Slamet Yuliono

Belajar menuju jati diri yang dewasa...

Selengkapnya
Navigasi Web
SPIRIT TO CHANGE MY LIFE
https://www.google.com/search?q=Mem-Bully+Siswa&source ……

SPIRIT TO CHANGE MY LIFE

Mem-Bully Siswa, No Way!

Oleh: Slamet Yuliono *)

Pembelajar SMP Negeri 1 Turen Kab. Malang

PAGI sekian tahun yang lalu penulis disapa seorang pekerja las yang sedang memperbaiki pintu gerbang sekolah yang rusak. Pertanyaan basa basi yang dilakukan tukang las: Bapak ini apa yang dulu pernah mengajar di sekolah X sekian puluh tahun yang lalu. Penulis amati dan perhatikan dari tadi sepertinya pernah saya kenal. Terlontar ucapan ragu namun tulus sekaligus mengingatkan memori penulis 28 tahun yang lalu. Dan timbul pertanyaan dari penulis: namamu siapa, dan kamu sekolah disini itu, temanmu yang paling dikenal siapa?. Dan endingnya terjadi dialog yang berkembang, mulai pada hal umum yang kini sedang dikerjakan hingga menjurus pada hal pribadi masing-masing.

Dari hasil dialog dan saling mengingat masa lalu tersebut ada satu kesimpulan yang susah penulis lupakan, yaitu diingatkannya kebaikan dan keburukan saat saya menjadi pengajar maaf (mantan) siswa tersebut yang ini tidak mungkin terjadi saat itu. Era dimana otoritas guru sangat dominan dan seolah guru tidak pernah salah dalam menyampaikan materi maupun berbuat.

Dengan semakin berkembangnya pola pikir, sikap simpatik dan empati yang ini bisa kita saksikan bersama dalam kehidupan sehari-hari khususnya di kalangan pelajar. Tidak bisa dipungkiri bahwa ternyata manusia itu tempatnya salah dan lupa. Hal ini tidak mungkin bisa diketahui tanpa diingatkan oleh orang lain terutama mereka-mereka yang terlibat langsung.

Dialog berakhir, penulis coba merenung dan kembali mengingat hal-hal buruk yang pernah terjadi sekarang dan sekian puluh tahun yang lalu. Satu diantaranya adalah kebiasaan kita mencemooh, menghina dan merendahkan martabat orang lain, terutama siswa. Kebiasaan buruk yang di era sekarang disebut mem-bully.

Kenapa Mem-bully

Sekali lagi tulisan berikut, hanya mencoba merekam ulang beberapa faktor yang menjadikan seseorang (siswa) khususnya kena bully adalah sebagai berikut: Pertama faktor bawaan lahir (genetika) seperti cacat fisik, tampang kurang ‘menarik’, anak yang ‘nakal’, tubuh yang kecil, warna kulit atau rambut yang beda dari kebanyakan dan lain-lain. Beberapa keadaan ini sering menjadi obyek terjadinya pem-bully-an.

Meskipun, semua kondisi dan keadaan bawaan lahir ini adalah anugerah Allah swt yang terbaik menurut-Nya. Bagi kita, ‘kekurangan’ yang dimiliki seseorang tersebut tidak boleh untuk dijadikan sasaran bully atau tindak diskriminatif lainnya. Apalagi, ketika suatu lingkungan misalnya sekolah yang sudah mengadopsi dan menerapkan karakter ‘insklusif’, selayaknya tindak pem’bulyan dan diskrimantif lainnya tidak layak terjadi lagi.

Kedua, faktor status sosial, seperti kemiskinan, keturunan orang yang tidak berkedudukan, pakaian dan aksesoris yang kumal, apalagi jika teman sekolahnya berasal dari orang-orang ‘ningrat’, orangtua tersangkut perkara hukum yang menjadikannya dimasukkan ke penjara, dari suku dan agama minoritas, dll.

Ketiga, faktor selektif-prestatif, seperti tidak naik kelas, bodoh, lemot alias telmi alias telat mikir alias tidak nyambungnya materi ketika belajar atau ketika diajak berkomunikasi, kurang wawasan, kurang gaul, kurang menarik, dll. Meskipun sebagian dari mereka merupakan faktor keturunan. Sedang bodoh dan menyebabkan tidak naik kelas, semakin menjadikan seorang anak menjadi sasaran empuk perbuatan bully teman-temannya.

Keempat, faktor budaya dan lingkungan sosial yang buruk, seperti budaya mencontek, sikap materialis, individualis, dan melegalkan kelompok-kelompok geng, dll. Kelompok materialis biasanya hanya akan berteman dengan sesamanya saja. Bila ia kaya, biasanya hanya mau berteman dengan anak-anak orang kaya saja. Bila ia tidak kaya, biasanya mereka akan menjadi ‘pelayan’ dan ‘penggembira’ bagi teman kayanya tersebut. Dan jadilah mereka geng tersendiri yang memiliki gaya dan perilaku berbeda dari yang lainnya.

Kelompok geng seperti ini ada di tengah kelompok siswa. Adanya satu figur siswa yang kaya, individualis, bisa menarik teman-temannya dalam kelompoknya, dan sering berbuat ‘onar’ berbuat iseng kepada teman siswa lainnya yang bukan kelompoknya yang memiliki beberapa faktor penyebab bully di atas.

Kelompok seperti ini biasanya paham dan pandai menarik simpatik orang lain, bahkan memiliki ‘struktur kelompok’ yang rapi. Ada yang menjadi jubir (juru bicara), ada yang menjadi bodyguard dan kadang tidak segan menggunakan cara-cara pemaksaan, ada yang bertugas menjadi mata-mata, dan sebagainya. Sehingga setiap kali kelompok mereka terendus guru misalnya, mereka bisa berkilah dan bisa menyelamatkan diri.

Kelima, diskriminatif guru. Secara teori ini tidak mungkin, tetapi siapa yang berani menjamin ini tidak terjadi. Apalagi kalau menghadapi anak-anak yang susah dikendalikan, atau karena guru sedang ‘galau’. Hal yang seharusnya tidak mungkin menjadi

Mestinya guru menjadi teladan, tetapi bisa juga menjadi sosok yang menjadi pemicu, melanggengkan, minimal membiarkan tindakan bully masih terus terjadi. Contoh, tidak sadar sering memperlakukan siswa dengan potensi bully di atas, juga diperlakukan oleh guru dengan cara yang tidak sama dengan lainnya. Misal, dengan pemberian gelar atau panggilan yang tidak boleh seperti ‘hai mister black’, misalnya kepada siswa yang memiliki kulit hitam dan berbeda jauh dengan teman lainnya.

Atau dengan perlakuan berbeda. Misal, tidak jarang guru lebih memilih memberi perintah kepada seorang siswa, daripada siswa lainnya, karena siswa tersebut sering menjadi ‘obyek bully’ teman-teman lainnya, dengan panggilan ‘meledek, melecehkan, candaan’ yang tidak wajar. Bukannya guru memperkecil masalah, justru semakin memperkeruh keadaan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Astaghfirullah, semoga dengan banyaknya kita belajar dan mengevaluasi diri, kesalahan-kesalahan seperti itu tidak terulang lagi. Betul, ysng Pak Guru katakan. Jika kita pun tanpa sadar justru semakin memperkeruh keadaan, bagaimana siswa kita dapat melihat persoalan bully ini dengan jernih. Jazakallah khoir untuk tulisan yang sangat mengingatkan ini. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah, Pak Guru.

15 Jan
Balas

Ya Bunda kita yang berakal mestinya semakin tua semakin arif

16 Jan



search

New Post