Suatu hari, ada seekor katak yang tinggal di dalam tempurung yang terletak di pinggir sungai. Katak itu merasa bahwa dirinya adalah makhluk yang paling pintar dan tahu segalanya tentang dunia. Ia sering membual kepada teman-temannya tentang apa yang ia lihat dari lubang tempurungnya.

Suatu ketika, ia melihat seekor kupu-kupu yang sedang hinggap di atas bunga matahari. Katak itu segera memanggilnya dan berkata.“ Hai, kupu-kupu! Apa kabar? Aku ingin bercerita kepadamu tentang bunga matahari. Aku tahu segalanya tentang bunga itu.”

Kupu-kupu yang penasaran mendekat ke lubang tempurung dan bertanya, “Oh, begitu? Apa yang kamu tahu tentang bunga matahari?”

Katak itu pun mulai bercerita dengan bangga, “Bunga matahari adalah bunga yang berwarna kuning dan berbentuk bulat seperti matahari. Bunga itu selalu mengikuti arah matahari dari timur ke barat. Bunga itu juga bisa mengeluarkan cahaya dan panas seperti matahari. Bunga itu sangat besar, bahkan lebih besar dari tempurungku. Bunga itu juga sangat berat, bahkan lebih berat dari batu. Bunga itu juga sangat keras, bahkan lebih keras dari besi.”

Kupu-kupu yang mendengar cerita katak itu tidak bisa menahan tawa. Ia tahu bahwa cerita katak itu banyak kesalahan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Ia ingin menjelaskan kepada katak itu bahwa bunga matahari tidak seperti yang ia bayangkan, tetapi katak itu terus berceloteh tanpa henti.

Akhirnya, katak itu kecapean dan berhenti bicara. Ia menunggu pujian dari kupu-kupu atas ceritanya yang hebat. Tetapi, kupu-kupu malah berkata dengan lembut, “Maaf, katak. Aku harus mengatakan bahwa ceritamu tidak benar. Bunga matahari memang berwarna kuning dan berbentuk bulat seperti matahari, tetapi bunga itu tidak mengikuti arah matahari dari timur ke barat. Bunga itu hanya menghadap ke timur saat pagi hari dan ke barat saat sore hari. Bunga itu juga tidak bisa mengeluarkan cahaya dan panas seperti matahari. Bunga itu hanya menyerap cahaya dan panas dari matahari untuk fotosintesis. Bunga itu juga tidak sebesar yang kamu kira. Bunga itu hanya sebesar telapak tangan manusia. Bunga itu juga tidak seberat yang kamu kira. Bunga itu hanya seberat beberapa gram saja. Bunga itu juga tidak sekeras yang kamu kira. Bunga itu lembut dan halus seperti sutra.”

Katak yang mendengar penjelasan kupu-kupu merasa malu dan tersipu-sipu. Ia sadar bahwa dirinya telah salah dan sok tahu tentang bunga matahari. Ia pun meminta maaf kepada kupu-kupu dengan rendah hati, “Maafkan aku, kupu-kupu. Aku telah berbohong kepadamu tentang bunga matahari. Aku sebenarnya tidak tahu apa-apa tentang bunga itu. Aku hanya melihatnya dari jauh melalui lubang tempurungku. Aku hanya membayangkan sesuka hatiku tanpa mengetahui fakta-faktanya.”

Kupu-kupu yang mendengar permintaan maaf katak merasa kasihan dan menghiburnya, “Tidak apa-apa, katak. Aku mengerti bahwa kamu hanya ingin tahu tentang dunia di luar tempurungmu. Tetapi, jika kamu ingin tahu lebih banyak, kamu harus keluar dari tempurungmu dan melihat sendiri dengan matamu. Jangan hanya percaya pada khayalanmu saja.”

Katak pun setuju dengan saran kupu-kupu. Ia berjanji bahwa ia akan keluar dari tempurungnya dan menjelajahi dunia dengan lebih luas dan lebih jujur. Ia juga berterima kasih kepada kupu-kupu atas kesabaran dan kebaikannya.