Sonny Sendu

Sonny Sendu adalah mantan penyiar radio Gajahmada, RHK Semarang,Suara Pursemi Purwodadi dan Suara Batang yang juga seorang guru Broadcast dan Matematika&nb...

Selengkapnya
Navigasi Web
BERBURU CINTA PENYIAR IDOLA (6)

BERBURU CINTA PENYIAR IDOLA (6)

Gemuruh keriuhan terdengar di semua kelas SMK Cerdas Teladan ketika suara istirahat mengumandang lewat pengeras suara. Sebagian ada yang masih diruang kelas, yang lain bercengkrama di kursi taman dan banyak pula yang menghambur kekantin kantin yang disediakan sekolah.Lorong lorong gedung sekolah berlantai dua yang tadinya sunyi aktivitas , kini dipenuhi siswa dan siswi.Disuasana istirahat seperti ini,diseantero sekolah pasti ramai. Tak terkecuali dikantin mbak Rini disamping kelas broadcast banyak diserbu murid, karena tempatnya bersih, makanannya sangat bervariasi dan harganyapun cukup terjangkau oleh isi kantong.Kantin yang lain dikelola mak’e yang letaknya depan mesjid sekolah, bersih dan murah tapi agak sempit sehingga tidak heran kalau murid berjubel untuk memesan makanan dan minumannya disana sebagai pengganjal rasa lapar.

Sebenarnya dua kantin masih sangat kurang karena tidak sebanding dengan jumlah siswa yang mau jajan.Pihak sekolah memang sedang membangun kantin dibawah rindangnya pohon beringin dengan model cafe terbuka dengan rumput jepang sebagai alas dan dibuat asri seperti taman dengan aneka bunga disekelilingnya hingga atmosfirnya membuat nyaman dan sejuk untuk jajan sekaligus bagi murid yang ingin belajar diudara terbuka.

Gleinda dan Zahwa butuh usaha yang gigih untuk mendapatkan dua porsi nasi rames dan es teh di kantin mak’e.Mereka turut berjejal diantara murid lain yang ikut memesan penganan. Agar pesanannya tidak disamber dan direbut, mereka berdua harus jeli dan waspada serta berjuang keras masuk dan keluar dari kerumunan.

“Hadeh.... mau maem aja kudu untel untelan koyok nonton balbalan,”rutuk Gleinda dengan bahasa jawa sambil meringis dengan wajah sedikit memerah dan berkeringat.

“Wis rak sah ngomel.... Alhamdulilah kita dapet, coba lihat tuh kancane dewe sih do rebutan...yuk lungguh kono,” sahut Zahwa kalem sambil menunjuk dua kursi kosong didepannya.

Kedua gadis cantik ini segera beranjak,lalu duduk berhadapan untuk segera mengisi perut yang mulai berkeriuk dengan menyantap nasi rames pesanan mereka masing masing.Sambil makan mereka mengobrol banyak hal.Tentang pelajaran, tingkah polah teman sekelas, masalah ketika mereka siaran distudio siaran sekolah bahkan terkadang mereka tergelak karena ingat celoteh cowok cowok kelas lain yang mencoba mencari perhatian mereka

Zahwa menyuapkan dua sendok terakhir nasi rames kemulutnya, mendadak Gleinda menepuk nepuk lengannya sambil memandang sosok yang berdiri agak jauh dihadapannya.

“Zah ada cowok ganteng tuh...sedang pesen minum,” bisik Gleinda sambil matanya yang indah terus menatap.

“Ben...rak nggagas.”

“Please... fren tenin sipppp... Nengoklah sebentar kebelakangmu,” rajuk Gleinda

“Moh... nanti kalau aku gelo piye,? sahut Zahwa nggak peduli

Gak..gak percoyolah... wonge ngene,” sahut Gleinda sambil mengangkat ibu jarinya kedepan

Zahwa sontak membalikkan badan, menoleh sekilas kearah yang ditunjuk Gleinda.Dilihatnya cowok ganteng berperawakan tinggi, tegap dan ideal dengan kulit kecoklatan.Matanya tajam dihiasi alis yang sedikit tebal melengkung dan sempurna. Bibir tebalnya mengesankan kepribadian yang lembut, melankolis, juga melambangkan pribadi yang tulus, banyak orang bilang cowok begini tahu bagaimana harus berkorban,optimis dan puas dengan apa yang dia punya walau tidak begitu pintar mengungkapkan perasaannya.Pakaian bercorak batik yang dipakai cowok itu sangat sederhana dipadu celana hitamnya yaang sedikit kusam. Jantung Zahwa tak terasa berdegup lebih kuat.

“Siapa ya Glein..?”tanya Zahwa penasaran sambil tangan kanannya menutup dada kirinya untuk mengurangi debar jantungnya.

“Tuh kan kepo...” sahut Gleinda sambil mengerlingkan matanya yang indah

Zahwa menghela nafas, memunculkan senyum terpaksa diwajah ayunya lalu menempelkan sedotan dibibir cantiknya untuk menyeruput es teh didepannya. Paras Bintang tiba tiba berkelebat diangannya.Cowok selengek’an yang hampir tiap hari menjemputnya dan memberikan perhatian.Cowok yang tidak pernah akur dengan sahabat karibnya Gleinda karena sering menggodanya.Entah kenapa tiba tiba Zahwa membandingkan Bintang dengan cowok yang baru dilihat sekilas sosoknya itu.Entah kenapa dia juga membandingkan Bintang cowok satu kelasnya yang setiap hari bertemu namun hatinya tak pernah membuat hatinya bergetar dibanding dengan cowok yang baru dilihatnya, belum dikenalnya tapi membuat angannya tiba tiba melambung tinggi.Akkhhh.....

Gleinda tertawa melihat Zahwa salah tingkah.Dia merasa ada sesuatu yang aneh dan tersembunyi dari sikap sahabatnya. Matanya kembali mengalihkan tatapannya pada cowok yang sudah menggaet perhatiannya itu.

“Terus aja ketawa... ngece aku yo,?” kata Zahwa sedikit cemberut

“Ora koq.. aku rak ngece... tapi yakin ganteng banget cowok kui,” jawab Glenda sedikit gemas

“Wah... iso naksir aku,” lanjutnya

“Pruttt... nggak percaya aku karena selama ini justru banyak cowok kece yang ngejar ngejar kamu tapi kamu cuek wae.”

“ Opo rak kewalik justru banyak yang ngiler dan kesengsem sama kamu Zah, apalagi kalau kamu mengibaskan kerudungmu itu... he..he..he.. sahut Gleinda terkekeh.

“Iya aja..itu karena kamu sering jalan bareng aku jadi seolah olah mereka perhatian ke aku padahal sih.....” lanjut Zahwa sekenanya.

Mereka terus berdebat sambil sesekali tertawa lalu saling cubit, hingga tak terasa suara masuk kelas berkumandang dari pengeras suara sekolah.Kedua belia cantik itupun meninggalkan kantin mak’e beranjak menuju kelas dengan berjalan bergandengan.

Terik mentari terus semburatkan hawa panasnya.Rumput meranggas dalam keluhnya. Awanpun enggan mendekat, hanya putihnya yang perlahan bergerak.Sepasang burung gereja bertengger didahan beringin untuk mencari keteduhan. Mengibaskan sayapnya mencari perhatian. Para guru mulai melangkahkan kakinya untuk melanjutkan pembelajaran dan cowok yang menjadi perbincangan Gleinda dan Zahwapun terlupakan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ceritanya bagus tapi percakapannya ga ngerti...

01 Apr
Balas

Ayo belajar bahasa Jawa mbak Meyna he...he..he....

03 Apr



search

New Post