Siti Rahminingsih, SPd

Guru Bahasa Jerman di SMAN 1 Karangdowo, Kab. Klaten, Propinsi Jawa Tengah....

Selengkapnya
Navigasi Web
JALAN YANG BEDA  ( 377)
Fotoku

JALAN YANG BEDA ( 377)

Kisah ini berawal dari penderitaanku yang selalu datang tiap bulan. Seperti normalnya wanita dewasa yang selalu kedatangan tamu tiap bulan, begitupun dengan yang kualami. Bedanya aku termasuk dari segolongan wanita yang mengalami PMS sebelumnya. Rasa sakit yang kualami adalah nyeri di perut bawah. Rasa itu menjalar ke punggung, paha dan kemudian seluruh badan terasa sakit. Kalau sudah begitu aku biasanya tak berdaya, atau lebih tepatnya, aku kehilangan selera untuk beraktivitas, termasuk makan. Tentu saja tubuhku menjadi lemas akibatnya.

Gejala itu biasa kualami tiga hari sebelum kedatangan tamu. Karena aku tidak mau aktivitasku terhambat, maka aku selalu berusaha melawan dengan senjata aspirin. Aku biasa mendapatkannya di apotik dekat kampus.

"Selamat siang, Mbak. Seperti biasa, kan?" Sapa Mas Ryan apoteker yang bertugas siang ini.

Aku hanya tersenyum.

Mas Ryan kemudian mengambil sesuatu dari laci mejanya.

"Nih, sudah aku siapin."

"Kok?"

"Sudah langganan aku jadi hafal. Mulai sekarang akan aku siapkan sebelum kamu datang." Kata Mas Ryan sambil tersenyum manis.

Kalau aku pikir Mas Ryan sengaja mempermanis senyumnya kepadaku, itu salah. Dia memang manis. Pembawaannya memang manis. Dia memang manis kepada siapa saja yang harus dia layani. Itu pekerjaannya. Aku tahu itu. Jadi aku tak punya pikiran Mas Ryan memperhatikanku secara khusus sebagai lelaki kepada seorang wanita.

"Masih ada yang lain?" Mas Ryan menegur saat aku malah terbengong melihat wajahnya.

"Eh, enggak." Aku membuka tas dan mengambil dompet," Harganya juga masih sama kan?!"

"Iya, kecuali kamu mau kasih aku tip."

"Yey yang namanya mahasiswa itu kebanyakan nggak punya duit, Mas. Diirit-irit biar cukup sebulan. Mas Ryan kali yang harus kasih aku tip sebagai pelanggan tetap!" Kataku bersungut.

Mas Ryan tertawa. Aduhai lihat lesung pipinya saat tertawa! Sekalipun cowok, dia pantes banget punya lesung pipit. Menurutku itu membuat dia tambah ganteng setelah seluruh penampilannya yang menawan.

"Oke, tapi hadiah dariku hanya kelonggaran. Kamu boleh ngutang kalau lagi nggak punya duit. Tapi tetep dibayar lho."

"Kalau aku lupa gimana?"

"Aku ingetin."

"Kalau aku lupa lagi?"

"Ya aku ingetin lagi."

"Kalau terus menerus lupa?"

Mas Ryan tersenyum," Memang kamu nenek-nenek? "

"Bercanda. Nih, aku juga males ngutang kok, Mas." Kusodorkan uang.

Mas Ryan mengambilnya dan segera memasukan ke tempatnya. Uang pas jadi nggak ada pengembalian.

"Mas!" Aku berseru.

"Hmm?" Mas Ryan melihat ke arahku.

Aku membuat gestur finger heart kepadanya.

"Minta duit?" Dahi Mas Ryan mengernyit.

"Kok minta duit, sih!" Aku kesal.

Lagi-lagi Mas Ryan tertawa.

"Kamu nggak tahu, ya, itu juga isyarat minta duit." Mas Ryan menjawab kalem.

"Berarti Mas Ryan tahu apa arti yang satunya?"

"Tentu saja. Tapi itu hanya sebagai tanda akrab sajakan?!"

"Hhhh!" Aku pura-pura kesal.

Tanpa pamit aku balik kanan dan meninggalkan apotik. Masih tertangkap telingaku suara tawa Mas Ryan saat aku menjangkau pintu. Pada situasi itu aku merasa Mas Ryan memperlakukan aku seperti anak kecil saja. Huh dasar sok merasa tua!

Bersambung...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

mantap ulasannya

20 Mar
Balas



search

New Post