Episode: Maju Bersama Siswa (1)

_______________________

BILA dihitung mundur bulan Juli ini penulis sudah menjadi guru selama 30 tahun, masa yang lumayan panjang untuk berbagi dengan sejawat guru dalam memberikan penilaian secara obyektif. Tidak sekedar berteori dan asal ngomong, masalah suka duka bekerja bersama dengan sejawat guru, mendampingi dan maju bersama dengan siswa, maupun mendapat masukan dan kritik dari wali siswa adalah 'sego jangan'.

Kini mengawali tahun ajaran baru sekaligus menuju 31 tahun penulis mengemban amanat menjadi guru. Ada beragam rasa berkecamuk dalam dada, bangga bila memperhatikan kesuksesan anak didik dan sedih dan trenyuh bila diantara anak binaanna gagal dalam mengarungi kehidupan.

*****

Kini, setelah lebih dari satu bulan terlepas dari kungkungan hingar bingar pembelajaran. Penulis dan kita (guru) kembali diingatkan untuk fokus dan mencurahkan segenap jiwa dan raga dalam mengemban tugas negara. Awali dengan membaca Basmallah, lalu buka dan baca dengan cermat peraturan Undang - Undang No.14 tahun 2005 (35) yang menyebutkan bahwa beban kerja guru itu mencakup kegiatan pokok yang berisi merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan.

Dari beragam beban kerja yang harus dijalani oleh guru tersebut, diantaranya adalah melaksanakan tugas tambahan. Dan dari beragam tugas tambahan itu salah satunya adalah menjadi wali kelas. Sebagai seorang pendidik dan kini mengemban tugas menjadi wali kelas yang 'kata orang' wakil orang tua di sekolah. Punya peran strategis dalam memberikan arahan, mengatur strategi jitu dalam penanaman nilai-nilai budi pekerti yang luhur. Dalam mata pelajaran PJOK misalnya selain mengajarkan materi perlu ditanamkan nilai-nilai sportivitas, kerjasama, kesopanan, kesantunan dan menghormati yang lebih tua.

Peran wali kelas bisa optimal dan sekaligus menjadi idola bagi siswa binaan di sekolah bila: Pertama, memiliki sikap ikhlas. Sikap ikhlas membuat pekerjaan menjadi ringan tidak peduli seberat apa masalah yang dihadapi siswa. Apalagi siswa yang menjadi tanggung jawabnya bukan anak kandung atau saudara sendiri. Dengan menyadari bahwa mendidik siswa ke arah yang lebih baik merupakan salah satu ibadah, membuat hati ikhlas tidak ada kata berat dalam melaksanakan tugas.

Kedua sabar, sikap sabar diperlukan dalam mengelola kelas yang menjadi tanggung jawabnya. Termasuk menghadapi permasalahan siswa yang sangat kompleks dan mereka akan membutuhkan penanganan ekstra. Tidak semua siswa cepat sadar dari perbuatan yang tidak baik sehingga butuh sikap yang sabar. Sikap sabar dalam hal ini tentu dalam koridor aturan sekolah. Jika pada suatu tingkat tertentu siswa sudah tidak bisa ditangani, tentu sudah perlu adanya suatu ketegasan.

Ketiga adil, tanpa membedakan status siswa binaannya. Semua siswa berhak mendapat perlakuan yang sama baik itu pandai atau sebaliknya, kaya atau miskin. Adil dalam hal ini dapat bermakna setiap anak mendapat hak dan perlakuan yang sama atau setiap anak mendapatkan sesuatu berdasarkan prestasi kesehariannya.

Keempat perhatian, wali kelas hendaknya memiliki sifat tanggap sekaligus peka terhadap permasalahan siswa. Sebelum permasalahan tersebut mengganggu belajar siswa atau bahkan mengganggu suasana kelas, sedini mungkin harus ditangani. Memiliki sifat simpatik sekaligus empati dan perhatian terhadap siswa, akan membuat siswa merasa mendapatkan apa yang mungkin tidak diperoleh dalam suasana keluarga. Siswa akan menjadi terbuka dalam mengungkapkan permasalahanya, dan tentunya untuk masalah-masalah yang komplek wali kelas harus bekerjasama dengan Guru BK.

Kelima konsisten, sebagai panutan siswa di kelasnya, wali kelas harus konsisten dari sikap dan perbuatan. Jika sikap ‘mencla mencle isuk dele sore tempe’ masih akan terus dipertahankan atau bahkan dipelihara, akibatnya siswa binaan tidak akan percaya.

Keenam tegas, dalam bersikap. Ada siswa yang mudah diatur dan ‘katrok’. Untuk itu perlu sikap ketegasan dari wali kelas, untuk menegakan tata tertib sekolah dan tata tertib kelas yang telah disepakati bersama. Tegas tidak berarti harus galak, tetapi konsisten dalam menegakan aturan. Siswa yang melanggar harus diberi sanksi sesuai aturan sekolah atau kesepakatan kelas. Membimbing siswa memang perlu kesabaran dan perhatian. Tetapi itu tidak berarti tidak ada sanksi, jika sudah melewati batas aturan yang telah ditentukan.

Ketujuh keteladanan, menjadi panutan siswa mencerminkan seseorang yang berbudi pekerti luhur. Seorang wali kelas yang cuma bisa bicara tetapi tidak memberi contoh dari sikapnya, tidak akan mendapat respect dari siswa. Siswa binaan akan menganggap wali kelasnya hanya pintar bicara tetapi tidak ada buktinya.

Kedelapan menjadi mediator tangguh. Wali kelas harus dapat menjadi sosok penengah menghadapi perselisihan antar siswa, permasalahan antara siswa dengan orang tuanya, maupun siswa dengan sejawat guru. Menjadi mediator tidak berarti harus menjadi sosok pengambil keputusan. Tetapi menghubungkan pihak pihak yang bermasalah baik siswa dengan siswa, siswa dengan guru lainya maupun siswa dengan orang tuanya.

Delapan syarat ini saja bisa dijalankan dengan baik oleh seorang wali kelas, insyaallah Anda menjadi teladan. Teladan bukan hanya dari siswa binaannya, tetapi juga warga pembelajar, dan acungan jempol dari wali siswa Semoga ...

______________________________

Turen - Malang, 26 Juli 2018

Si Pembelajar - Slamet Yuliono -