Sering geram sendiri, atau menggerutu sendiri, itu yang sering dilakukan, kejadian itu tepat di depan mata, mau berkata apa, mau berbuat apa, jadi serba salah. Melihat perilaku-perilaku orang yang kelihatannya terhormat, berada dalam mobil, membuang sampah sembarangan.

Memang perlu pendidikan ataupun keteladanan, bahkan teguran, sudah jelas terlihat berbagai selogan larangan untuk tidak membuang sampah sembarangan, tapi masih saja menjadi hal yang sangat menyenangkan bagi orang-orang yang pakai mobil untuk membuang sampah dipinggir jalan yang sepi, kenapa orang yang pakai mobil mengkilat mau mengotori ke eleganannya dengan membuang sampah dipinggir jalan seperti orang yang tidak terhormat?

Padahal di rumah mereka pasti tertata rapi, tapi kenapa jalan raya yang dipergunakan masyarakat umum menjadi tumpuan pembuangan sampah, kenapa mereka tidak peduli pada kebersihan lingkungan? Siapa yang bisa menjawabnya?

Kembali ke hati dan rasa masing-masing, jika kepedulian hanya ada pada kepentingan pribadi, inilah yang terjadi, harusnya selogan ditambah lagi yang berbunyi" Malu dong mobil mengkilat, rumah mewah lingkungan penuh sampah".

Guru sebagai pelaku pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai peduli lingkungan, mudah-mudahan dengan adanya pembiasaan dan disiplin yang diajarkan di sekolah tentang pendidikan yang berwawasan lingkungan, dapat menghasilkan generasi yang tidak sembarangan dalam menyebar sampahnya.

Jalanan sepi, miris nasibmu, jika hujan turun tumpukan sampah menggunduk disudut jalan umum, kantong demi kantong sampah dilempar sembarangan, akhirnya yang terkena dampaknya adalah masyarakat sekitarnya, banjir dan bau bila musim hujan tiba, jika musim kemarau pemandang yang tidak menyenangkan melihat sampah plastik beterbangan ditiup angin.

Sampah..oh sampah kapan selesainya jika kita semua tidak memikirkan penanganannya, mari kita coba mengolah sampah menjadi emas yang berharga, dan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat.