Slamet Trihartanto

Widyaiswara LPMP Jateng. Tinggal di Salatiga. Minat menulis, berkebun, dan melukis. Silaturahmi online bisa dilakukan melalui email [email protected]...

Selengkapnya
Navigasi Web

2. Menapaki Tangga Seleksi

Tiba juga hari yang kami tunggu. Berbekal surat undangan mengikuti seleksi tes tertulis calon widyaiswa, kami berempat berangkat ke Semarang. Karena rumah kami berjauhan satu sama lain. Sepakat kami berangkat sendiri-sendiri dari rumah masing-masing dan bertemu di BPG Srondol, Semarang.

Sesampai di BPG Semarang, terasa hatiku seperti mengecil. Ternyata peminat menjadi widyaiswara saat itu buaanyak sekali. Ada sekitar 300 orang dari unsur guru, kepala sekolah, pengawas sekolah yang datang dari berbagai kabupaten di Jawa Tengah. Bahkan beberapa nama terkenal juga mengikuti seleksi itu. Semakin menciut nyaliku saat itu. Tetapi kucoba kuhibur kegalauanku dengan ungkapan idep-idep buat pengalaman.

Setelah proses daftar ulang, kami dimasukkan dalam beberapa kelas. Ternyata kami berempat dari Wirosari harus berada di ruang yang berbeda satu sama lain. Harapan untuk bisa seruang, lalu bisa bekerja sama saling mendukung layaknya siswa mendadak sirna. Ternyata kami berempat harus bertarung bersama 300 peserta lainnya.

Ada serangkaian tes tertulis yang harus kami kerjakan. Intinya tes itu adalah Tes Potensi Akademik (TPA). Ada tes verbal, numerik, dan logika. Namun, ada pula tes kreativitas, menggambar, dan menulis karya ilmiah sederhana. Hampir seharian kami berpacu dengan waktu mengerjakan serangkaian tes itu. Meskipun susah payah aku berusaha mengerjakannya, ada kelegaan dan hati yang mengembang seusai tes itu. Bukan bermaksud sombong, rasanya aku bisa mengerjakannya. Tes itu mirip-mirip dengan tes saat mengikuti seleksi S-2 di UNS. Akan tetapi, melihat kerumunan peserta seusai tes dan sejumlah nama besar yang kukenal, hatiku kembali ciut. Selanjutnya, segalanya kupasrahkan kepada Yang Kuasa.

Tak kuduga tak kusangka, meski amat kuharapkan. Datang surat undangan untuk mengkuti seleksi tahap kedua menjadi widyaiswara. Kali ini adalah tes lisan atau wawancara. Tak terkira girang rasa hatiku saat itu. Ternyata kawanku, yang juga biasa tidur di sekolah, Pak Ikhsanudin juga mendapat undangan serupa. Kami pun siap kembali berdua bertarung bersama. Kali ini ternyata pesertanya sudah dibatasi yaitu hanya 27 peserta yang lolos seleksi tahap pertama. Wow, rasanya sesuatu banget saat itu terpilih menjadi 27 dari 300-an peserta.

Berbekal doa restu kepala sekolah dan teman guru, kami berdua kembali datang ke BPG. Sudah tentu doa dan pesan keluarga turut serta mengiringi langkah kami ke Semarang. Lagi-lagi kami berangkat dari rumah masing-masing. Pak Ikhsan dari Purwokerto, saya dari Salatiga. Sesampai di BPG, kami berkumpul bersama 27 calon widyaiswara. Tak ada yang kukenal sebelumnya. Walau setelah berbincang bersama, kutahu ada 4 guru dari Grobogan. Selebihnya ada dari Kudus, Semarang, Boyolali, Sragen, dan lainnya. Semula kusangka guru biasa, tak ada nama guru yang tersohor sebagai Guru Inti atau Instruktur. Rupanya aku keliru, beberapa diantaranya adalah sosok guru yang sarat prestasi dan berpengalaman. Kembali rasa minder bergayut di hati. Saat itu juga kutahu, ada 3 orang peserta dari guru Bahasa Indonesia.

Tes wawancarapun dimulai. Satu persatu kami memasuki ruang wawancara yang telah menunggu para Dosen dari Universitas di Semarang sebagai pewawancara. Ada tiga ruang yang disediakan untuk wawancara. Perasaan dag-dig-dug memenuhi rongga dadaku dalam menanti giliran. Tak ada bayangan sedikitpun materi apa yang bakal ditanyakan kepadaku. Kesiapan yang kulakukan berdasarkan pesan orang tuaku hanyalah jawab saja sejujurnya apa yang ditanyakan. Atas inisiatifku, kubawa semua piagam dan sertifikat yang kuperoleh semasa menjadi mahasiswa dan guru. Turut kubawa serta buku pelajaran yang sempat kutulis bersama teman. Siapa tahu aku harus menunjukkan sebagai bukti.

Akhirnya, namaku dipanggil. Kuketuk pintu ruang wawancara. Kumasuki ruangan ber-AC, berukuran 4x3 m, di sana ada meja dan kursi saling berhadapan. Setelah dipersilakan duduk oleh pewawancara yang berusia 50-an tahun, segera kududuk di kursi yang tersedia. Wawancara pun dimulai.

Seingatku tidak ada pertanyaan yang tidak dapat kujawab. Pertanyaannya sederhana dan sangat personal. Hanya tentang nama, rumah di mana, istri kerja di mana, anak berapa, tugas di mana, sudah berapa lama menjadi guru, apa motivasi menjadi widyaiswara, apa modal menjadi widyaiswara, apa yang akan dilakukan bila kelak menjadi widyaiswara, dan pertanyaan sejenis itu. Kujawab dengan mudah dan jujur apa adanya sejumlah pertanyaan itu. Ternyata ada gunanya juga kubawa portofolio tentangku. Sempat juga kutunjukkan piagam, sertifikat pelatihan, dan buku karyaku semasa menjadi guru. Usai sudah dengan kelegaan dan keceriaan ketika aku keluar dari ruang wawancara. Sekitar 15 menit wawancara itu berlangsung.

Sekitar seminggu kemudian, datang surat pengumuman hasil tes wawancara. Masih dalam amplop tertutup kuterima dari petugas TU di sekolah. Segera kubuka surat itu, Alhamdulillah aku lolos seleksi tahap ke-2 itu. Ada sembilan nama yang lolos tes wawancara. Wow, rasanya melambung hati ini. Cita-citaku menjadi widyaiswara seolah sudah dalam genggamanku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sepertinya dulu sering ketemu ketika ada program Bermutu?

16 Jul
Balas

Ya.... Betul. Bisa jadi....

16 Jul

Keren banget, pak. Mantap

16 Jul
Balas

Makasih

17 Jul

Lanjutkan ke tahap selanjutnya..

16 Jul
Balas

Mumpung sedang semangat, kulanjutkan menulis bagian kedua perjalananku menjadi widyaiswara. Mohon kritik dan saran atau komentar dari pembaca yang budiman.

16 Jul
Balas

Alhamduillah perjalanan yang bermakna dan berprestasi menjadi Widyaiswara.Selamat dan Sukses pak

16 Jul

Itu pengalaman masa lalu. Atas motivasi sagusabu, kenangan itu kubagikan di sini.

17 Jul
Balas

Pengalaman yang luar biasa

17 Jul
Balas



search

New Post