Sopyan SD Sukamekar 2

Sopyan, memotivasi dirinya untuk terus bahagia. Apapun yang dilakukan harus menghasilkan kebahagiaan itu dan membaginya dengan yang lain. Menjadi kepala sekola...

Selengkapnya
Navigasi Web
Merpati yang Patah Sayapnya

Merpati yang Patah Sayapnya

Di sebuah kota besar, ada sekelompok merpati yang bersarang di gedung tinggi. Mereka hidup bahagia dan damai, kecuali satu merpati yang selalu membuat masalah. Namanya Masy.

Masy adalah merpati yang memiliki kemampuan terbang cepat sekali. Dia bisa melaju di udara seperti roket dan menghindari rintangan dengan mudah. Dia sangat bangga dengan kecepatannya itu. Dia sering mengajak merpati lain berlomba terbang. Tetapi dia tidak pernah bersikap sportif atau ramah. Saat dia menang, dia sering mengejek merpati lain dengan kata-kata kasar dan sombong. Saat dia kalah, dia marah dan menyalahkan hal-hal lain.

Sikap Masy seperti ini tidak disukai oleh kelompoknya. Mereka merasa Masy tidak menghormati mereka dan tidak peduli dengan perasaan mereka. Mereka sering menasehati Masy untuk berubah, tetapi Masy tidak mau mendengar. Masy merasa, dia adalah merpati terbaik dan tidak perlu belajar dari siapa pun.

Suatu hari, Masy sedang beraksi lagi. Dia menantang semua merpati di kelompoknya untuk berlomba terbang dari gedung satu ke gedung lain. Dia yakin dia akan menang dengan mudah dan bisa mempermalukan mereka semua.

“Siapa yang berani melawan aku? Ayo, tunjukkan kalau kalian punya sayap!” Masy berkata dengan sombong.

Tidak ada yang mau menerima tantangan Masy, kecuali satu merpati muda yang bernama Riko. Riko adalah merpati yang baik hati dan berani. Dia ingin membuktikan bahwa Masy tidak sehebat yang dia kira.

“Aku akan melawanmu, Masy. Aku tidak takut padamu,” Riko berkata dengan tegas.

“Ha ha ha, kau mau melawan aku? Kau pasti gila! Kau tidak akan punya kesempatan sama sekali!” Masy berkata dengan mengejek.

“Kita lihat saja nanti. Siapa yang gila dan siapa yang hebat,” Riko berkata dengan tenang.

Mereka pun bersiap-siap untuk berlomba terbang. Mereka berdiri di atas gedung tertinggi di kota itu, menghadap ke gedung lain yang jaraknya sekitar satu kilometer. Di antara kedua gedung itu, ada banyak kabel listrik yang membentang di udara.

“Siapa yang sampai duluan di gedung seberang, dialah pemenangnya. Siap?” Masy berkata sambil memandang Riko dengan sinis.

“Siap,” Riko menjawab sambil memandang Masy dengan percaya diri.

Mereka pun terbang bersamaan saat ada suara klakson dari jalan raya di bawah mereka. Mereka melintasi udara dengan cepat, menghindari kabel listrik dan burung-burung lain yang menghalangi jalan mereka.

Masy terbang lebih cepat dari Riko. Dia sudah hampir mencapai gedung seberang, sementara Riko masih tertinggal jauh di belakang. Masy merasa senang dan puas. Dia sudah yakin dia akan menang.

“Tunggu saja, Riko! Aku akan membuatmu malu di depan semua merpati!” Masy berkata dalam hati sambil tersenyum lebar.

Tetapi saat itu juga, sesuatu yang buruk terjadi pada Masy. Tanpa disadari, sayapnya tersangkut di salah satu kabel listrik yang ada di antara gedung-gedung. Kabel listrik itu menyengat sayapnya dengan keras dan membuatnya kesakitan. Sayapnya patah dan tidak bisa digerakkan lagi.

“Aaaahhh!!!” Masy menjerit kesakitan sambil jatuh ke tanah.

Riko yang melihat kejadian itu langsung menuju Masy. Dia tidak peduli lagi dengan perlombaan itu. Dia hanya ingin menolong Masy.

