Pantun Bebas, Bolehkah?
Pantun Bebas, Bolehkah?
Tantangan Menulis Hari ke 89
#TantanganGurusiana
Tanggal 12/04/2020
Sobatku Gurusianer, semoga pagi ini semua dalam semangat, yang tetap optimis. Bahwa dengan optimis, maka segala asa akan bisa kita wujudkan, masa depan ada dalam gengaman kita.
Kemarin saya, bersama Gurusianer yang membaca tulisan ku, telah berhahaha dan hihihi, sambil senyum simpul.
Saat ini pembaca akan saya ajak untuk tertawa renyah, membaca beberapa pantun, dari berbalus pantun, di FB MGI.
Oke sobat Gurusianer, ini hasil facebukan saya hari kemarin tentang pantun, yang di tanggapi oleh teman-teman yang hebat. Sehingga saya punya ide di hari ke 88 dan 89 ini.
Yaitu dari percakapan temen-temen yang mengkomentari, mengapresiasi pantun saya. Dan ungkapan terima kasih saya pada Gurusianer.
Kupersembahkan untuk yang tercinta Gurusianer… trengtengteeeng…
Saya: Kata Pembuaka
Anak itu sungguhlah santun
Merapikan rumah agar mandiri
Pagi-pagi semua berpantun
Aku jadi minder sendiri
Saya: (untuk Bunda Adminah)
Ada batu giok sungguh antik
Itu peninggalan di masa lalu
Terimakasih bunda adminah cantik
Bude selalu berdoa semoga sehat selalu
Dari Bunda Rita Amir :
Mantap… Pantun merendah. Ilmu padi…
Saya: (untuk Bunda Rita Amir)
Di Lautan ada banyak ikan yang mati
Sehingga nelayan berlabuh dan menepi
Kalimat bunda menyejukkan hati
Bude hingga terbuai mimpi
Bunda Murdianah :
Lengkap dah kepiawaian Bude, Puisi oke pantun toop
Saya: (untuk Bunda Murdianah)
Singkong diparut banyaklah saripati
Dimakan sambil main layang-layang
Aaah Bunda yang baik hati
Jangan buat bunda melayang
Dari Bunda Younitha Zakir:
Mantul Bun
Saya: (untuk Bunda Younitha Zakir)
Kurus badan bukan karena banyak pikir
Karena jalan jauh menuju kota Bantul
Terimakasih bunda Younitha Zakir
Bunda juga lebih mantul
Dari Bunda Ciptaning Wiyati:
Merapikan rumah
Agar nyaman dinikmati
Sungguh dikau yang selalu ramah
Aku kan setia sabar mananti.
Saya: (untuk bunda Ciptaning Wiyati)
Bunga mawar bunga melati
Sungguh indah penuh arti
Aku tetep selalu menanti
Dirimu selalu dihati
Dari Bunda Sulfiana Syaibun:
Malam tenggelam awan merarak merah
Kita lari menuju pulau kapul
Janganlah anda terlalu merendah
llmu padi boleh ditiru asal jangan minder selalu
Saya: (untuk Bunda Sulfiana Syaibun)
Bulan purnama bentuknya bulat
Indah menerangi alam buana
Terimakasih atas segala nasehat
Siap jalankan bunda Sulfiana
Dari Bapak As P'na:
Merapikan rumah agar mandiri
Carilah cara supaya bisa terang-terangan
Tidaklah usah minder sendiri
Mari kita minder bareng-barengan
Saya: (untuk Bapak As P’na)
Layangan putus berputer-puter
Di atas halaman penuh rerumputan
Tak baiklah abang ikut minder
Janganlah pula abang ikut-ikutan
Dari Bunda Columba Livia:
Cakeeep...
Saya: (untuk Bunda Columba Livia)
Kita hidup di Indonesia
Jaga pula tata krama dan kebudayaan
Ayo coba bunda lovia
Menulis pantun sambil fb an
Dari Bapak : Otnawri Nawri (Irwan Irwanto)
Santun anaknya lbu Rokhimah
Membantu nyapu dan mencuci
Di saat lockdown ambilah hikman
Jangan suka merendah diri
Saya (untuk Bapak Otnawri Nawri):
Jangan lupa jaga NKRI
Dengan kekuatan tangan sendiri
Baiklah adinda ku Nawri
Bude siap sambil bersih-bersih diri
Saya:
Bapak Tentara isi senjata dengan amunisi
Menjaga negara Bersama Pak Polisi
Di Gurusiana sibuk berpantun dan berpuisi
Daku malu tak bisa partisipasi.
