasa perlu periksa ke RSU DI lagi. Eh,  malah diminta opname. Juga dicek jantung,  paru2 dan rapid.  Ternyata reaktif. Dua malam dia diinfus,  tapi kelihatan sehat. Bahkan dia nyambi kerja memberi kuliah secara daring.  Menunggu hingga hari ketiga, ternyata ruang  isolasi masih full. Swab belum bisa dilakukan. Perawatnya bilang,  karena kondisi pasien tidak mengkhawatirkan maka tidak harus swab. Akhirnya sorenya pulang. Kesehatan makin membaik. 

Aku masih sedikit nggliyeng dan sedikit batuk. Ludah mulai tidak pahit. 

Tanggal 17 Juli,  aku mengikuti Desk Raport Mutu di SMANIK.  Sesuai rencana, usai acara aku langsung meluncur ke RSU Darul Istiqomah itu. Aku penasaran,  ingin mencoba rapid test.  Maklum Sagitarius,  konon sok ingin tahu. Biayanya 150 ribu.  Caranya,  diambil sedikit darah dari ujung jari menggunakan alat semacam pen. "Klik! " Darah ditampung.  Satu jam kemudian hasilnya keluar. Eh,  ternyata reaktif juga. Aku tanya Mbak Erni (perawat di Puskesmas Sukorejo) via WhatsApp, ke mana bisa swab test. Jawabnya,  kalau mau gratis bisa ke RSDC Kendal. Kalau di Puskesmas atau yang lain,  bisanya mandiri karena rapidnya telanjur mandiri. Biayanya sekitar 2,5 juta rupiah. Lumayan mehong, kalau buat beli bakso bisa untuk se-ERWE itu. 

Esok paginya, kugeber Jupiter tuaku ke RSDC. Di pintu masuk,  aku ditanya Satpam maksud datangku. Dia lalu menghubungi petugas medis RSDC. Eh,  ternyata aku diminta ke Puskesmas dulu.  RSDC hanya melayani pasien rujukan dari Puskesmas. 

Aku langsung balik kanan. Kuajak lari motor bututku menuju Puskesmas Kaliwungu. 

Eh,  ditolak pula. Petugas membenarkan bahwa aku hanya bisa swab mandiri,  tetapi Puskesmas Kaliwungu tidak melayani. Puskesmas hanya mau menindaklanjuti usulan dari Tim Gugus Covid tingkat Desa. Ribet amat.  Kuputuskan saja aku mau rapid lagi saja,  siapa tahu segera non reaktif.  Jadi tidak perlu swab,  apalagi kata perawat RSU DI kondisiku tidak mengharuskan swab. Suami justru masih menginginkannya. Dia mendapat informasi bahwa di RS Diponegoro ada layanan swab dengan biaya 900an ribu. Sayangnya,  usaha pendaftaran kami secara online gagal terus.  Tertulis di layar gadget "Kuota Sudah Penuh".

Ku-chat dr Agus Suwondo (kukenal saat memimpin rombongan PMI memfasilitasi donor darah di SMAN 1 Sukorejo Mei 2020, ternyata beliau adalah direktur RSDC Kendal), kapan sebaiknya aku rapid kedua.  Jawab beliau,  sekitar seminggu dari yang pertama. 

Agar di rapid kedua non reaktif,  di rumah tiap hari aku berjemur,  senam,  minum susu dan vitamin C 1000 mg. Senamnyapun lima macam. SKJ 2004, Maumere, Morena, Poco - poco dan Tobello. Tidak hafal sih, tapi setidaknya bisa njondil -njondil menirukan gerakan para pesenam di Youtube.

Tanggal 24 Juli 2020 akutes  rapid lagi. Kondisi tubuh sudah sehat. Eh,  lha kok masih reaktif. Rasanya tidak percaya. Apa boleh buat,  hasilnya tertulis seperti itu. 

Kuberitahukan informasi tersebut kepada Kasubag TU dan Kacabdin Wilayah XIII. Pak Agung Plt Kacabdin yang baru dua hari dilantik itu menyarankan aku swab. Ya,  terpaksa aku lebih serius mencari tahu ke mana harus swab mandiri. Saya tanya lagi kepada dr.  Agus Suwondo.  Beliau merekomendasikan CITO Semarang. 

Kucoba googling. Kucek dulu CITO Tegal, ternyata mereka tidak melayani swab. Lalu kubuka situs CITO Semarang pada tanggal 27Juli 2020 sekitar pukul 19.45. Alhamdulillah telepon diangkat. Seorang petugas putri yang ramah menanggapi. Kukirim foto KTP dan KK sebagai syaratnya. Beliau minta esoknya jam 10 aku datang sambil membawa uang 1,9 juta. Suami belum kudaftarkan. Dia mau wait and see dulu. 

