Suprapti Prapti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
BRANTAS SUNGAI PURBA

BRANTAS SUNGAI PURBA

CATATAN KECIL SAHABAT ER( PART 11)

BRANTAS SUNGAI PURBA Oleh Prapti Noer Suprapti SDN Torongrejo 03 Kota Batu Adalah Hayam Wuruk, seorang Raja yang memerintah Majapahit tahun 1350-1389.Semasa pemerintahannya, pernah menganugrahkan status Sima atau Perdikan untuk Desa Batu dan Desa Batwan bagi Wangsa Wisnu. Kedua Desa tersebut bertetangga. Desa Batu berada di Lor Kali Brantas sementara Desa Batwan berada di Kidul Kali Brantas. Brantas adalah nama sebuah Sungai Purba. Airnya berpangkal dari mata air yang berada pada cekungan antara Gunung Arjuno bagian tenggara dan anak Gunung Anjasmoro dibagian ujung timur selatan. Sungai ini mengalir kemudian membelah Kota Batu menjadi bagian kidul( selatan) dan lor( utara). Untuk Desa Batu pengalokasianya berada di Desa Bumiaji sedangkan Desa Batwan hingga sekarang belum di ketahui lokasinya. (Sukrisman Trilogi Kota Wisata Batu) Kemilau Kota yang berada di lereng Gunung Panderman ini telah ada pada zaman Majapahit. Bahkan beberapa prasasti yang ditemukan tersebar dibeberapa desa di Kota Batu menunjukkan kalau Kota Batu sudah ada pada zaman Prasejarah. Bukti keberadaan Desa Batu telah tertulis dalam Kitab Negarakertagama. Melintasi kota ini terdapat sungai yang bermuara sampai di Kota Surabaya, sungai dangkal penuh dengan batuan sekilas merupakan sungai jinak nan manis. Keberadaan sungai sungai brantas telah menghidupi masyarakat batu yang sebagian besar adalah masyarakat petani baik petani sayur yang berada diwilayah Sumberbrantas, Sumberjo, Bulukerto, Bumiaji, Pandanrejodan Torongrejo lebih lebih petani bunga tempat tinggalku di daerah Sidomulyo. Semuanya tergantung pada keberadaan sungai brantas. Sungai Brantas adalah sungai terpanjang kedua di Jawa Timur setelah sungai Bengawan Solo. Bagi masyarakat Jawa Timur Sungai Brantas merupakan kebanggaan, sungai yang memiliki luas area sekitar 12.000 km persegi dan mempunyai panjang sungai sekitar 320 km persegi telah memberikan penghidupan bagi masyarakat Jawa Timur. Sejak abad ke 8, di DAS Kali Brantas telah berdiri sebuah kerajaan dengan corak agama hindu budha, bernama Kanjuruhan. Kerajaan ini meninggalkan Candi Badut dan prasasti Dinoyo yang berangka tahun 760 M sebagai bukti keberadaannya. Wilayah hulu DAS Kali Brantas di mana kerajaan ini berpusat memang cocok untuk digunakan untuk pengembangan sistem pertanian sawah dengan irigasi yang teratur sehingga tidak mengherankan daerah itu menjadi salah satu pusat kekuasaan di Jawa Timur (Tanudirdjo, 1997). Sungai Brantas maupun anak-anak sungainya menjadi sumber air yang memadai. Bukti terkuat tentang adanya budaya pertanian yang ditunjang oleh pengembangan prasarana pengairan (irigasi) yang intensif ditemukan di DAS Kali Brantas, lewat Prasasti Harinjing di Pare. Ada tiga bagian prasasti yang ditemukan, yang tertua berangka tahun 726 S atau 804 M dan yang termuda bertarikh 849 S atau 927 M. Dalam prasasti ini, disebutkan pembangunan sistem irigasi (yang terdiri atas saluran dan bendung atau tanggul) yang disebut dawuhan pada anak sungai Kali Konto, yakni Kali Harinjing (Lombard, 2000). Sungai Brantas memiliki fungsi yang sangat penting bagi Jawa Timur mengingat 60% produksi padi berasal dari areal persawahan di sepanjang aliran sungai ini. Akibat pendangkalan dan debit air yang terus menurun sungai ini tidak bisa dilayari lagi. Fungsinya kini beralih sebagai irigasi dan