Sekali lagi, maafkan saya yang baru belajar menulis, dan belum bisa membuat pantun dengan benar.
Untuk itu mohon bimbingannya dan mohon tunjukkan seharusnya yang benar bagaimana. Bimbingan dan masukan dari para Gurusianer, sangat saya harapankan. Terimakasih
Gurusianer yang tercinta, selesai saya menyalin pantun berbalas dari temen-temen, saya membuka fb, ada komentar bahwa pantun itu harus bersajak ab, aba. Waduuh apa itu ya? Bagaimana ini? Waah kalau begitu salah pantun saya, harusnya bersajak ab, ab, tapi saya tidak dan belum tahu maksudnya, untuk itu maafkan ya, para pantuner (maksudnya para pemantun).
Sambil menyelesaiakn tulisan ini, ijin sambil buka google, ketemu cara membuat pantun di Made Dwija Putra Tutorial.
Dijelaskan dalam tutorial itu, ada 4 langkah mudah membuat pantun
1. syarat membuat pantun, yaitu
Dalam satu bait terdiri dari empat baris kalimat. Dua baris pertama wajib dan harus berupa sampiran. Dan dua baris terakhir juga harus berupa isi (pesan yang ingin disampaikan) Jumlah suku kata tiap baris antara 8-12 suku kata. Pantun yang indah buatan sendiri wajib bersajak a-b-a-b. Dari syarat-syarat yang disampaikan , sedikit saya sudah mulai memahami
2. Menentukan tema
Seperti halnya karya sastra lain, pantun juga harus punya tema atau topik. Tujuannya agar pantun yang kita buat punya tujuan yang jelas untuk apa dan untuk siapa. Didalam pantun sendiri memiliki tema singkat, diantaranya:
Pantun dengan tema hiburan (jenaka) Pantun dengan tema cinta. Pantun dengan tema nasehat. Pantun dengan tema pendidikan. Dan masih banyak lagi...
Waduh kok langkah selanjutnya, agak bingung ya, sepertinya kita harus mengambil satu tema yang kita kuasai.
Lha boro-boro menguasai, paham saja belum. Cap cus kita lihat saja ya tutorial selanjutnya, agar bisa paham.
3. Menulis isi
Kita di suruh buat isinya dulu, jadi bukan sampirannya.
Untuk isinya bebas, sesuai dengan tema atau topik, kita coba ya, contoh:
1. …………………
2. …………………
3. Tetap harus semangat dan waspada
4. Walau belajar sistem jarak jauh
4. Menulis sampiran
Selanjutnya langkah ke empat adalah membuat sampiran.
Dari isi diatas, kita lihat akhiran baris pertama “tetap harus semangat dan waspada,” dengan akhiran “da”. Isi baris ke dua dari “walau belajar sistem jarak jauh,” akhiranya “uh”
Ada dua akhiran “da dan uh”
1. Sungguh kencang lari si kuda
2. Hingga badan penuh berpeluh
Sampiran sudah jadi, sekarang kita gabung dengan baris isi
1. Sungguh kencang lari si kuda
2. Hingga badan penuh berpeluh
3. Tetap harus semangat dan waspada
4. Walau belajar sistem jarak jauh
Inilah hasil, saya membaca tutorial. Mohon dikoreksi ya Gurusianer.
Salam Literasi
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
maaf pantun yang asal buat pantun... maafkan para pakar pantun... mhn krisanya
Jempol untuk bude yg mau belajar pantun.. Lanjutkan bu de..
makasih sayang, smg bisa... mo ber cerpen ria ga bisa
Wow..lengkap lengkap dengan ulasannya keren Bunda
maksih sayang, belajar ni... sukses untuk karya-karyanya
Mantap bu... cukup detail paparannya tentang pantun...trimakasih ilmunya