Sridewi Angkat

Sri Dewi Angkat Pegawai Kemenag Dairi ...

Selengkapnya
Navigasi Web

ROMANTIKA HIDUP (bag.1) tagur hari ke 11

Matahari mulai mengeluarkan cahayanya. Rasa hangat mulai mengalir di seluruh tubuh. Saya memandang langit yang tidak terlalu cerah. Saya menarik nafas panjang membuang rasa jenuh yang mulai muncul. Telah lima belas menit saya menunggu orang yang berjanji akan datang, tapi yang berjanjj untuk datang belum juga menampakkan diri. Saya kembali ke ruangan kantor dan meneruskan pekerjaan yang tadi saya hentikan.

Tiba-tiba saya dengar suara ketukan perlahan di pintu diiring ucapan salam. Saya memandang ke arah pintu sambil menjawab salam, ternyata yang saya tunggu sejak tadi yang datang. Bu Hamidah. Perempuan bertubuh langsing itu langsung masuk setelah saya persilakan. Saya persilakan bu Hamidah duduk di hadapan saya yang dibatasi oleh sebuah meja kecil.

Saya persiapkan catatan pribadi guru binaan saya sebelum memulai dialog dengan bu guru berwajah manis ini.

"Sehat bu Hamidah?" Tanya saya membuka percakapan. Bu Hamidah tersenyum cerah dan menjawab, "Alhamdulilah, sehat bu" jawabnya.

"Kita mulai saja ya bu?" Kata saya sambil memperbaiki taplak meja yang berlipat tertiup angin. Bu Hamidah mengangguk.

"Silakan bu Hamidah sampaikan yang ingin ibu sampaikan" saya memberi kesempatan kepada bu Hamidah untuk mencurahkan beban hatinya.

Hampir dua puluh menit bu Hamidah bercerita tentang beban penderitaannya yang diiringi tangis sesenggukan. Saya pun ikut meneteskan air mata. Dari semua cerita bu Hamidah tentang keluarganya dan hubungan antara dia dengan suaminya dalam rumah tangganya saya menyimpulkan bahwa bu Hamidah ini sangat tertekan dan menderita. Dan hal inilah yang membuat bu Hamidah tidak dapat melaksanakan tugasnya sebagai guru. Hadir ke sekolah selalu terlambat, dan di sekolah pun sering melamun. Yang paling membuat saya agak kecewa adalah karena bu Hamidah sudah mengadu ke kantor Peradilan Agama untuk menuntut cerai. Menurut pikiran saya bu Hamidah terlalu cepat mengambil tindakan dengan membuat pengaduan.

"Apakah tidak ada cara lain selain bercerai, bu Hamidah?" Tanya saya penuh selidik. Saya menatap wajah bu Hamidah dengan tajam. Bu Hamidah menunduk. Tangannya bergetar akibat tangisannya .

"Hanya cerai jalan yang terbaik, bu Pengawas" ucap bu Hamidah dengan tegas setelah beberapa saat terdiam. Saya menarik nafas yang terasa berat. Saya membayang kan semua cerita yang telah disampaikan bu Hamidah. Mungkin jika Hamidah itu saya, kemungkinan besar saya pun tidak lah tahan dan mungkin pula akan segera mengadu ke Peradilan Agama.

.

Sdk, 21/09/20

Tagursiana hari ke 11

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semoga menjadi jalan terbaik buat Bu Hamidah. Salam kenal, Bun. Izin memfollow yaaa

21 Sep
Balas

Terima kasih bu Teti Taryani. Terima kasih telah berkunjung. Salam literasi.

22 Sep

Kasian Bu Hamidah

21 Sep
Balas

Syukron atas kunjungannya bu Samsimar.

22 Sep



search

New Post