“Masy, kamu baik-baik saja?” Riko bertanya sambil mendarat di dekat Masy.

“Riko, tolong aku! Sayapku patah! Aku tidak bisa terbang lagi!” Masy menjawab sambil menangis.

“Tenang, Masy. Aku akan membantumu. Ayo, bangun,” Riko berkata sambil mengangkat Masy dengan lembut.

Riko kemudian membawa Masy ke tempat yang aman dan mencari bantuan. Dia melihat ada seorang kakek tua yang sedang duduk di pinggir jalan dengan pakaian lusuh dan keranjang kosong. Kakek tua itu adalah seorang gelandangan yang tidak punya rumah atau keluarga. Tetapi dia sangat baik hati dan suka menolong.

“Kakek, tolong bantu kami! Temanku terluka parah!” Riko berkata sambil mendekati kakek tua itu.

“Ya, tentu saja. Apa yang terjadi padanya?” kakek tua itu bertanya sambil melihat Masy dengan kasihan.

“Dia tersengat kabel listrik dan sayapnya patah. Dia tidak bisa terbang lagi,” Riko menjawab sambil menunjukkan sayap Masy yang berdarah.

“Kasihan sekali. Ayo, ikut aku. Aku punya tempat untuk merawatnya,” kakek tua itu berkata sambil mengambil Masy dari Riko dan memasukkannya ke dalam keranjangnya. Sementara, Riko terbang ke sarang dan akan memberitahukan kejadian ini ke kelompoknya.

Kakek tua itu kemudian membawa Masy ke sebuah gubuk kecil di pinggir sungai. Gubuk itu adalah tempat tinggal kakek tua itu. Di sana, dia memiliki beberapa bahan dan alat kesehatan sederhana. Dia juga memiliki beberapa makanan dan minuman yang dia beli dari uang hasil mengemis.

Di gubuk itu, kakek tua itu merawat luka di sayap Masy dengan hati-hati. Dia membersihkan darahnya, memberikan obat antiseptik, dan membungkusnya dengan perban. Dia juga memberikan makanan dan minuman kepada Masy untuk mengembalikan tenaganya.

“Terima kasih, kakek. Kamu sangat baik hati,” Masy berkata sambil mengucapkan rasa terima kasihnya.

“Sama-sama, Nak. Aku senang bisa membantu,” kakek tua itu berkata sambil tersenyum. Masy merasa tertolong.

Sekarang pikirannya sekarang tertuju kepada merpati dalam kelompoknya. Dia merasa malu dan bersalah atas sikapnya yang sombong dan menyebalkan. Dia menyadari bahwa dia telah menyakiti teman-temanya. Dia merasa bahwa kejadian yang menimpanya adalah peringatan Tuhan agar dia berubah menjadi lebih baik.

Setelah beberapa hari, sayap Masy mulai sembuh. Dia sudah bisa bergerak sedikit-sedikit, tetapi belum bisa terbang lagi. Dia harus bersabar dan berlatih untuk memulihkan kekuatan sayapnya.

Selama masa penyembuhan itu, Masy banyak belajar dari kakek tua. Dia belajar tentang kebaikan hati, kerendahan hati, dan persahabatan. Dia belajar untuk menghargai orang lain, termasuk hewan-hewan yang tinggal di sekitar gubuk itu. Dia belajar untuk bersyukur atas apa yang dia miliki, termasuk sayapnya yang masih bisa sembuh.

Setelah dirawat beberapa hari, kondisi Masy sudah semakin baik. Dia berniat kembali ke kelompoknya. Setelah pamit, dicobanya terbang menuju kelompoknya berada.

Dengan susah payah, Masy sampai di tempat tinggalnya. Dia disambut dengan ramah. Kemudian dengan tulus, dia meminta maaf kepada mereka atas perilakunya yang buruk dan berjanji tidak akan sombong lagi. Teman-temannya menerima permintaan maaf Masy dan memberikan dukungan kepada Masy untuk sembuh secepatnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap ulasan yang keren

13 Aug
Balas

Terima kasih

15 Aug



search

New Post