Sitti Rahma

Lahir di Bone, 19 Nopember 1974, Tamat SMA thun 1993 di iSMA Neg 2 Watampone, kemudian melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri, UNHA...

Selengkapnya
Navigasi Web

Suasana Malam Dipekemahan

Malam kian larut semua sudah lelap, sesekali gemercik air dari dedaunan yang menyapa diatas tenda. Sorotan balon lampu di sudut lapangan membias samar memantulkan cahaya dengan kilauan yang tidak beraturan akibat gerakan dedaunan yang kadang menghalanginya.

Udara makin dingin, terasa perlahan-lahan mengenai ujung jari kaki hingga ke bagian atas tubuh. Kuraih minyak kayu putih yang tersimpan rapi di saku jaket dengan membalurinya seluruh tubuh. Kuraba jemari tangan yang agak mengkerut karena dingin,sedikit menebal dan terasa kaku.

Seperti bayangan orang membungkuk dari tenda kemah disebelh mengalihkan perhatianku. Lama tak bergerak. Mencoba berdehem apakah ia mendengarkan aku atau tidak. Rupanya taka ada tanda bergerak, percikan cahaya lampu dari kejauhan mendesak pandanganku untuk melihatnya. Hhhmmm, rupanya tali jemuran pakaian yang di kaitkan dengan tenda sedikit kendor akibat tiupan mesra angin malam.

Rimbunan perdu yang dialih fungsikan jadi jemuran pun seolah memberi kesaksian yang menyeramkan malam itu. Teringat cerita horror dari novel yang pernah saya baca seolah mengantarkan anganku melihat sosok tubuh besar tinggi.

Kubuka pintu tenda untuk keluar dan mencoba jalan-jalan keliling, kucoba menaklukkan rasa takut sebagai piket jaga malam itu. Perlahan-lahan berjalan ke tiap tenda, untuk memastikan aman situasi malam itu. Dengan rasa was-was yang masih di balut iman bahwa banyak makhluk lain yang berkeliaran juga, tetapi selama kita tidak mengganggunya , mereka juga tidak mengganggu.

Berjalan sambil menoleh kebelakang dengan perasaan ada yang mengikuti, tibaa—tiba leherku terikat dengan tali yang membuat histeris. Siapa disitu..?? Ada apa? Kudengar suara dari dalam tenda berteriak . Aku, tidak apa-apa dengan suara terbata-bata dan ritme jantung yang sulit untuk diatasi. Kenapa ada disitu ? jawabnya, ini gelap. Lampu senter sudah melemah baterainya, karena dipaksa terus bekerja selama 3 malam.

Kupegang leherku yang terlilit tali, sedikit menggores bagian kulit. Tali yang melingkat itu adalah tali jemuran yang dihubungakan antar tenda dan sebuah kayu dimpancang untuk menahannya. Namun tanganku menyenggol kayu penunpunya sehingga jatuh mengenai pas leherku seolah melilit karena kupksakan untuk berjalan.

Mendengar suara saya, Tiara keluar tenda meyakinkan diri baha ia tidak mimpi. .

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap

09 Aug
Balas

Keren kisahnya Bu Siti. Pengalaman yang menyenangkan

08 Aug
Balas

trimkasih kembali..salam literasi.. tapi salah tulis judulx...Pekemahan.hege

09 Aug



search

New Post