Jamila Sosok Santri Mandiri
“Grobyak… pyar….” Suara keras terdengar dari gotak Al Mawaddah, Ma’had Ar Rohmah. Seluruh santriwati yang sedang dalam jerambah berhamburan ke tempat kejadian perkara. Yaitu gothakan tempat Jamila dan 7 santriawati lainnya tidur dan menempatkan barang-barangnya.
“Masyaallaah.. , lihat Almarimu Mil, hancur” Kata Najwa sambil menggoyangkan bahu Jamila.
Najwa adalah sahabat dekat Jamila yang begitu panik saat melihat almari Jamila yang jatuh dan porak poranda.
“Iya Najwa, itu almariku kok bisa jatuh dan hancur seperti itu ya, aduh…” Jawab Jamila dengan nada heran.
Tanpa berpikir panjang Jamila memohon izin kepada ustadzah untuk tidak mengikuti murojaah dan ingin segera membereskan barang-barangnya yang berantakan. Tak lupa Najwa sebagai sahabat karibnya juga ikut izin membantu Najwa. Keduanya bergegas membereskan satu per satu barang-barang Jamila.
Begitu banyak barang milik Jamila yang ada di Almari, itulah penyebab utama runtuhnya almari Jamila.
"Aduh Mil.. barangmu akeh banget. Yo mesti lemarimu ra kuat” Ucap Najwa sambil membantu membereskan barang-barang Jamila.
"Hehe iya Wa, kok iso akeh ngene yo, padahal iki mung sebagian, yang lain wes tak ashobahne lho" Jawab Jamila sambil tersenyum simpul melihat barangnya.
Itulah diantara percakapan kedua sahabat sambil menata kembali barang yang berserakan dalam kardus, sebagai tempat sementara barang Jamila.
Melihat kedua santriwatinya yang sibuk dengan menata barang, Bu Nyaipun datang menghampiri dan menawarkan kepada Jamila, untuk memakai almari bekas punya santriwati yang sudah boyong tahun lalu. Namun, dengan penuh tawadduk, Jamila menolaknya. Jamila khawatir suatu saat santriwati tersebut datang kembali dan mengambil barangnya.
Beberapa hari Jamila meletakkan barang-barangnya dalam kardus. Sementara dia juga terus membenahi almarinya dengan harapan almari itu masih bisa dipakai. Karena, kayu-kayunya masih utuh hanya beberapa paku saja yang lepas karena tidak kuat menahan beban berat.
Pekerjaan membenahi almari, Jamila lakukan sendiri walaupun banyak teman yang ingin membantunya. Dia tidak mau merepotkan temannya. Diapun juga tidak menyampaikan kejadian ini pada orang tuanya. Dihati Jamila, dia tidak ingin membuat resah orang tuanya hanya karena almarinya yang rusak.
Bersambung Part : 3
Salam Literasi Abadi di Hati
Wlingi, 19 Oktober 2018
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Tulisan luar biasa.. mengispirasi.. pesantren.. beribu kisah...
Terimakasih kasih tadz atensinya. Salam Literasi Abadi di Hati dari kota Wlingi
Wah kisah nyata waktu mondok ya Ustadzah, semoga jd buku yg keren dan laris manis
Hehehe.. Aamiin Yaa Rabbal'alamiin. Terimakasih doa dan suportnya ust
Ditunggu kisah berikutnya bunda
Insyaallaah bunda.. Bimbingan dan arahannya saya tunggu bunda
Selalu ada kisah menarik penuh ibrah yang bisa kita ambil hikmahnya, njih nanda ? Ditunggu lho kelanjutannya. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.
Betul bundaku. Terimakasih salam sehat dan suportnya. Aamiin Yaa Rabbal'alamiin. Salam ta'dzim dari nanda yang di Blitar njih
Begitulah sekelumit cerita santri dan akan banyak lagi cerita lainnya, ditunggu. Barakallah
Insyaallaah bunda.. Doakan ya bisa tuntas. Masukkannya saya tunggu bunda