Sore itu usai jam kantor, saya menelusuri gemerlapnya lorong sebuah mall. Tanpa sengaja mata tertuju pada laptop gaming keluaran terbaru dari sebuah toko. Saya berhenti dan mulai melihat detil dari spek barang itu. Saking tertariknya, saya tidak peduli lagi dengan kondisi sekitar. Tiba-iba jeduk! Ada sesuatu yang menabrak saya dari belakang. Saya tersungkur dan jidat saya mencium kaca toko. Kaget, kesal, marah bercampur menghasilkan emosi yang memuncak. Siapa gerangan yang menabrak akan saya marahi habis-habisan!

Saya bangkit kemudian menoleh ke belakang. Sontak saja saya kaget karena ternyata dia seorang perempuan muda yang sangat cantik. “Waduh rezeki nih” batin saya. Dan yang tidak kalah kagetnya lagi ternyata perempuan itu adalah Raisa! Ya Raisa saya ingat betul wajahnya. Kemarin sempat saya browsing di youtube, setelah bapak-bapak “berbagai jenis hidung” mendiskusikannya dengan semangat. Langsung saja saya kabulkan permintaan maafnya. Bahkan saya ambil kesempatan untuk selfi bersamanya. Tak terbayang betapa senangnya saya. Bayangkan dalam waktu beberapa detik saja suasana hati saya dapat “bermigrasi” seratus persen tanpa ada hambatan sedikit pun.

Namun dibalik kejadian bahagia itu saya kembali teringat dengan suasana hati yang mudah mengeluh. Dikasih hujan mengeluh, di kasih kemarau mengeluh. Dikasih sakit mengeluh, dikasih sibuk mengeluh. Padahal coba bayangkan siapa di balik kejadian itu? Mampukan saya menemukan hakikat “Raisa” sebenarnya?

YAA MUQALLIBAL QULUUB, TSABBIT QALBII 'ALAA DIINIKA WA ‘ALAA THOO'ATHIK Aamiin.

Bandung, 09 September 2017

Pengemis cinta