Detik-detik menanti kelahiran buah hati merupakan momen yang sangat membahagiakan sekaligus menegangkan, karena sesudah merasakan sebuah perubahan yang hebat selama 9 bulan 10 hari, kita menyadari adanya makhluk hidup yang tumbuh di dalam rahim. Sebuah bukti keagungan Sang Pencipta, Yang Maha Kuasa.

Banyak obrolan yang entah dari mana mulanya, bercerita tentang pengalaman bersalin. Katanya, kita akan dihinggapi perasaan nyeri, pegal, dan panas di area pinggul dan pinggang, perut terasa kaku, keras, dan kram, sakit pada area V, dan rasa-rasa mual dan muntah.

Tapi ya, memang begitu. Saya pun mengalaminya. Dan di kondisi seperti itu, kita, terutama ibu-ibu yang baru akan melahirkan anak pertama, cenderung diserang perasaan takut, gelisah, dan kepanikan yang luar biasa. Kondisi psikologis yang tidak stabil itu sesungguhnya dapat menghambat pergerakan bayi dan jalan keluar bayi menjadi lambat. Otot di sekitar rahim dan mulut rahim akan ikut menegang dan tidak rileks ketika ibu mengalami depresi atau stres berlebih ketika masa kelahirannya telah tiba. Tapi, ya begitulah. Rasa-rasa yang sulit dihindari dan itu dialami hampir oleh setiap ibu melahirkan.

Perasaan-perasaan yang pernah saya rasakan itu hampir saja terlupa. Namun kemudian saya dapati kembali ketegangan yang hampir sama namun berbeda, karena saat ini anak sulungku tengah bersiap merasakan momen yang sama. Seperti saat dia masih berada di dalam rahimku kala itu. Hanya saja bedanya, kulahirkan dia dengan normal. Sehanya bidan dan peralatan sederhana, kukenalkan dia pada dunia dengan selamat.

Sementara dia di saat ini, tengah terbaring dengan infus tertancap di lengan kirinya dan menyiapkan mental untuk pelaksanakan operasi sesar yang terjadwal hari ini pukul 7 pagi.

Ya! Persalinan anak pertamanya harus melalui bedah sesar, karena posisi bayi yang terlilit ari-ari membuatnya mustahil melahirkan bayi yang diprediksi berjenis kelamin perempuan itu secara normal.

Aku tahu, jantungnya pasti berdebar keras. Ada ketakutan yang nyata tergambar dari raut mukanya. Kuhanya mampu menguatkan, kuajak dia untuk terus berdoa dan bershalawat, semoga Allah memberi kemudahan dan kelancaran pada persalinannya. Semoga, titipanNya itu akan terlahir dengan selamat dan sempurna.

Ya Allah.. Berilah anak hamba kekuatan, ketegaran, dan keyakinan. Semuanya ditangani oleh para ahli di bidangnya, maka yakinkan semuanya akan baik-baik saja.

Namun tetap saja, kekuatan yang kupertunjukkan itu semu belaka. Karena jauh di dasar hati ini, ada ketegangan yang tak mampu kuungkapkan. Menanti kelahiran cucu pertama, sama halnya seperti aku yang tengah menanti kelahiran dia kala itu.

Sudah tak sabar rasanya ingin segera kugendong bayi merah mungil yang masih suci itu sembari kukatakan, "Nak, panggil aku Nena!"

__________________________

*Nena: Nenek Anom