Tiba -tiba sepuluh menit kemudian di malam itu juga, Pak Nurfatoni Kadesku mengirim chat: "Dik,  ini ada info kuota swab untuk Kendal 100 orang. Khusus Kaliwungu 10 orang. Ada yg mau didaftarkan gak?"

 "Alhamdulillah,  ya mau banget. Aku dan suami "jawabku dengan antusias. 

"Oke,  fotokan KK dan KTP ya! Tapi ini sekadar usaha,  moga lolos. Kebetulan tetangga kita yang reaktif rapid kutawari gak ada yang mau,"balas kades. 

"Ya Mas,  siap menerima keputusan,"jawabku mantap. 

20 menit kemudian..... 

"Alhamdulillah dik,  ini Kapus Kaliwungu menyetujui. Besok pagi jam 7 kamu dan suami silakan datang ke puskesmas Kaliwungu untuk diantar ke RSDC. 

CITO Semarang kuhubungi untuk pembatalan booking

Esok paginya saya datang ke puskesmas.   Bersepuluh kami diantar ke RSDC menggunakan ambulance. Nguing nguing nguing.... 

Dua puluh menit kemudian kami diambil lendir dari pangkal hidung dan pangkal kerongkongan. 

"Hoeeeek! "Secara refleks rasanya mau muntah saat pipa plastik kecil panjang itu masuk ke mulut. Sesuai anjuran yang tertulis di lembar hasil swab itu,  kami melakukan isolasi mandiri di rumah beserta ketiga anak. Mereka tergolong kelompok KONTAK ERAT. 

Istilah kelompok ini dikenakan juga kepada Pak Abidun, Pak Anggar, Pak Thoyib dan Bu Christine yang duduknya berdekatan denganku saat mengikuti Desk Audit Mutu di SMANIK tanggal 17 Juli itu. Juga berlaku pada Mas Rochani dan Mas Achmad tendik SMAN 1 Sukorejo yang datang ke rumah tanggall 27 Juli 2020 untuk minta tanda tangan berkas aset. Pak Abidun dan kedua tendik tersebut mengikuti rapid tiga hari kemudian. Alhamdulillah semua non reaktif. 

Tanggall 8 Agustus aku dan suami mndapat panggilan lagi untuk swab di RSDC Kdl.  Ya,  seperti yang pertama dulu. Tapi jumlahnya cuma 8 orang,  karena yang dua hasil swab pertamanya  sudah negatif. 

Dua hari kemudian hasilnya keluar.  Alhamdulillah negatif. Tapi kami masih melanjutkan isolasi mandiri. Tanggal 17 Agustus baru aku ke kantor. Suami menyarankanku kos saja.  Katanya badanku mungkin tidak kuat nglajo tiap hari pergi pulang 100 km. Nyatanya,  selama tugas di SMANSA 10 bulan aku udah mriyang 3 x seminggu. Nah,  pada mriyang yang ketiga ini ndilalah musim Covid. Kebetulan sekolah baru saja untuk kedua kalinya ketempatan pembagian BLT 1100an orang. Pas imun melemah,  ada virus lewat. Ibarat tumbu mendapat tutup. Klop! Kena deh. 

Sejak itu pula aku tidur di sekolah tiap  malam Selasa dan Rabu. Ya,  mungkin aku menjadi  satu-satunya penjaga sekolah yang perempuan. Rabu sore pulang, Kamis WFH. Jumat datang lalu jam 14.00 pulang. 

Aku bersyukur,  se-Cabdin XIII (Kendal, Batang dan Pekalongan,  disingkat Kentangkalong) hanya aku Kepala SMA satu-satunya yang positif Covid. Di sekolah juga tidak ada guru maupun siswa yang kena. Tanggal 2 Mei menjelang pengumuman kelulusan, beberapa siswa bekumpul di lapangan Selokaton untuk merayakan kelulusan. Alhamdulillah langsung bubar dan tidak jadi konvoi setelah didatangi polisi dan staf kesiswaan. Di hari berikutnya mereka kita undang satu persatu didampingi ortunya untuk kita bina karena melakukan pelanggaran berupa kumpul-kumpul saat pandemi. Mereka juga menuliskan pernyataan penyesalan di buku.  Ya,  sebagai kenang - kenangan di akhir studi mereka di SMAN 1 Sukorejo.  Alhamdulillah semua sehat dan lulus. 

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mohon maaf tata bahasanya WA banget, sangat tidak memenuhi KBBI. Kapan2 saya edit ah.

24 Oct
Balas

Alhamdulillah Bu.. ternyata sehat sehat saja ya Bu...deg degan bacanya Bu...

20 Oct
Balas

Makasih atensinya Pak. Ya Pak, alhamdulillah cuma ringan, jadi kami mudah melewatinya.

24 Oct

Alhamdulillah bu. Semoga semua sehat

20 Oct
Balas

Aamiiin. Terima kasih Pak.

24 Oct



search

New Post