Sofia Marhenis

Mengajar di SMP NEGERI 2 Bukittinggi,SUMATRA BARAT, mari kita berliterasi dan belajar cerdas dari kehidupan ....

Selengkapnya
Navigasi Web
Ku Rindu Beningmu

Ku Rindu Beningmu

Pagi ini berita halaman utama di koran, banjir terjadi di berbagai pelosok kota Padang tercinta, air seakan tumpah memenuhi jalanan, di sana sini terlihat mobil mogok, karena mesinnya telah terendam air. Air yang berwarna coklat kehitaman itu bergerak bagaikan seekor raksasa yang siap memangsa, ada rasa kecut merasuki hati, menerawang memandang liukkan air, sementara lalu lintas terhenti karena tidak ada lagi kenderaan yang mau lewat, mereka takut jika mesin mobilnya terendam Air.

Hujan rintik-rintik tetap melayang tipis di angkasa, dditingkah oleh derunya air yang terus berlalu menghanyutkan harapan pada hari ini, segala pekerjaan yang sudah direncanakan terpaksa berhenti karena banjiir.

Di sudut sebuah rumah, duduk termangu seorang lelaki tua, tubuhnya sudah mulai bungkuk karena bertambahnya usia, ia terdiam memandangi air yang terus mengalir membawa berbagai serpihan sampah dan botol plastik yang kosong, kemudian serpihan itu tersekat lagi di lorong yang sempit, airnya terus bertambah tinggi, tapi tumpukkan sampah itu juga bertambah tinggi.

Mata lelaki tua itu terus menatap tumpukkan sampah yang semakin tinggi, botol minuman itu seakan berbaris di lorong sempit, dan menari-nari diterpa aliran air. Ia membayangkan masa kecilnya di musim hujan, beberapa puluh tahun yang silam. Jika hujan datang ia akan berkumpul dengan beberapa orang teman sebaya, mereka bersepakat untuk mandi hujan.

Mereka membuka baju dan celana yang ditumpuk di salah satu sudut mushalla ddekat rumahnya, anak-anak dengan telanjang badan, berlari keliling kampung, mencari aliran air yang deras, seperti cucuran atap, mereka berteriak kegirangan jika diterpa air hujan yang deras, kemudian mereka menggunakan sabun untuk membersihkan badan, kadang-kadang belum selesai mereka mandi, bahkan badan masih dipenuhi oleh sabun, hujanpun berhenti.

Setelah itu bersama teman-temannya ia akan melompat ke sungai yang ada di sekitar kampung, airnya dingin dan bening, sehingga sangat menyenangkan untuk berendam untuk membersihkan badan. Air yang bening ddi sungai tersebut sangat bermanfaat bagi penduduk sekitarnya. Lelaki tua itu tersenyum sendiri, mengingat kejadian masa lalu, setelah ia mandi di sungai lalu bajunya disembunyikan oleh teman-temannya yang iseng, sudah puas ia mencari tapi pakaian tersebut belum juga bertemu, terpaksa ia harus berlari pulang ke rumah tanpa baju, tapi ia masih kanak-kanak, walaupun begitu banyak juga yang meledeknya berjalan tanpa baju di sepanjang jalan ke rumah.

Sore hari ada seorang teman datang mengantarkan bajunya, teman baik itu menolong mengambilkan bajunya yang disembunyikan di loteng mushalla yang ada lobangnya. tapi ia telah diledek oleh orang-orang ddi sepanjang jalan.

Kenangan begitu indahnya menari dalam fikirannya, ia masih ingat nama temannya yang menyembunyikan baju tersebut, yaitu Joharnis," entah dimana ddia sekarang?" ddiam-ddiam ddia berbisik sendiri. sementara air terus meluap sampai menyentuh bangku-bangku tempat ia duduk.

Lelaki tua itu bangkit dan berdiri berpegangan dekat par yang ada di sekitar itu, tangannya mencoba meraih sepotong kayu yang kebetulan hanyut di dekatnya, ia mencoba mencongkel sampah yang tersekat ddisekitar tempatnya berdiri, airnya sedikit lebih deras, tapi belum selesai ia mencongkel seluruh sampah itu, sampah lainnya sudah datang lagi menutupi aliran air dan menyebabkan ketinggian air mulai bertambah lagi.

Sudah berpuluh tahun ia menetap di daerah ini, baru tiga tahun terakhir dia merasakan banjir, selama ini ia hanya tau banjir itu hanya dalam berita di televisi, ia juga tidak pernah merasakan betapa lelahnya membersihkan perabot setelah banjir, bahkan tahun yang lalu ia merasakan betapa banjir telah merenggut kebahagiaannya.

Cucu perempuannya yang bernama Ana yang berumur tiga tahun terseret arus air yang sangat dderas, ketika ia mencoba menolong Ana, ia dihempas oleh pusaran air yang sangat kuat, ia gagal menyelamatkan Ana, karena itu ia begitu benci dengan banjir ini.

Setiap hari ia berusaha untuk membersihkan sampah-sampah yang bertebaran di sekitar sungai, tapi tubuhnya yang mulai renta itu, tidak mampu melawan sampah, setiap hari selalu betambah jumlahnya masuk ke dalam sungai.

Ia terkurung dalam gerakkan air yang semakin deras, ia takut untuk mencoba berenang, mencari bantuan, dia hanya pasrah, jika memang dia akan mengalami nasib yang sama dengan cucunya Ana. Dia kembali ke tempat semula, ia tetap di posisi semula, dalam hatinya ia berkata," kenapa terjadi banjir?"

Dia kembali lagi ke masa silamnya, ketika itu tidak pernah terjadi banjir meskipun hujan sangat deras, ia kecewa pada kebiasaan orang-orang di sekitarnya yang tidak peduli pada sampah. Mereka dengan mudah melempar sampah ke sungai, atau ke pinggir jalan dekat tanah kosong, mereka orang-orang yang dengan mudah melempar sampah dari atas mobil. Ia pernah mencoba mengingatkan orang-orang yang membuang sampah itu, tapi apalah daya, banyak yang tidak peduli, sehingga sampah itu menyumbat saluran air.

Padahal dahulu sungai kecil itu adalah dambaan warga, tempat yang menyenangkan, dan sangat diharapkan oleh penduduk, tapi zaman telah berubah, setiap rumah sudah punya kamar mandi, sehingga sungai kecil yang dulu begitu indah dan bening, sekarang tidak dipedulikan, ada juga rumah penduduk yang membuat aliran selokannya langsung ke sungai, bahkan sungai menjadi tempat pembuangan sampah.

Lelaki tua itu dengan wajah menghiba, berharap hujan segera berhenti, dia berharap hadirnya sungai kecil yang indah dengan airnya yang bening, oh sungai kecilku, aku rindu beningmu, ia benci dengan banjir, ia sedih jika banjir, sedih karena banjir pernah menghanyutkan cucu tercintanya, sedih karena banjir terjadi disebabkan banyak orang tidak mempedulikan sampahnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sedih sekali menjadi lelaki tua itu. Kehilangan cucu karena banjir yang tidak diharapkan terjadi.

02 Jun
Balas

Iya sedih banget pak Yudha..

02 Jun
Balas



search

New Post