Siti Romlah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Tagur 53, 'Mami Genk Pademangan'

Tagur 53, 'Mami Genk Pademangan'

Aku mengenalnya si “mami genk”, saat masih bertugas di sekolah menengah atas di daerah Jakarta utara, kurang lebih dua puluh tiga tahun yang lalu, saat itu sekolah tempat aku bertugas, kerap kali terjadi tawuran,bahakan seingatku ada beberapa siswanya yang melakukan tindak pidana, korban dari tawuran meninggal karena terkena sabetan benda tajam, dari salah satu muridku.

Aku tak pernah menyangka, jika kita sebut saja si Fulan, tega menganiaya lawan sekolahnya,hingga ajal menjemput meregang nyawanya dengan sia-sia, pada acara tawuran, entah apa yang di perebutkan dan di pertahankan.

Waktu itu aku, hendak pulang habis selesai mengajar, betapa kaget dan rasa takut yang luar biasa, melihat anak-anak masih mengenakan seragam sekolah berlari-lari ke arahku yang waktu itu, aku tak mengenakan seragam guru, jadi mereka tak menyadari aku adalah se orang guru. Tangan mereka tidak kosong, ada yang membawa clurit, rantai, batu, tali pinggang sekolah,bahkan batu yang jika di lempar mengenai bagian kepala bisa dapat jahitan lima.

Aku langsung bersembunyi di balik gardu, melindungi diri dari serangan salah sasaran, sambil menutupi kepalaku dengan tas, yang aku bawa.jantungku berdegup kencang, keringat dingin mengalir di seluruh tubuhku, rasa takutku yang amat sangat membuat tubuhku menggigil. Fobiaku pada kerusuhan yang pernah mengalami hidupku, kini muncul lagi.

Di saat aku mengalami rasa takut yang amat sangat, tiba-tiba aku mendengar suara seorang wanita yang bila di dengar dari intonasi suaranya, walau samar pemilik suara itu bukan wanita yang masih muda, atau seseorang yang mengenakan jas seragam. Suara itu itu seperti suara sepantaran di bawah sedikit ibuku, yang kini telah lanjut usia.

Ada setitik air, membasahi jiwaku yang telah mengalami trauma, akibat pengalaman diri di masa lalu. Aku mulai berani mengangkat kepala, karena kulihat kelompok tawuran itu telah melewati ditempat persembunyianku. Makin lama suara itu makin jelas,nada suaranya seakan marah besar dengan ucapan sumpah serapah,. Aku seperti tergelitik untuk mengintipnya, dan saat aku mendongakkan kepalaku, betapa terkejutnya aku, terlihat seorang wanita paruh baya, mengenakan celana panjang berbaju lengan panjang sampai sebatas lutut, dengan rambut yang yang di gelung konde ke atas,seperti gunung kecin di ikat karet, mungkin agar tidak terlepas.

Ia membawa sebatang rotan yang lumayan panjang, kurang lebih satu setengah meter. Ia terus berlari mengejar kawanan kelompok yang tawuran, sepertinya mereka kocar-kacir melihar wanita itu, menghadang dan mengejar kelompok itu.

Aku melihat anak-anak berteriak “kabuuuur…bubaaar…ada mami geeeenk” ucap mereka, seperti melihat pasukan petugas keamanan yang berpuluh-puluh jumlahnya.

“Awaaas, jangan sampai kena sabetan rotannya”kata salah satu seorang siswa.

Aku melihat sangat takjub seorang wanita yang umurnya waktu itu, jauh lebih tua dariku, dengan gagah berani menghalau kumpulan anak-anak yang hendak tawuran. Kini ia telah melintasi tempat persembunyianku.

Ada rasa malu, dalam hatiku, mengapa aku yang lebih muda dan pastinya juga mungkin lebih kuat di bandingkan wanita itu, dalam menghalau anak-anak yang hendak tawuran,…(bersambung esok )

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post