Slamet Yuliono

Belajar menuju jati diri yang dewasa...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kualitas Guru dan Kredibilitas Sekolah
https://www.hipwee.com/feature/sekolah-cuma-5-jam-tanpa-pr-ujian-nasional-kenapa-orang-finlandia-bisa-pintar/

Kualitas Guru dan Kredibilitas Sekolah

Di era keterbukaan seperti saat ini, informasi apa saja akan dengan mudah diketahui publik, termasuk ‘dapur’ yang ada di lingkungan pendidikan (sekolah). Baik buruknya kondisi yang ada di lingkungan sekolah akan dengan mudah menjadi sorotan dan pergunjingan masyarakat. Bila salah urus dalam merealisasikan program yang dibuat sekolah akan berdampak luas terhadap kredibilitas sekolah itu sendiri.

Termasuk adanya ‘oknum’ guru yang coba bermain karena urgennya mata pelajaran yang diampunya, dengan melakukan kesalahan mendasar dalam proses pembelajaran. Mereka lupa, bila tindakannya itu mencederai akal sehat dan pastinya mudah menjadi sorotan pihak-pihak terkait. Contoh sederhana: ‘bergerilyanya’ guru-guru yang pengampu mata pelajaran nasional (UNAS) untuk menawarkan diri sebagai ‘dewa penolong’ kepada siswa. Agar mengikuti les (pelajaran tambahan) dengan harapan pelajaran di sekolah tidak tertinggal.

Yang lebih memprihatinkan, ada ‘oknum’ guru les ini yang dengan sengaja memberikan materi-materi beserta pembahasannya dalam bentuk ulangan harian. Dampaknya bagi anak yang tidak mengikuti les tambahan pada ‘oknum’ guru tersebut akan mendapat nilai yang jelek.

Sikap dan perilaku menghalalkan segala cara semacam inilah salah satu dampak keterpurukan nilai kepercayaan siswa (termasuk orang tua) itu, yang terkadang dibawa ke sekolah. Suatu hari penulis (yang waktu itu masih menjadi staf) didatangi orang tua siswa/wali murid. Dengan penuh selidik dan rasa curiga orang tua siswa tersebut menginvestigasi dan menanyakan banyak hal tentang bagaimanakah guru di mata siswa?

Ada kesan bahwa orang tua tersebut kurang percaya kepada guru. Ini terlihat dari cara mereka menginformasikan ke sekolah berdasar laporan dari anak-anaknya, serta beberapa kolega sesama orang tua siswa dan menilai ‘oknum guru’ tersebut sangat tidak adil. Sehingga wajar wali murid tersebut kurang menghormati dan menghargainya.

Kejadian dan kasus semacam ini perlu mendapat respon lebih. Karena kepribadian guru ini turut menentukan, apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi peserta didiknya. Ataukah menjadi perusak dan penghancur bagi masa depan anak didik, terutama mereka yang kini duduk di jenjang SD dan SMP.

Tuntutan Guru Profesional

Guru profesional tidak hanya dituntut memiliki kompetensi, guru proesional juga harus memiliki kepribadian yang baik, serta memiliki kecakapan dalam mengajar. Artinya seorang guru dapat mencerdaskan dengan berbagai pengetahuan yang diajarkan dan dengan akhlak yang baik. Guru harus mampu membina mental dan akhlak anak didiknya. Guru perlu menjaga citra dan bisa dijadikan contoh teladan bagi muridnya.

Problema yang terjadi saat ini, masyarakat semakin merasa kesulitan mencari figur keteladanan dari guru. Terbukti profesi pendidik hingga saat ini masih banyak dibicarakan, hampir tiap hari media massa memuat berita tentang perilaku guru yang kurang baik atau negatif. Padahal setiap saat, guru dituntut selalu memperlihatkan tanggung jawabnya sebagai pendidik di hadapan anak dididiknya.

Berkurangnya penghargaan orangtua terhadap guru dan lembaga sekolah juga memberikan gambaran kepada kita jika kewenangan guru terhadap perkembangan anak didik di sekolah juga menjadi berkurang.

Berbeda dengan pendidikan zaman dahulu, seorang guru sangat disegani dan dihormati murid, orang tua, maupun masyarakat. Guru dijadikan contoh teladan dan citra guru sangat baik di mata mereka. Jika seorang anak ada masalah di sekolah, maka orang tua akan menyerahkan sepenuhnya kepada kebijaksanaan guru untuk menyelesaikan masalah anak tersebut.

Jika seorang anak melakukan pengaduan kepada orang tuanya, maka si anak akan semakin dimarahi oleh orang tuanya. Orang tua akan mengatakan pada si anak masalah sekolah selesaikan di sekolah begitulah arif bijaksananya orang tua dahulu. Kita rindu keadaan seperti itu, dan membangun kepercayaan publik seperti inilah yang akan membawa bangsa ini menuju era keemasan di tahun 2045.

Sebagai bahan renungan pentingnya kualitas guru sering diilustrasikan dengan analogi seperti ini: ‘jika ada seorang dokter yang malpraktek, maka akibatnya hanya mengenai pasien yang ditangani sang dokter dengan resiko tertinggi kematian sang pasien’. Tetapi jika seorang guru salah mendidik, maka yang mati bukan hanya akal tetapi hati dan jiwa sang murid. Itupun masih berimbas pada anak keturunannya jika kelak sang murid menjalani kehidupan sebagai orang dewasa.

Mengakhiri tulisan, jika peningkatan kualitas guru dari moral hingga materi ajar bisa dilakukan berkelanjutan. Niscaya bukan hanya siswa/murid yang diuntungkan, melainkan para orang tua atau wali murid pasti bangga.

Kalau guru berkualitas, tentu mereka tak perlu menambah kegiatan putera-puteri mereka dengan beragam les yang bukan saja menghabiskan waktu sosial anak-anak. Akan tetapi juga menambah beban biaya dan perhatian bagi para orang tua. Lebih dari itu, guru dengan kualitas terbaik menjamin tercapainya harapan bangsa, seperti harapan pendiri bangsa ini. Semoga

Turen, 10 Pebruari 2019

Slamet Yuliono (Pembelajar di SMP Negeri 1 Turen - Malang)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ini adalah suatu ulasan yang dalam sebagai bahan introspeksi bagi guru. Saya berharap pelanggaran etika profesi yang Bapak paparkan adalah kasuisstis. Bukan gejala yang sporaadis. Toh tulisan ini bukan hasil penelitian,, sekedar kegalauan penulis melihat fakta lokal yang teramati. Semoga demikian. Sehat dan sukses pak Yuli.

10 Feb
Balas

Terima kasih atensinya Pak, salam kenal

12 Feb

Mantap..inspiratif. thanks..

10 Feb
Balas

Sama2

12 Feb



search

New Post