Siti Romdiyah

Tulisan adalah karya yang tidak akan hilang di telan waktu. Dengan tulisan kita bisa saling membantu. Walau mungkin kita belum bisa bertemu....

Selengkapnya
Navigasi Web
Mengapa Harus Marah

Mengapa Harus Marah

Oleh : Siti Romdiyah

Weekend seharusnya aku nikmati dengan senang hati, penuh kegembiraan dan kebahagiaan.

Namun weekend kali ini membuat hatiku sakit dan penuh rasa marah. Seolah-olah semua hal menurutku tidak ada yang benar dan menyenangkan.

Mau transfer, ATM sedang dalam perbaikan. Mau catting dengan sahabat, kabel telpon tertimpa pohon kelengkeng, sehingga wifi error. Sementara pulsa internet habis karena dipakai anak bermain game. Aduh masih banyak lagi pokoknya, dan semuanya benar-benar bikin hatiku gemes.

Aku tidak tahu penyebab aslinya, hingga semua serasa sebagai pemicu kemarahanku. Yang aku tahu dan aku rasa saat itu, emosiku sulit banget aku kendalikan.

Aku coba ambil air wudu terus membaca Al quran, namun lidahku seolah kaku. Al quran yang merupakan buku favoritku seakan buku yang tidak pernah aku tahu. Seolah-olah membacanya bukanlah kebiasaanku.

Emosi yang biasa aku sebut dengan hawa nafsu benar-benar menguasai relung hatiku.

Aku sadar hal itu amatlah jelek dan tidak pantas aku lakukan.

Apalah gunanya aku hafal hadits laa taghdob walakal Jannah yang artinya janganlah marah maka pahalamu surga, HR Bukhari. Jika aku tidak bisa mengalahkan nafsu amarahku.

Kucoba alihkan pikiranku. Kuambil laptopku dan mulai kubuka Microsoft wordku. Kurangkai kata demi kata sesuai hati nuraniku yang lagi tak menentu.

Aku menulis tanpa berpikir tentang judul. Aku menulis tanpa berpikir tentang keindahan tulisanku.

Dan aku menulis hanya mengikuti hati nuraniku.

Tak pernah kubayangkan akan tertulis rangkaian kata yang begitu panjang dan indah, karena hatiku sedang tidak stabil.

Setelah beberapa menit berlalu. Lambat laun hatiku yang ibarat batu karang, mulai goyang laksana diterjang ombak.

Hatikupun mulai mencair. Mengakibatkan tulisanku semakin mengalir.

Tanpa aku sadari, tulisan yang berisi rasa marah berikut cara mengatasinya tertuang indah di catatanku. Sungguh ajaib menurutku.

Dari fenomena itu, baru kusadari bahwa tatkala hati sedang marah sebenarnya bisa dilerai dengan merangkai kata indah dalam wujud tulisan.

Memang marah itu mudah, namun sabar itu indah dan senyuman adalah sedekah.

Mengapa kita harus mudah marah, kalau kita mampu menahan amarah. Mengapa kita harus bingung, kalau kita tahu banyak cara mengatasinya laksana mendaki gunung. Dan diantara obat marah tersebut adalah dengan menulis.

Jadi masih perlukah kita Marah-marah? Jika hati sedang marah, maka duduk dan mainkan akal pikiran serta indra anda. Cobalah anda tulis kata-kata, seperti anda mencatat kejadian harian anda.

Ajaklah bermain imajinasi anda. Munculkan kolaborasi antara jari-jari tangan dan mata anda untuk menuangkan yang ada di pikiran anda.

Memang sulit, namun dengan kepandaian anda memainkan kerjasama antara pikiran dan indra anda. Maka sesuatu yang hebat akan muncul di hadapan anda. Yaitu tulisan indah tatkala anda sedang marah.

Tak perlu risau dan memperpanjang rasa marah. Karena sebenarnya rasa marah itu, akan semakin membuat anda tak terarah.

Ayo alihkan rasa marah dengan tulisan yang indah. Berliterasilah! Karena dengan literasi hidup akan terarah dan penuh berkah.

Tersenyumlah saudaraku oke.

Salam Literasi Abadi di Hati

Wlingi, 30 Juli 2018

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wow writing ia healing Good job!!

30 Jul
Balas

Alhamdulillaah bunda.. Membaca berkali-kali kok tiada jemu ini gimana ya bund

30 Jul

Pernah saya tulis, Menulislah ketika marah, dan menulislah ketika bahagia, menuliskah ketika sehat, menulislah ketika sedang sakit, menulislah ketika senang dan menulislah ketika sedih, semuanya bisa mewakili perasaan masing-masing, selamat menulis ibu, jangan marah,

30 Jul
Balas

Benarkah ust.. Maaf saya belum membaca semua tulisan ust. Alhamdulillaah jika hal itu pernah ust tulis. Siap ust.. Saya akan stock sabar sebanyak-banyaknya. Kira-kira yang saya tulis senada dengan tulisan ust tidak ya..

30 Jul

Dan....saya pun tersenyum membaca tulisan dari hasil " mengkomunikasikan marah"nya bunda. Subhanallah....luar biasa. Orang yang baik adalah yang mampu mengendalikan amarahnya meskipun saat itu ia pantas untuk marah. Jazakumullah khoiron katsiron untuk tulisan yang indah ini. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah....bunda.

30 Jul
Balas

Alhamdulillaah.. Aamiin Yaa Rabbal'alamiin. Jika bunda tersenyum membaca tulisan saya. Satu kebahagiaan tertambat di hati saya. Dengan harapan semoga dengan senyum bunda kesehatan bunda semakin bertambah seiring keberkahan doa yang bunda curahkan pada ananda. Salam sehat dan sukses selalu dari kami yang di Blitar bunda

30 Jul

Aamiin ya robbal alaamiin.

30 Jul



search

New Post