Sopyan SD Sukamekar 2

Sopyan, memotivasi dirinya untuk terus bahagia. Menjadi kepala sekolah di SDN Sukamekar 2, Jatisari Kab. Karawang, berharap menjadi pintu kebaikan dan menambah...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bebek Pembohong yang Sengsara

Bebek Pembohong yang Sengsara

Pada suatu hari, ada sekelompok bebek yang tinggal di sebuah desa. Mereka suka mencari makan di sawah-sawah yang baru saja dipanen. Mereka menikmati sisa-sisa padi yang masih tersisa di tanah.

Di antara bebek-bebek itu, ada satu bebek yang bernama Wekwek. Wekwek adalah bebek yang suka berbohong dan menipu teman-temannya. Dia selalu ingin mendapatkan keuntungan sendiri tanpa memikirkan orang lain.

Suatu ketika, sawah di dekat desa mereka habis dipanen. Rombongan bebek itu menyerbu sisa-sisa padi untuk disantap.

Keesokan harinya, mereka kembali lagi ke sawah itu, tetapi mereka tidak menemukan apa-apa. Sisa padi sudah habis dimakan oleh hewan-hewan lain.

Rombongan bebek itu kebingungan. Mereka tidak tahu harus mencari makan di mana lagi. Mereka bertanya-tanya apakah ada sawah lain yang baru saja dipanen.

Wekwek mengetahui ada sawah yang habis dipanen di sebelah barat desa mereka. Tetapi dia tidak mau berbagi informasi itu dengan teman-temannya. Dia ingin memakan sisa padi itu sendirian.

Wekwek pun berpura-pura tidak tahu apa-apa. Dia malah menunjukkan arah yang salah kepada rombongan bebek itu. Dia bilang, “Ayo, teman-teman, kita pergi ke sebelah timur. Di sana pasti ada sawah yang baru saja dipanen.”

Rombongan bebek itu percaya saja dengan kata-kata Wekwek. Mereka pun mengikuti Wekwek menuju ke sebelah timur. Wekwek sendiri pergi ke barat dengan diam-diam.

Sesampainya di sebelah timur, rombongan bebek itu kecewa. Mereka tidak menemukan sawah yang baru saja dipanen. Mereka hanya melihat sawah yang masih hijau dan belum matang.

“Mengapa kamu menipu kami, Wekwek?” tanya salah satu bebek dengan marah.

“Aku tidak menipu kalian,” jawab Wekwek dengan pura-pura polos. “Aku juga tidak tahu kalau di sini tidak ada sawah yang baru saja dipanen.”

“Tidak mungkin,” kata bebek lainnya. “Kamu pasti sudah tahu dari awal. Kamu sengaja mengarahkan kami ke sini agar kamu bisa memakan sisa padi di tempat lain.”

“Bukan begitu,” bantah Wekwek. “Aku juga mencari makan seperti kalian.”

Rombongan bebek itu tidak percaya lagi pada Wekwek. Mereka merasa dibohongi dan dikhianati oleh Wekwek. Mereka pun meninggalkan Wekwek dan mencari makan di tempat lain.

Wekwek sendiri pergi ke sebelah barat dan menemukan sawah yang habis dipanen. Dia merasa senang dan puas. Dia bisa memakan sisa padi sepuasnya tanpa harus berbagi dengan siapa pun.

Wekwek tidak sadar bahwa dia telah membuat kesalahan besar. Dia telah kehilangan teman-temannya karena kebohongannya. Dia juga tidak menyadari bahaya yang mengancamnya.

Saat musim hujan tiba, terjadi banjir bandang di desa mereka. Air mengalir deras dan membawa segala sesuatu yang ada di jalannya.

Wekwek tidak menyadari air datang dari belakangnya. Dia terlalu asyik memakan sisa padi di sawah itu. Tiba-tiba, dia merasakan air menyeretnya dengan kuat.

Wekwek kaget dan ketakutan. Dia berteriak minta tolong kepada teman-temannya.

“Tolong, tolong! Aku terbawa air! Tolong selamatkan aku!” teriak Wekwek dengan sekuat tenaga.

Rombongan bebek itu mendengar teriakan Wekwek. Mereka melihat Wekwek terbawa air yang deras. Mereka merasa kasihan, tetapi mereka juga ragu.

“Apakah dia benar-benar minta tolong?” tanya salah satu bebek.

“Siapa tahu dia berbohong lagi,” kata bebek lainnya.

“Ya, mungkin dia hanya ingin menarik perhatian kita,” kata bebek yang lain.

Rombongan bebek itu khawatir dibohongi lagi oleh Wekwek. Mereka pura-pura tidak mendengar teriakan Wekwek. Mereka berpikir, “Dia pasti bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Dia kan pintar berbohong.”

Mereka pun tidak memberi pertolongan kepada Wekwek. Mereka melanjutkan perjalanan mereka mencari tempat yang aman dari banjir.

Akhirnya, Wekwek terombang-ambing di air banjir dan terbawa entah ke mana. Dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa menyesali perbuatannya.

Wekwek menjadi sendirian, dia tidak punya teman lagi. Dia merasakan akibat dari kebohongannya. Dia sadar bahwa dia telah membuat kesalahan yang fatal.

Dia berharap dia bisa kembali ke masa lalu dan memperbaiki kesalahannya. Dia berharap dia bisa jujur dan baik kepada teman-temannya. Tetapi, sudah terlambat. Semua sudah berakhir.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post