Siti Sanusi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
14. E-Toll.. Oh, E-Toll..

14. E-Toll.. Oh, E-Toll..

Saya selalu berusaha menjadi warga yang taat akan kebijakan pemerintah. Oleh karena itu, jauh sebelum e-toll dibakukan, saya sudah menjadi pengguna kartu e-toll. Tujuannya hanya satu, supaya perjalanan menjadi lebih cepat dan lancar, karena di gerbang tol kita akan diberi space khusus melalui Gerbang Tol Otomatis (GTO) dan tidak akan "diriweuhkan" dengan urusan uang recehan bersama petugas.

Tapi pengalaman hari kemarin (20/02), "sesuatu" sekali. Memang sih, ini semua akibat dari keteledoran saya, bepergian ke luar kota dan lupa membawa e-toll. Semua karena saya sudah jarang ke luar kota sendiri, ke mana-mana pasti ditemani pasangan atau jika urusan kerjaan pasti disertai supir menggunakan mobil kantor.

Meskipun lupa, saya tenang-tenang saja karena pemikirannya, "e-toll itu kan ada di mana-mana dan akan mudah mendapatkannya."

Tapi ternyata pemikiran saya salah! Sepanjang perjalanan menuju Bandung (sebelum masuk tol), saya berhenti di beberapa titik minimarket, dan saya dapati jawabannya seragam, "kartu kosong!". Sekalinya ada yang jual, tokennya saja, tapi kartunya engga ada. Ya, buat apa saya isi token, kan kartunya juga belum saya miliki.

Untung saja, masalah kartu yang kelupaan ini sudah saya fikirkan semenjak di Ciranjang mula. Sehingga, saya memiliki waktu yang cukup untuk memikirkannya:

Pertama-tama, saya berenti di Indomart Ciranjang (karena yang saya ketahui, hanya Indomart yang bekerja sama berkenaan dengan e-toll ini). Jawaban dari pelayannya, "kartu toll kosong". Lalu saya berhenti kembali di Indomart daerah Rajamandala, jawaban sama yang saya dapati. Demikian pula dengan tiga titik lokasi Indomart selanjutnya di sepanjang perjalanan (saya tidak tahu nama lokasi Indomart tersebut).

Saya sudah hampir putus asa, lalu kemudian terbersit "Bagaimana jika mencoba mencarinya di Alfamart?" Maka pemberhentian saya selanjutnya, sebuah Alfamart di Citatah.

Tapi ternyata, keberuntungan belum sepenuhnya berpihak kepada saya. Di minimarket tersebut hanya menyediakan kartunya saja, Brizzi. Sementara untuk isinya, kembali saya mendapatkan jawaban yang sama, "kosong"!

Ya sudah, daripada enggak pegang kartu sama sekali, saya membeli kartu e-toll kosong tersebut seharga Rp. 20.000,-

Pencarian masih saya lanjutkan, ujung-ujungnya jadi penasaran, "Akankah pencarian ini menemui akhir?"

Tampak di sisi kanan jalan, saya melihat ada dua minimarket yang berjarak tak begitu berjauhan, Indomart dan Alfamart dengan kantor cabang pembantu bank BRI di antaranya (titik lokasi di sebrang Situ Ciburuy). Pemikiran saya, jika di kedua minimarket tersebut masih tidak saya temukan token e-toll, maka saya bisa mengunjungi bank penyedia kartu e-toll Brizzi-nya langsung, Bank BRI.

Sudah mengira kan apa jawaban dari kedua minimarket tersebut? Hehe.. Maka saya langsung menuju bank, dan entah kenapa tampak bank penuh sesak. Terlihat dari banyaknya orang yang sedang mengantri hingga ke luar pintu kantor.

Hati ini sempat ciut, tapi saya yakinkan untuk melangkahkan kaki mendatangi bank guna mendaatkan jawaban. Beruntungnya saya disapa dengan ramah oleh seorang satpam di sana.

Setelah menjawab sapaan Pak Satpam, saya mengutarakan maksud dan tujuan mendatangi bank secara singkat. Pak Satpamnya tampak mengerti dan beliau menyampaikan bahwasannya pengisian ulang e-toll bisa dilakukan melalui ATM dari bank mana saja.

Dengan sedikit tersipu saya sampaikan, "Isi rekening tabungan saya sedang limit, Pak!" Pak satpam pun tersenyum simpul.

Lalu beliau menyarankan saya untuk menyebrang, "Ibu lihat di depan? Ada agen BRILink, 'Toko Nurwulan' yang menyediakan dan melayani beberapa jenis pengisian token, di antaranya token isi ulang e-toll. Maka Ibu bisa membeli token e-toll Ibu, di sana."

Sesudah mengucapkan terima kasih, saya pun menyebrang dan disambut ramah oleh seorang ibu muda. Sesudah menanyakan keperluan dan saya menjawabnya, ibu tersebut melayani dengan mulut berpromosi, menawarkan aneka jualan yang ada di tokonya. "Barangkali ibu memerlukan tongsis e-toll? Ini di saya murah lho, hanya limabelas ribu saja. Atau mungkin kartu e-tollnya mau dimasukkan ke plastik biar seperti KTP? Jadi kartunya engga bakalan kotor, dan harganya pun di saya murah hanya dua ribu saja."

Saya katakan, "tidak ibu, terima kasih. Token e-toll nya saja." Dan untuk pengisian Rp. 50.000,- saya diminta pembayaran sebesar Rp. 53.000,-

Alhamdulillah, selesai sudah perjuangan saya untuk mendapatkan e-toll. Nah, yang ingin saya sampaikan melalui cerita pengalaman ini, hanya ingin bertanya dan mempertanyakan: kenapa bisa sedemikian sulit mendapatkan token e-toll?

Bukankah para pejabatnya yang terkait sempat menyampaikan, bahwa katanya untuk mendapatkan dan memiliki kartu e-toll berikut tokennya itu mudah? Karena memang tujuannya juga untuk mempermudah para pengguna jalan toll. Tapi kenapa jawaban yang saya dapati dari pengalaman ini bisa seragam, di hampir semua minimarket yang saya datangi?

"Kosong!"

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post