Siti Suhelni

Kelahiran Medan generasi tahun 80'an merupakan sulung dari tiga bersaudara. Menjadi guru merupakan cita-cita sejak SMP. Dan Alhamdulillah dengan segala pu...

Selengkapnya
Navigasi Web

Bumi Raflesia Menanti Kedatangan ku

Bumi Raflesia Menanti Kedatangan ku

Dengan menempuh perjalanan sehari semalam aku bersama nenek menumpangi Bus “Putra Raflesia” tiba keesokan harinya. Nenek sudah sering berkunjung ke sini. Sedangkan aku, ini merupakan kunjungan ku yang kedua kalinya karena sebelumnya aku juga pernah dibawa nenek kemari waktu aku kelas lima. Dari loket bus aku menumpang angkutan kecil menuju ke rumah Nambo.

Awal pertama aku sampai di sana Nambo sangat bergembira menyambut kedatangan kami. Kami diajak bermain ke Pantai Panjang dengan mengendarai motornya aku duduk di depan. Katanya agar aku dapat melihat dan membaca jalan yang ada di kota Bengkulu ini.

Nambo adalah seorang pegawai negri sipil sedangkan etek istri nambo bekerja sebagai dosen di Universitas Negeri yang ada di Bengkulu. Kala itu etek sedang menyelesaikan program sarjananya di Bandung sehingga Nambo hanya tinggal berdua bersama anaknya yang masih TK di rumah. Inilah tujuan nambo membawa ku tinggal di sini sebagai teman anaknya.

Mulanya nenek menginginkan aku masuk ke sebuah pesantren, yang mana pesantren itu kepunyaan Buya yang merupakan menantu dari anak kakak nenek. Namun Nambo tidak menyetujuinya “Eni akan saya masukkan ke SMP”. Walaupun SMP ini agak jauh dari rumah kontrakan Nambo yang sekarang. Tetapi beberapa bulan lagi Nambo akan pindah ke rumah sendiri yang tidak jauh dari SMP tersebut. Aku hanya sebagai pendengar yang baik dari perbincangan antara nenek dan nambo. Aku sih terserah saja mau di sekolahkan kemana saja mau karena memang aku tak punya pilihan hanya menurut saja mana yang terbaik menurut Nambo.

Akhirnya aku bersekolah di sebuah SMP negeri yang ada di Kodya Bengkulu. Dengan tanpa membawa surat pindah dari kampung setelah melalui proses panjang dan mengikuti tes ujian masuk dan negosiasi karena pihak sekolah menginginkan uang bangku sebagai syarat karena aku tidak membawa surat pindah. Aku mendengar Nambo berbincang kepada nenek uang masuk sekolah ku sampai lima ratus ribu rupiah cukup mahal saat itu. Semuanya Nambo yang menyelesaikan dan membayarnya. Karena Aku hanya membawa badan saja tanpa ada uang dari orang tua dan nenek pun hanya membawa uang untuk ongkos bus.

Aku bersekolah di Bengkulu dengan dibiayai oleh Nambo sampai kelas dua SMA. Perjalanan panjang selama lebih kurang lima tahun sangat banyak cerita dan pengalaman yang bisa diambil hikmahnya untuk masa depan ku. Mulai dari awal aku berangkat sekolah. Aku harus terlebih dahulu bangun pagi dari penghuni rumah yang lain. Sebelum berangkat sekolah aku membantu pekerjaan di dapur seperti merebus air untuk minum setelah itu melanjutkan mencuci kain sekeluarga. Kain yang aku cuci tidak boleh menggunakan sikat karena nanti akan berbulu maka kain itu hanya di kucek pakai tangan. Sungguh menyakitkan telapak tangan ini terkadang sampai terkelupas kulitnya kala mengucek baju putih seperti baju sekolah dan singlet yang banyak kotoron menempel.

Pada hari pertama masuk SMP aku tidak diantarkan oleh Nambo karena Nambo telah mengantar ku kala pendaftaran saja dengan diantar pakai motornya. Nambo hanya memberi petunjuk jalan melalui kertas jalur-jalur yang akan ku lewati menuju sampai ke sekolah. Ada perbedaan yang cukup mendasar pemaknaan tentang “taksi”. Nambo berkata bahwa Aku berangkat ke sekolah dengan menggunakan taksi dalam pemahaman ku taksi itu adalah sejenis kendaraan roda empat yang berbentuk mobil rendah atau sedan dan aku tidak bertanya apakah sama maksudnya antara pemahaman ku dengan apa yang dimaksud Nambo.

Aku berjalan lebih kurang dua ratus meter dari rumah Nambo menuju jalan raya. Sesampainya di persimpang jalan aku membelok ke arah kiri simpang lalu aku berdiri di tepi jalan depan Masjid karena menurut keterangan Nambo di sanalah aku menunggu taksi yang menuju ke sekolah ku. Setelah beberapa menit berdiri datang siswa berseragam SMA menanti kendaraan. Aku melihat dia menyetop mobil sejenis carry berwarna merah mobil itu bertuliskan angkutan kota. Sementara itu kendaraan yang berlalu lalang tidak ada yang bertuliskan taksi aku merasa bingung dan ragu yang manakah yang dimaksud taksi oleh Nambo.

Setelah beberapa menit berlalu tiba pula seorang siswa berseragam putih biru dengan percaya diri dan mengeluarkan senyum ramah aku bertanya, “Hai, teman sekolah SMP dimana”, ia menjawab “di SMP Pagar Dewa”. “Wah sama dong kalau begitu, kata ku”. “Mana taksi yang menuju ke sana ya?” Itu yang berwarna kuning ooo ternyata yang dimaksud taksi oleh orang Bengkulu adalah angkutan mini perkotaan tersebut dan aku baru mengerti. Untunglah aku beranikan diri untuk bertanya kalau tidak mungkin aku tidak akan pernah sampai ke sekolah karena memang tidak ada mobil yang bertuliskan taksi waktu itu. Sesampai di rumah ku ceritakan pada Nambo tentang kejadian tadi pagi. Beliau hanya berkomentar “makanya kalau ada informasi yang baru jangan cukup mendengar dan mengiyakan saja tapi harus dikonfirmasi ulang supaya ada kesepahaman antara apa yang dimaksud dengan si penyampai dan si penerima pesan”. “Baiklah, Mbo”, kata ku. Aku menaiki taksi ke sekolah hanya tiga bulan saja karena di bulan keempat Nambo pindah ke rumah baru yang masih satu kelurahan dengan sekolah ku. Jadi hari-hari selanjutnya aku berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki karena jarak yang dekat hanya lebih kurang dua kilometer dari rumah baru Nambo.

Selama aku bersekolah dan tinggal bersama Nambo banyak sekali didikan beliau yang membekas di alam pikiran ku sampai aku dewasa ada yang baik ada pula yang kurang baik terasa oleh ku saat itu. Aku dibuatkan jadwal harian oleh Nambo mulai bangun tidur pukul setengah lima sampai tidur malam pukul sepuluh. Jadwal harian ku harus sesuai dengan apa yang sudah ditempel di dinding kamar tidak boleh melenceng. Terkadang jadwal harian ini terlalu mengikat ku di kala itu menurut Nambo ini merupakan cara untuk melatih disiplin diri. Setelah aku dewasa baru aku menyadarinya bahwa disiplin itu salah satu karakter baik yang harus ditumbuhkan karena disiplin merupakan kunci sukses di masa depan.

Dalam mengelola keuangan Nambo orangnya sangat hemat bahkan cenderung pelit menurut ku kala itu. Setiap bulannya aku hanya diberi uang sepuluh ribu beliau berkata bahwa uang tersebut yang enam ribu digunakan untuk membayar iuran sekolah waktu itu bernama BP3, sedangkan sisanya yang empat ribu untuk uang jajan ku selama sebulan. Namun Nambo berkata, “kalau ada rasanya kebutuhan yang penting mengenai sekolah, Eni boleh minta uang lagi”. Meminta uang lebih jarang aku lakukan karena aku merasa segan dan terkadang ada rasa takut untuk itu. Bisa dibayangkan aku harus bisa membagi uang yang empat ribu untuk tiga puluh ribu hanya sekitar seratus lima puluh rupiah sehari uang segitu hanya dapat untuk membeli permen tidak mungkinkan aku jajan permen setiap hari bisa-bisa gigi ku habis sebelum waktunya. Makanya aku jajan dalam seminggu hanya tiga hari sedangkan tiga hari yang lain waktu istirahat ku banyak ku gunakan untuk membaca buku ke perpustakaan. Dengan membaca buku cerita ada kepuasan batin yang ku dapatkan selain pengalaman dan wawasan yang bertambah tentunya. Perilaku hidup hemat ini ternyata sangat berguna bagi ku kala dewasa yang mana kita harus bisa mengontrol diri mana yang merupakan kebutuhan atau mana yang merupakan keinginan karena uang yang digunakan untuk kebutuhan akan berdaya guna sedangkan uang yang digunakan untuk mencapai keinginan terkadang akan habis tanpa berbekas.

Pengalaman pertama saat bagi rapor catur wulan satu di kelas satu SMP merupakan peristiwa yang sangat mendebarkan jantung ku. Ada perbedaan pola pembelajaran yang ku terima saat aku di SD dengan SMP. Ketika di SD guru ku biasanya mendiktekan setiap materi yang diberikan. Namun saat SMP ini guru banyak menyuruh siswa nya untuk membuat ringkasan atau resume sendiri dari materi yang telah diterangkan yang diambil dari buku paket atau sumber referensi yang dipinjam ke perpustakaan.