bahan baku air minum bagi sejumlah kota disepanjang alirannya. Adanya beberapa gunung berapi yang aktif di bagian hulu sungai, yaitu Gunung Kelud dan Gunung Semeru menyebabkan banyak material vulkanik yang mengalir ke sungai ini. Hal ini menyebabkan tingkat sedimentasi bendungan-bendungan yang ada di aliran sungai ini sangat tinggi. Merujuk khazanah sastra periode klasik, sungai Brantas inilah yang diduga kuat disebut sebagai Ci Ronabaya dalam naskah Perjalanan Bujangga Manik. Permasalahan pokok di DAS Kali Brantas adalah fluktuasi air permukaan yang ditandai oleh dua peristiwa: kekeringan di musim kemarau dan banjir di musim hujan. Kegagalan panen dan kelaparan menjadi akibat dari kekurangan air di musim kemarau, sebaliknya di musim hujan terjadi bencana yang mengakibatkan korban harta bahkan jiwa. Selain itu, kondisi aliran air Kali Brantas juga terkendala oleh endapan sedimen yang dihasilkan letusan Gunung Kelud (+1.781). Setiap 10 hingga 15 tahun, gunung ini meletus – melontarkan abu dan batu piroklastik ke bagian tengah dari DAS Kali Brantas – yang pada akhirnya menimbulkan gangguan fluvial pada aliran air Kali Brantas (Valiant,) Kondisi Sungai Brantas saat ini ternyata sangat memprihatinkan meski semua orang mengakui fungsinya sangat besar bagi kehidupan masyarakat.Tingkat pencemaran sungai ini telah melewati ambang batas dan berpengaruh terhadap kondisi kesehatan penduduk yang memanfaatkan sungai. Bahan pencemaran berasal dari limbah domestik, pupuk kimia pertanian, limbah taman rekreasi, limbah pasar, limbah hotel, limbah rumah sakit dan limbah industri. Belum lagi rendahnya kesadaran masyarakat terhadap fungsi sungai yang menopang banyak orang di hilir sungai, dengan membuang sampah langsung kealiran sungai sangat membahayakan dan merugikan penduduk. Dengan pesatnya perkembangan Kota Batu menjadi Kota Metamorf, yang telah merubah Kota kecil menjadi kota metropolis jangan sampai merubah keberadaan sungai purba ini tinggal legenda. Kita mempunyai kewajiban untuk terus menjaganya. Sungai Brantas bermata air di Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, yang berasal dari simpanan air Gunung Arjuno, lalu mengalir ke Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, Mojokerto. Di Kabupaten Mojokerto sungai ini bercabang dua manjadi Kali Mas (ke arah Surabaya) dan Kali Porong(ke arah Porong, Kabupaten Sidoarjo). Kali Brantas mempunyai Daerah Aliran Sungai (DAS) seluas 11.800 km² atau ¼ dari luas Provinsi Jatim. Panjang sungai utama 320 km mengalir melingkari sebuah gunung berapi yang masih aktif yaitu Gunung Kelud. Curah hujan rata-rata mencapai 2.000 mm per-tahun dan dari jumlah tersebut sekitar 85% jatuh pada musim hujan. Potensi air permukaan pertahun rata-rata 12 miliar m³. Potensi yang termanfaatkan sebesar 2,6-3,0 miliar m³ per-tahun. Di saat cuaca tak menentu seperti sekarang ini sangat berbahaya jika kita mencoba bermain main dengan sungai Brantas. Sungai yang manis ini akan berubah menjadi Sungai ganas yang dapat meluluhlantakkan apapun yang berada dihadapannya, sehingga kadang kadang keberadaan Sungai Brantas dihubungkan dengan mitos buaya putih penunggu sungai oleh masyarakat. Wallohualam.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap...Bu Prapti...

06 Aug
Balas

Terima kasih bu Umul.Bagaimana kabarnya lama tak bersua sibuk ya?

06 Aug
Balas

alhamdulillah khbar baik bu Prapti...smoga bu Prapti skeluarga juga selalu sehat yaa...

19 Aug

Aminn YRA

19 Aug
Balas



search

New Post