Siti Suhelni

Kelahiran Medan generasi tahun 80'an merupakan sulung dari tiga bersaudara. Menjadi guru merupakan cita-cita sejak SMP. Dan Alhamdulillah dengan segala pu...

Selengkapnya
Navigasi Web

Jujur Karakter yang Perlahan Menghilang 19 Sep @Opini

Definisi Jujur menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah 1 lurus hati; tidak berbohong (misalnya dengan berkata apa adanya); 2 tidak curang (misalnya dalam permainan, dengan mengikuti aturan yang berlaku); 3 tulus; ikhlas sedangkan kejujuran merupakan sifat (keadaan) jujur; ketulusan (hati); kelurusan (hati). Jujur sebuah kata yang mudah untuk diucapkan namun terkadang cukup sulit dalam pelaksanaannya. Tidak pula berlebihan kiranya, bila saya mengatakan “jujur” semakin langka dan perlahan mulai menghilang keberadaannya, bahkan tidak lagi menarik bagi kebanyakan orang.

Karakter jujur mulai ditanamkan sedari kecil, seorang ibu berupaya menanamkan sifat jujur terhadap anaknya. Seorang guru melalui pembelajaran di kelas dan pembiasaan yang diintegrasikan dalam materi yang disampaikan, karakter jujur merupakan karakter nomor satu dalam urutan pendidikan karakter yang dikembangkan. Namun seiring bertambahnya usia sifat jujur ini ada kalanya terkontaminasi oleh lingkungan yang berkembang di sekeliling kita yang dapat menghilangkan perilaku jujur tersebut. Maka peran pendidikan agama yang di dalamnya ditanamkan pendidikan karakter dan akhlak yang baik yang dapat menghambat perilaku untuk tidak jujur. Dan kualitas imanlah yang dapat mengantarkan seseorang menjadi pribadi yang jujur.

Jika seseorang berhadapan dengan sesuatu peristiwa atau kejadian, maka orang itu akan memperoleh gambaran tentang sesuatu peristiwa tersebut. Bila orang itu menceritakan informasi tentang gambaran tersebut kepada orang lain tanpa ada “perubahan” (sesuai dengan kenyataannya) maka sikap yang seperti itulah yang disebut dengan jujur. Dengan bahasa lain seseorang dapat dikatakan jujur, bila perkataannya sesuai dengan perbuatannya. Sebagaimana sabda Rasullah Saw : “Hendaklah kalian berlaku jujur, karena sesungguhnya jujur itu menuntun kalian kepada kebajikan. Dan kebajikan itu menunjukkan kalian jalan ke surga.” (HR. Muslim)

Beberapa hari yang lalu, saya sebagai rakyat dan warga negara Indonesia baru saja melaksanakan pemilihan langsung untuk memilih pemimpin yang amanah tentunya. Dalam semboyan pemilu tersebut ada kata jujur dan adil. Kata jujur diletakkan di awal hal ini menunjukkan bahwa hendaknya pelaksanaaan pemilu ini sangat diutamakan kejujuran bagi para penyelenggara pemilu tersebut. Mulai dari tingkat paling bawah yaitu Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara atau KPPS, para saksi yang hadir, PPK yang ada ditingkat kecamatan, KPUD Kabupaten sampai KPU Pusat.

Banyaknya isu yang berkembang melalui media elektronik dan media sosial, yang mengklaim bahwa masing-masing calon adalah sebagai pemenang, membuat saya bertanya “ Siapakah yang jujur diantara mereka?” Kita mempunyai pilihan yang berbeda, walaupun pilihan saya menurut versi penghitungan cepat atau istilahnya “Quick Count” atau “Real Count” menurut pihak lawan kalah dalam peroleh persentase suaranya namun di sisi lain menurut penghitungan versi lainnya pilihan saya menyatakan kemenangannya. Maka pada posisi ini saya akan berada di tengah” artinya apa?” Saya akan lebih mempercayai dengan penghitungan manual oleh KPU namun tetap memantau melalui media apabila ada kecurangan dan melaporkan kepada yang berwenang jika terjadi hal tersebut. Tidak perlu bereuforia dengan kemenangan yang belum pasti dan nyata serta berani menerima kekalahan dengan berlapang dada.

Terkait dengan jujur sebagai karakter yang perlahan mulai menghilang akan nampak pada fenomena pemilu ini. Jujur merupakan karakter yang tidak mudah untuk dilakukan jika hati belum benar-benar suci. Namun sayang karakter yang luhur ini belakangan sangat jarang kita temui, kejujuran dan amanah, sekarang ini perlahan menghilang dan menjadi barang langka.

Mari kita merenung dan merefleksi masing-masing diri, sudah jujurkah saya selama ini? Sudahkah amanah, saya sampaikan kepada yang berhak menerimanya, atau saya masuk dalam kelompok munafik, bahkan mendustai dan mengkhianati diri sendiri, Allah dan RasulNya. Hanya Allahlah yang Maha Mengetahui segalanya.

20 April 2019

Oleh: S.S.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semoga sifat2 kenabian jujur tetap ada di jati diri umat Islam

16 Dec
Balas

Aamiiin, bunda. Sangat miris melihat situasi saat ini. Di saat kita sebagai guru berupaya menumbuhkan karakter siswa saat itu pula berita hoax beredar di mana-mana ya.... Terima kasih telah singgah ya, bunda.

17 Dec
Balas



search

New Post