Setiap jiwa berjalan menuju senja.

Siapa pun akan tiba di ujung.

Matahari terbenam.

Mata terpejam.

Sama-sama tenggelam.

Gelap memanjang.

Akankah ada kilau di dalamnya?

Perjalanan menuju senja diwarnai dusta.

Lebih meriah dari pelangi.

Menjelma topeng.

Setiap kita mengoleksinya.

Berderet-deret cerita, berderet pula topeng kita.

Beraneka.

Jujur menjadi langka.

Dalam keramaian kita sendirian.

Terasing di antara banyak kenalan.

Menyatu dengan ramai, berhelai-helai topeng jadi niscaya.

Berakrab dengan khalayak, berganti-ganti topeng jadi syarat nya.

Memilih jujur, bersiaplah terkubur.

Menjadi bukan dirimu.

Sejuta kisah di balik sumringah wajah.

Beribu sendu tersembunyi dalam senyum ramah.

Selaksa cerca dan caci di belakang puja puji.

Siapa meminta jujur tuk senangkan hati?

Setiap kali topeng menutup wajahmu,

pastilah begitu banyak udang di balik batu.

Jika topeng dibuka satu-satu,

hati kan tergores banyak sembilu.

Jalan menuju senja itu, berliku...

Mari lepaskan topeng satu per satu.

Berlatih untuk tak menipu.

Berkuat untuk sabar jika tertipu.

Topeng-topeng itu tak perlu.

Buanglah jauh, belajar malu.

Meski harus berpeluh, jujur sajalah: INI AKU!

Makin senja bertambah sepi.

Melangkah ke ujung sendiri.

Menjadi tenggelam, itu pasti.

Terkubur.

Semua topeng hancur.