Slamet Yuliono

Belajar menuju jati diri yang dewasa...

Selengkapnya
Navigasi Web
SPIRIT TO CHANGE MY LIFE
https://papuakini.co/2017/03/20/sma-ypk-aitumeri-kaibi-kurang-tujuh-guru-bidang-studi....

SPIRIT TO CHANGE MY LIFE

Jam-Kos Siapa Takut (-2-)

Oleh: Slamet Yuliono *)

Pembelajar di SMP Negeri 1 Turen - Malang

Penulis yang pernah bersekolah juga akan meng’amin’i, bila siswa melihat dan mendengar akan ada ‘jam kosong’ di kelas mereka pasti merasa senang. Jam pelajaran kosong, sesuatu yang mengasyikkan, hitung-hitung bisa untuk refresing sekaligus sarana penyegaran. Apalagi sebagai seorang remaja yang cenderung merasa gerah di sekolah bila dalam situasi yang statis dan menjemukan.

Padahal bila jam kosong ini terus ditelantarkan, tentu akan membawa dampak negatif bagi kelangsungan kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut. Dan akhirnya secara tidak sadar berdampak pada siswa yang punya kemampuan rendah.

Dampak lain yang tidak kalah penting adalah memberikan peluang penyimpangan perilaku yang resikonya kurang baik. Terjadi kerawanan untuk kemudian membentuk kelompok-kelompok (gang) tertentu. Yang pada awalnya hanya membuat kegaduhan dalam kelas, mengganggu proses belajar mengajar kelas lain, sampai dengan aksi negatif di luar lingkungan sekolah. Bahkan bila tidak segera mendapat penanganan yang serius bisa menimbulkan perkelahian antar siswa ataupun tindak kriminal lainnya.

Upaya Penanggulangan

Siswa yang baik tidak mengharapkan kelangsungan proses belajar mengajarnya terhambat, apalagi pada sekolah-sekolah yang sudah dianggap mempunyai nama besar. Tentu ini juga berlaku bagi sekolah-sekolah yang beranjak dari keterpurukan dan yang sedang merintis menjadi sekolah “unggulan”.

Dengan adanya informasi dan trik dari penulis berikut, diharapkan jam sekolah yang kosong bisa dimanfaatkan agar bermanfaat dan berjalan lebih baik sekaligus sebagai bekal pemahan pengetahuan, khususnya bagi siswa maupun penentu kebijakan (sekolah). Agar kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut tidak terganggu dan bisa berjalan dengan baik, meskipun itu adalah “jam kosong”. Sehingga jam kosong yang semula terabaikan, dan berlalu tanpa kesan bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, oleh sekolah tersebut :

Pertama, menciptakan rasa senang di sekolah. Meminjam istilah Dave Meier, dalam bukunya The Accelerated Learning Handbook dijelaskan, “Menyenangkan atau membuat suasana belajar dalam keadaan gembira bukan berarti menciptakan suasana ribut dan hura-hura. Ini tidak ada hubungannya dengan kesenangan yang sembrono dan kemeriahan yang dangkal. ‘Kegembiraan’ disini berarti bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh, serta terciptanya makna, pemahaman (penguasaan atas materi yang dipelajari), dan nilai yang membahagiakan pada diri si pebelajar. Itu semua adalah kegembiraan dalam melahirkan sesuatu yang baru. Dan penciptaan kegembiraan ini jauh lebih penting ketimbang segala teknik atau metode atau medium yang mungkin dipilih untuk digunakan.”

Kedua, membagi kelompok kerja kelas yang efektif, efisien, jelas dan bertanggungjawab. Artinya program pembagian tugas kelas yang di bentuk selama ini yang hanya berfungsi pemenuhan administrasi, bisa dioptimalkan dengan pembagian kerja kelompok, dan bermanfaat sewaktu-waktu diperlukan. Misalnya ada jam kosong, maka kerja kelompok yang sudah dibentuk di kelas ini tidak sia-sia.

Ketiga, saran bagi sejawat guru perlu memberikan tugas yang edukatif. Tugas yang edukatif adalah satu bentuk tugas yang bisa diterima, dikerjakan dan dijalankan oleh siswa dengan senang hati sesuai dengan kadar waktu belajar. Tidak dalam tugas yang hanya sebatas memindah buku atau yang sejenisnya, sehingga dikerjakan dengan benar sesuai petunjuk tanpa ada rasa terpaksa.

Keempat, Mengoreksi hasil tugas dengan benar. Ini berkaitan erat dengan privasi pengajar. Beliau harus bisa mempertanggungjawabkan pemberian tugas tersebut dengan baik dan bila ini dilakukan dengan benar, guru tersebut akan tetap terhormat di hadapan siswa-siswanya bila tugas itu benar-benar dikoreksi dan dikembalikan ke siswa, secara benar.

Kelima, sekolah menyiapkan guru piket pengganti (cadangan) yang serumpun. Artinya, bila ada piket guru yang sama-sama bidang ajarnya dengan guru yang hari itu tidak masuk, maka secara tidak langsung akan bisa membantu menjelaskan tugas yang diberikan guru tersebut.

Sebagai kata akhir masalah ‘jam kosong’, yang untuk sementara ini dijadikan sarana paling jitu untuk hura-hura, dan kurang bertanggungjawab oleh sebagian besar siswa. Tetapi karena sistem dan aturan yang diberikan oleh pihak sekolah pada saat jam kosong ini benar-benar diefektifkan dan bisa dipertanggungjawabkan. Maka kegiatan (proses belajar mengajar) bisa berjalan dengan baik. Dan yang terpenting siswa mau menyadari dan akhirnya bisa menerima. Bahwa jam kosong itu sebenarnya adalah jam yang seharusnya tetap eksis untuk giat belajar.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post