SONI HURIANTO

MEMBACA BISA MEMPERLUAS WAWASAN DAN PEMIKIRANMU...

Selengkapnya
Navigasi Web

Reuni Malam

Malam yang dingin seperti menusuk kulitku. Dalam termangu aku berjalan di jalan raya yang sepi, tinggal aku sendiri di jalan itu. Aku melihat toko roti dan ingin singgah ke sana tapi aku tidak membawa uang. Dengan terpaksa aku menahan perut yang sedang kelaparan sampai berbunyi keroncongan di tengah jalan. Di jalan itu aku melihat seorang bapak dan anak yang sedang bertengkar di dekat toko roti itu tapi aku tetap berjalan dengan cepat. Seseorang tiba-tiba datang mendekatiku secara mendadak dan meminta uang dan handphoneku tapi aku tidak membawa uang dan handphone. Mungkin orang itu juga kelaparan sepertiku. Aku pun berkenalan dengan orang itu. Dia mengatakan “nama saya Pendra” lalu dia bertanya kepadaku “mau kemana malam-malam seperti ini?” Aku hanya terdiam membisu ketika dia bertanya kepadaku, karena aku merasa takut akan terjadi apa-apa padaku bila dia semakin dekat denganku. Dia begitu menakutkan karena tatto di tangannya membuatku takut. Mungkin tidak semua orang dapat menerima penampilan seseorang yang berantakan dan mungkin juga semua orang lupa bahwa, Tuhan hanya melihat hati seseorang bukan penampilan seseorang tapi tetap saja aku merasa takut melihatnya.

Di pinggir jalan aku singgah ke sebuah toko Candy yang menjual permen. Untuk menghindari pria itu. Di sana aku hanya melihat permen-permen yang cantik tampilannya. Aku terkejut dan merasa sangat takut saat melihat di luar orang yang tadi mendekatiku masih menungguku di luar toko. Aku pun bingung mau ke luar atau tidak dari toko ini. Tapi aku tetap memilih ke luar dan berlari dengan sangat kencang sampai aku terjatuh ke selokan yang cukup dalam hingga bajuku basah dan kotor tapi untung saja aku masih sanggup berlari untuk menghindari orang yang mendekatiku tadi. ketika sampai di rumah, ternyata dia masih mengikutiku. Aku hanya terdiam membisu saat dia melihatku di balik jendela besar rumahku. Aku semakin ketakutan karena di rumah ini aku hanya sendirian ibu dan ayahku pergi keluar negeri sementara adikku tinggal bersama kakakku yang bekerja di luar negeri. Tinggal aku sendiri di rumah ini. Aku hanya bisa berdoa supaya dia tidak masuk ke rumahku di malam ini. Itu membuatku tidak bisa tidur. Aku pun pergi ke dapur dan membuat mie rebus saat mie rebusku siap santap, aku terkejut ada orang mengetuk pintu rumah di depan rumahku. Aku kira orang yang tadi mengikutiku ternyata bukan. Hanya teman tetanggaku yang singgah ke rumahnya. Sambil makan mie rebus aku menonton televisi. Aku sangat menyukai film horor karena memacu adrenalin walaupun membuatku ketakutan dan tidak bisa tidur. Aku melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 21.00. aku teringat orang yang mengikutiku tadi di jalan. Apakah dia sudah tidak ada di depan rumahku ? aku mengintip dari jendela aku melihat seseorang yang sedang merokok di halaman depan rumah tetanggaku tapi sepertinya bukan orang yang mengikutiku tadi. Dia berbicara dengan tetanggaku di depan halaman rumah tetanggaku. Setiap melihat orang yang berbicara dengan tetanggaku itu aku merasa dia bukan orang baik atau mungkin dia teman orang yang mengikutiku tadi, tapi tetanggaku itu adalah orang baik karena ia selalu menyapaku setiap pulang dari tempat kerjaku. Tidak mungkin dia berteman dengan orang itu. Aku mendengar percakapan mereka tentang uang dan uang terus. Aku mencurigai orang itu mungkin dia debt collector atau perampok. Sepertinya perkiraanku salah karena mereka saling berjabat tangan dan masuk ke dalam rumah tetanggaku itu. Sepertinya aku melihat lagi ada orang yang aneh di jalan depan rumahku yang membawa tas besar dan terlihat lusuh, mungkin orang itu gelandangan atau tunawisma. Aku kasihan melihat orang itu lalu aku membawa sisa mie rebus yang kubuat tadi dari dapur untuk pria tua itu. Aku senang sekali dia menerimanya dan memakannya. Saat dia memakannya mie rebusku aku pun menangis karena aku hampir sama dengan orang itu yang kesepian karena tidak ada seseorang pun yang menemaniku hingga aku sakitpun tidak ada yang tahu. Aku tahu dunia ini memang kejam dan tidak adil tapi aku percaya Tuhan akan memberikan kebahagiaan di kehidupan yang selanjutnya.

Ketika aku melihat pria tua itu dengan lebih dekat aku teringat bahwa dia memiliki istri dan anak di toko roti yang kulewati tadi. Akupun langsung membawa bapak itu ke toko roti itu untuk menemui istri dan anaknya. Setibanya di toko roti tersebut, ternyata tokonya sudah tutup tapi ada sebuah rumah di belakang toko roti itu. Aku mengetuk pintu rumah itu dan mengatakan “Apakah orang ini adalah Ayah anda?” lalu orang yang keluar dari rumah itu mengatakan “iya dia memang ayah saya, terima kasih sudah mengantarkannya ke sini”. Aku pun diberikan oleh anak bapak tersebut sebungkus roti coklat yang rasanya sangat manis, Saat Aku makan di rumah bapak itu, anak bapak itu mengatakan bahwa Ayahnya mengalami depresi karena toko roti itu akan ditutup dan disita oleh pihak bank. Aku semakin sedih mendengar cerita anak bapak tersebut.

Setelah itu aku pulang ke rumahku dan saat di perjalanan pulang aku bertemu lagi dengan orang yang mengikutiku tadi alias Pendra. Aku bertanya dalam hati. mengapa dia mengikutiku lagi? Sebenarnya dia siapa dan apakah dia hanya ingin uang dan handphoneku saja? Aku pun terpaksa memberi uang kepadanya, kebetulan di sakuku hanya ada sepuluh ribu lalu kuberikan kepadanya tapi anehnya dia masih mengikutiku. Aku bertanya kepadanya “apa lagi maumu?” lalu dia menjawabnya bahwa “Aku adalah teman sekelasmu saat sekolah dasar dulu, Aku adalah Pendra Syahputra”. Aku terkejut mendengarnya, aku tidak menyangka dia menjadi seperti ini. Sewaktu di sekolah dasar dulu dia anak yang baik walaupun aku tidak dekat dengannya karena dia pendiam dan aku pun juga pendiam jadi kita jarang saling bertegur sapa. Tapi mengapa dia sampai seperti preman? Kami pun bercerita panjang lebar di sebuah warung kopi di dekat rumahku dan aku baru tahu bahwa dia putus sekolah sejak sekolah menengah pertama karena tidak ada biaya sekolah. Aku bertambah sedih ketika dia mengatakan “ Kedua orang tua ku sudah meninggal dunia”. Berlinanglah air mataku tanpa ku sadari jam di dinding di warung kopi tersebut menunjukan pukul 00.00 atau tengah malam. Aku pun pulang ke rumahku sedangkan Pendra tetap di warung kopi tersebut. Sejak saat itu malamku jadi selalu sedih mengingat ada seseorang yang lebih menderita daripada diriku ini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post