Ternyata detak jantung ku yang begitu cepat saat ibu wali kelas membagikan rapor ku dengan perlahan rapor ku buka serasa halilintar menyambar di siang bolong aku mendapat rangking tiga belas dan yang lebih mengharukan ada angka lima di rapor ku untuk pelajaran olah raga.

“Ya, Allah mengapa rapor ku ada yang merah aku bertanya di dalam hati”. Lalu dengan memberanikan diri aku bertanya sama teman ku, ia menjawab, “mungkin karena kamu nggak pernah ikut pelajaran tambahan berenang di Kolam dekat Pantai Panjang” dan tugas klipping juga tidak kamu buat… kan!. Ternyata apa yang disampaikan teman ku benar semua ditambah lagi aku tidak bisa menjawab soal ujian karena Pak Guru tidak pernah mencatatkan. Beliau hanya menyuruh meringkas materi yang ada di buku paket, namun tidak aku kerjakan semuanya.

Setibanya di rumah aku sangat malu dan enggan melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah. Sudah dapat ku pastikan Nambo akan marah besar dan sangat kecewa dengan nilai ku. Dan akhirnya tiba lah saat Nambo menanyakan rapor ku. Pada malam hari Nambo menghakimi ku seperti terdakwa duduk di kursi pesakitan dan Sang Nambo berposisi sebagai hakim. Aku menerima kekerasan sikap dan verbal. Aku menceritakan semua penyebab kenapa nilai ku merah dan aku mengakui semua kesalahan memang berada di tangan ku. Semua perkataan Nambo ku dengarkan dan mengiyakannya dengan mengangguk tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir ku. Maka mulai saat itu aku bertekad akan mengubah perilaku yang kurang baik tersebut seperti tidak berani mengungkapkan pendapat karena memang pribadi ku agak tertutup aku biasa menelan kesusahan ku sendiri tanpa ada tempat untuk membagi keluh kesah ku mungkin sudah didikan dari orang tua ketika kita menceritakan suatu masalah Bapak lebih banyak menyalahkan diriku tanpa memberi solusi sehingga aku terbiasa dengan mengambil keputusan sendiri.

Nambo telah banyak mengubah sikap ku dari pribadi yang cenggeng menjadi jiwa yang tangguh. Hal ini ku rasakan saat pertama aku berada di Bengkulu aku sering menangis di kamar karena merindukan ibu ku nan jauh di kampung. Lalu Nambo menyuruhku mengirim surat kepada ibu sebagai pengobat rindu. Betapa senangnya hati ku saat pertama sekali mendapat surat dari ibu. Dengan berlinangan air mata dengan perlahan kata per kata aku membaca pesan ibu agar aku menjadi anak yang patuh kepada Nambo dan jangan pernah melawan walaupun di dalam hati.

Pernah suatu ketika saat menjelang lebaran Nambo bersama keluarganya pulang ke kampung sedangkan aku disuruh menjaga rumah. Hal tersulit bagi ku sebenarnya untuk tinggal sendirian menjaga rumah di saat mereka pulang sekeluarga. Namun apa lah nasib si badan diri yang lemah ini aku hanya bisa menganggukkan kepala walau dihati terasa amat berat bak batu besar yang menghimpit tubuh ini. Di malam hari aku tidur di rumah tetangga dan waktu siang aku kembali ke rumah untuk membersihkan dan menyapu rumah selama seminggu aku hidup sendiri di tengah keramaian kota ini. Malam takbiran saat orang-orang bergembira menyambut hari kemenangan aku hanya bisa menahan tangis yang terasa sesak di dada. Sehabis salat id bersama tetangga aku masuk ke kamar dan ku tumpah kan air mata ku kebantal sehingga membuat bantal itu basah bermandikan air mata ku. Untungnya tetangga ku orang yang sangat baik Mbak Ita namanya beliaulah yang menghibur ku dengan mengajak ku membuat pempek bersama.

Tanpa terasa waktu tiga tahun sudah aku lalui di sini banyak cerita yang telah ku ungkai sebagai kenangan. Begitu cepat waktu berlalu hari ini merupakan hari kelulusan ku dari SMP Dengan nilai yang pas-pasan aku mendaftar ke SMA di komplek yang sama dengan SMP karena masih rayon yang sama aku diterima di SMUN 3 Kodya Bengkulu. Sebenarnya aku ingin melanjutkan ke SMK namun Nambo mengatakan kalau sekolah di SMK biayanya besar karena ada biaya praktik lapangan. Aku menurut saja yang penting aku dapat bersekolah walaupun hidup ku selalu di bawah tekanan sering dimarahi dan dibulli secara verbal dan sikap aku terima dengan lapang dada walau terkadang hati ini mendongkol. Demi untuk mewujudkan cita-cita ku ingin menjadi guru, cita ini hanya bisa kupendam di dalam hati karena aku tidak yakin apakah bisa terwujud di kemudian hari.

Sudah hampir lima tahun aku terpisah hidup dari orang tua tinggal di rantau orang dengan segala lika-likunya. Aku tetap bersyukur masih bisa bersekolah dengan niat baik dan tanggung jawab dari Nambo walau terkadang cara mendidik Nambo terasa sangat keras bagi ku. Nambo menginginkan kesempurnaan pada diri ku itu menurut ku Nambo ingin aku menyelesaikan semua pekerjaan rumah dengan sempurna mulai dari memasak di dapur, membersihkan dalam dan luar rumah, mencuci dan menggosok pakaian. Dan aku hendaknya pintar dan berprestasi di sekolah misalnya dengan mendapatkan juara sedangkan aku hanya mampu berada di ranking empat. Namun semua itu tidak bisa aku wujudkan misalnya, saat memasak terkadang ada yang gosong, saat mencuci baju ada yang kurang bersih, saat menggosok ada yang tidak rapi dan saat menyapu terkadang tangkai sapu berbunyi. Pekerjaan-pekerjaan rumah tangga yang tidak terselesaikan oleh ku menjadi bahan omelan dan bulian setiap hari.

Rasa jemu dan bosan sudah menyelimuti hari-hari ku. Sempat rasa putus asa dan ingin mengakhiri hidup terlintas dalam pikiran ku karena tidak adanya tempat untuk mengadukan keluh kesah ku. Namun Allah menyadarkan ku kembali bahwa itu adalah godaan setan yang membodohi ku.

Pada suatu hari aku memberanikan diri untuk mengungkapkan keinginan ku pindah ke kampung tempat Bapak dan Ibu. Aku ingin bersekolah di Kinali kata ku kepada Nambo. Peristiwa itu bertepatan dengan kedatangan nenek dari kampung untuk berkunjung melihat etek yang siap melahirkan anak ke duanya. Keinginan ku tidak serta-merta diterima oleh Nambo bermacam alasan Nambo menolaknya namun aku dengan gigih tetap dengan tekad ku untuk pindah dan keluar dari rumah yang membelenggu ku ini.

Suatu ketika ada uni sepupu jauh yang datang dengan tiba-tiba ke rumah Nambo. Ia bercerita tentang keluh kesahnya bahwa ia telah dituduh mencuri oleh Umi yaitu anak dari kakak nenek tempat uni itu tinggal. Lalu dengan simpatinya Nambo menawarkan untuk tinggal saja di rumah Nambo gayung pun bersambut memang itu lah yang diharapkan uni tersebut dapat tempat tinggal. Dan uni itu pun sudah cukup dewasa untuk dapat merampungkan semua pekerjaan rumah tangga.

Hingga pada suatu sore Aku mendengar secara tidak langsung pembicaraan Uni Sepupu Jauh dengan Nenek, “Nek, kata etek dia sudah tidak tahan dengan kelakuan Eni yang keras kepala dan suka melawan di dalam hati, kalau tidak Eni yang keluar dari rumah ini biarlah etek yang pergi”. Entah benar atau sekedar fitnah cerita itu aku tidak ingin mencari kebenarannya. Lalu nenek menanyakan kepada ku tentang kebenaran cerita uni aku menjawab selama ini etek baik-baik saja di depan ku. Tapi nek memang aku sudah tidak betah tinggal bersama Nambo lagi.

Kemudian dengan penyampaian dari nenek yang mengatakan kepada Nambo bahwa Eni ingin pindah ke Kinali tempat ibunya. Dengan terpaksa Nambo mengikhlaskanku untuk pindah. Dengan mengurus segala administrasi dengan bantuan saudara ipar etek yang waktu itu kepala sekolah di Solok yang mengurus surat pindah ku ke Kanwil Padang agar salah satu sekolah yang ada di Pasaman dapat menerima ku. Aku sangat berterima kasih kepada Nambo dan etek yang sudah lima tahun membiayai hidup ku agar aku dapat bersekolah dan dapat memenuhi sandang dan pangan ku. Wahai Nambo ku hanya Allah lah yang dapat membalas semua niat dan budi baik mu maafkan kamanakan mu ini mungkin banyak kekurangan dan kesalahan dan jauh dari sempurna. Bak kata pantun,

Pisang emas bawa berlayar,

Simpan Jarum di dalam peti,

Utang emas dapat dibayar,

Utang budi dibawa mati.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post