Sopyan SD Sukamekar 2

Sopyan, memotivasi dirinya untuk terus bahagia. Menjadi kepala sekolah di SDN Sukamekar 2, Jatisari Kab. Karawang, berharap menjadi pintu kebaikan dan menambah...

Selengkapnya
Navigasi Web
Burung Pipit dan Ramalan Owl

Burung Pipit dan Ramalan Owl

Di sebuah hutan yang rindang dan asri, tinggalah seekor burung hantu bernama Owl. Dia dikenal sebagai hewan yang pandai meramal. Beberapa hewan sering datang kepadanya untuk bertanya tentang hal-hal yang ingin mereka ketahui, seperti daerah yang banyak makanan, kapan waktu panen tiba, atau siapa yang akan menjadi teman mereka.

Suatu ketika, datanglah dua ekor burung pipit bernama Pampam dan Pimpim yang sedang lapar. Mereka ingin ditunjukkan sawah yang baru saja dipanen oleh manusia, agar mereka bisa memakan butiran padi yang berserakan di sana.

“Owl, tolong tunjukkan kami sawah yang baru dipanen. Kami sangat lapar dan tidak tahu harus mencari makan di mana,” kata Pampam.

“Baiklah, ikuti saya,” kata Owl. “Saya akan membawa kalian ke sawah yang penuh dengan butiran padi. Kalian tidak perlu khawatir kelaparan lagi, karena makanan itu tersedia banyak.”

Pampam dan Pimpim pun mengikuti Owl terbang menuju sawah. Sesampainya di sana, mereka melihat banyak sekali butiran padi yang berserakan di tanah. Mereka pun langsung menyambar-nyambar makanan itu dengan lahap.

“Wah, Owl benar-benar pandai meramal. Lihatlah, makanan ini sangat banyak dan lezat,” kata Pimpim.

“Ya, kita beruntung bertemu dengan Owl. Dia sangat baik hati dan membantu,” kata Pampam.

Namun, Pampam memiliki pikiran lain. Dia ingin membawa beberapa butiran padi sebagai persediaan untuk beberapa hari ke depan. Dia takut kalau besok makanan itu sudah habis atau diambil oleh hewan lain.

“Psst, Pimpim. Ayo kita bawa beberapa butiran padi ini ke sarang kita. Siapa tahu besok kita tidak bisa makan lagi di sini,” bisik Pampam.

“Tapi, Owl bilang makanan ini akan tersedia banyak. Kita tidak perlu khawatir kelaparan,” kata Pimpim.

“Percaya deh, Owl itu bisa saja salah meramal. Lebih baik kita berjaga-jaga saja,” kata Pampam.

Pimpim pun akhirnya setuju dengan rencana Pampam. Mereka pun mengumpulkan beberapa butiran padi dan menyembunyikannya di bawah sayap mereka. Kemudian mereka terbang kembali ke sarang mereka bersama Owl.

“Terima kasih banyak, Owl. Kamu telah menolong kami dari kelaparan,” kata Pampam dan Pimpim.

“Sama-sama, teman-teman. Senang bisa membantu kalian,” kata Owl dengan ramah.

Keesokan harinya, Pampam dan Pimpim kembali terbang menuju sawah untuk mencari makan lagi. Namun, mereka amat terkejut ketika melihat sawah itu sudah kosong tanpa ada butiran padi sama sekali.

“Kok bisa begini? Kemarin kan masih banyak sekali makanan di sini,” kata Pimpim heran.

“Tuh kan, aku bilang apa? Owl itu salah meramal. Mungkin dia tidak tahu kalau ada kawanan bebek yang datang dan menghabiskan semua butiran padi di sini,” kata Pampam sombong.

“Makanya, aku pintar-pintar menyimpan persediaan makanan untuk kita berdua. Sekarang kita tidak perlu khawatir kelaparan lagi,” kata Pampam sambil membuka sayapnya dan menunjukkan butiran padi yang dia simpan.

Pimpim pun merasa lega melihat persediaan makanan itu. Dia pun mengucap syukur bahwa dia memiliki teman seperti Pampam yang cerdik dan berhati-hati.

“Kamu memang hebat, Pampam. Kamu berhasil mengalahkan ramalan Owl yang meleset itu,” kata Pimpim memuji.

Tapi bagaimanapun mereka merasa bersalah tidak menepati nasehat Owl yang melarang membawa butiran padi. Mereka datang kepada Owl untuk meminta maaf. Setelah dicari-cari, akhirnya, mereka menemukan Owl yang sedang tidur di sebuah pohon. Mereka pun membangunkannya dengan lembut.

“Owl, maafkan kami. Kami telah bersalah padamu,” kata Pampam dan Pimpim bersamaan.

“Apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian terlihat sedih?” tanya Owl bingung.

Owl pun mendengarkan pengakuan mereka dengan sabar. Dia tidak marah atau kesal, tapi dia malah tersenyum.

“Kalian tidak perlu minta maaf padaku. Kalian hanya perlu belajar dari setiap kejadian,” kata Owl bijak.

“Apa maksudmu?” tanya Pampam dan Pimpim bingung.

“Aku ingin kalian tahu bahwa ramalan itu bukanlah sesuatu yang pasti atau tetap. Ramalan itu bisa berubah sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada. Ramalan itu juga bukanlah sesuatu yang harus kalian percaya sepenuhnya atau takuti berlebihan. Ramalan itu hanya sebagai panduan atau petunjuk untuk kalian,” kata Owl menjelaskan.

“Lalu, bagaimana cara kami menghadapi ramalan?” tanya Pampam dan Pimpim penasaran.

“Cara terbaik adalah dengan bersikap bijaksana dan berhati-hati. Kalian harus bisa membedakan antara fakta dan opini, antara harapan dan kenyataan, antara keinginan dan kemungkinan. Kalian juga harus bisa bersyukur dengan apa yang kalian miliki, tanpa harus serakah atau iri hati,” kata Owl memberi nasihat.

"Paham, Owl. Terima kasih atas pelajaranmu. Kamu memang burung hantu yang bijak.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post