Srie Faizah Lisnasari Lubis

Lahir di Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara pada tanggal 25 Februari 1967. Menamatkan pendidikan S1 di Inst...

Selengkapnya
Navigasi Web
 ADA APA DENGAN HATIMU?    (801)

ADA APA DENGAN HATIMU? (801)

Ramadan baru usai, dan banyak sudah orang mukmin/mukminah mulai melakukan puasa 6 hari di bulan Syawal. Dorongan mengerjakan puasa di bulan Syawal, seperti yang dijelaskan pada hadist di atas, di dalam Al-Qur'an surat Al-An'am ayat 160 dijelaskan bahwa setiap satu amal ibadah akan dibalas pahala sepuluh kali lipat. Maka, jika dihitung satu bulan puasa Ramadan dikali 10 sama dengan 10 bulan. Kemudian 6 hari puasa Syawal dikali 10 sama dengan 2 bulan berpuasa. Kesimpulannya, orang yang penuh berpuasa di bulan Ramadan dan ditambah berpuasa 6 hari di bulan Syawal, sama nilainya dengan berpuasa 1 tahun.

Bukan hanya soal pahala puasanya saja, seorang telah melakukan puasa Ramadan, merasa hatinya bebas merdeka sebab, tepat di 1 Syawal, sudah saling bermaaf-maafan satu sama lain, mulai dari keluarga terdekat, hingga keluarga terjauh dan teman. Baik yang dilakukan dengan cara jumpa langsung jika jarak dekat, dan dengan bantuan alat komunikasi jika jauh.

Dalil tentang pentingnya silaturrahmi, terdapat dalam beberapa hadits, seperti: dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah sedekah itu mengurangi harta, dan tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya) kecuali kemuliaan (di dunia dan akhirat), serta tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah kecuali Dia akan meninggikan (derajat)nya (di dunia dan akhirat)." Hadits berikutnya: Rasulullah SAW bersabda, "Iman yang paling utama adalah sabar dan pemaaf atau lapang dada," (HR Bukhari dan Ad Dailami). Berikutnya : "Maafkanlah, niscaya kamu akan dimaafkan (oleh Allah)," (HR at Thabrani). Berikut, hadits yang artinya: "Orang yang paling penyantun di antara kalian adalah orang yang bersedia memberi maaf walaupun ia sanggup untuk membalasnya," (HR Al Anshari). Begitu pentingnya silaturrahmi ini tergambar dari dalil-dalil tersebut.

Berkaitan dengan mulianya kedua bulan tersebut dan dalil yang menguatkannya, alkisah ada seorang wanita yang bercerita ke saya, bahwa dia datang dari luar kota, khusus pulang berhari raya ke kampung halamannya. Di kota tujuannya tersebut, dia memiliki 3 orang saudara kandung yang penting untuk dikunjunginya dan untuk bersilaturrahmi. Namun yang terjadi adalah, dia hanya berkunjung kepada satu orang saudaranya saja, yang dua lagi, satunya dia telpon untuk mohon maaf lahir dan batin (walaupun jarak tempat tinggal saudaranya dengan tempat dia bermalam, tidak terlalu jauh), sedang satunya lagi dia tidak menghubunginya. Dia menilai karena saudaranya tersebut masih level adik, makanya dialah yang berkewajiban menghubungi kakaknya, kalau tidak maka dia juga akan melakukan hal yang sama. Sampai dia pulang kembali ke kota tempatnya merantau, mereka tidak saling bermaafan dan tidak saling tatap muka. Malah cacian dan sumpah yang keluar dari mulutnya.

Melihat kondisi ini, maka dapat kita kaji bahwa sikap yang seperti itu merupakan sikap orang berpenyakit hati. Hawa nafsunya mengikuti perintah untuk merasa benar dengan sikapnya tersebut. Padahal orang-orang seperti ini, termasuk merugi, mengapa? Karena di saat tiba Ramadan sebagai bulan pengampunan dosa, dan ketika Syawal saatnya orang saling bermaaf-maafan, dia tidak mengambil kesempatan tersebut. Malah yang dilakukannya adalah bersuuzon terhadap saudaranya tersebut.Hal ini membuat dirinya rugi sendiri, tidak mendapatkan pahala seutuhnya, malah pahalanya berkurang karena hawa nafsu memutuskan tali silaturrahminya tersebut terhadap saudaranya.

Dengan demikian, orang tersebut mestinya menambah pengetahuannya dulu tentang hikmah berpuasa di kedua bulan tersebut, lalu dibangunnya sikap berpikiran positif tentang pentingnya silaturrahmi apalagi dengan saudara kandung, dan kemudian dia dengan suka rela melakukannya. Mari kita sama introspeksi dan perbaiki diri. (srie2502)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post