Srie Faizah Lisnasari Lubis

Lahir di Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara pada tanggal 25 Februari 1967. Menamatkan pendidikan S1 di Inst...

Selengkapnya
Navigasi Web
LANTAS, APA YANG TELAH KAU LAKUKAN?   (802)

LANTAS, APA YANG TELAH KAU LAKUKAN? (802)

Semua orang tua berharap anak-anak mereka dapat hidup bahagia, tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat. Untuk mencapai tujuan tersebut, orang tua rela melakukan apa saja seperti memberikan pendidikan dan fasilitas terbaik, serta berupaya menjadi teladan bagi mereka agar anak-anak memiliki contoh nyata tentang harapan orang tua terhadap mereka.

Upaya orang tua ini tidaklah tanpa alasannya; mereka berharap agar anak-anak dapat hidup bahagia di dunia, sehingga mereka akan lebih mudah untuk mencari kebahagiaan di akhirat. Sebagai contoh, kebahagiaan di dunia bisa diukur dengan memiliki harta yang berlimpah. Dengan memiliki kekayaan tersebut, anak-anak dapat dengan bebas beramal soleh, sehingga kekayaan tersebut menjadi berkah. Dalam do’a, sering kita munajadkan: “ ya Allah berikanlah kami rezeki berkah dan berlimpah…”. Begitu pula, ketika anak memiliki pasangan yang saleh/salehah, mereka akan mendapatkan dukungan dan ketabahan dalam menghadapi cobaan hidup. Namun, contoh soal pasangan hidup ini, hanya akan dipahami anak dengan baik jika orang tua mereka menjadi teladan baik bagi mereka.

Setelah melakukan segala upaya dilakukan bagi anak-anak untuk bahagia di dunia dan di akhirat, langkah berikutnya yang penting bagi orang tua adalah berdoa dan berserah diri kepada Allah atas segala usaha yang telah dilakukan, karena, sebagaimana diungkapkan dalam pepatah Arab, "la haula wala quwwata illa billahil ‘aliyil adzim", yang berarti tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.

Banyak contoh kisah dalam sejarah Islam tentang para Nabi yang menghadapi tantangan karena keluarga mereka tidak mengikuti ajakan keimanan mereka. Berikut beberapa di antaranya: Nabi Nuh (Noah): Salah satu kisah yang paling terkenal adalah kisah Nabi Nuh dan keluarganya. Meskipun Nabi Nuh dengan gigih mengajak kaumnya untuk beriman kepada Allah dan meninggalkan penyembahan berhala, termasuk keluarganya sendiri, hanya sedikit yang mempercayainya. Bahkan, istri dan sebagian besar anak-anak Nuh menolak iman tersebut. Akibatnya, ketika banjir besar datang, keluarga Nuh tidak diselamatkan, kecuali yang beriman bersamanya; Nabi Luth (Lot): Kisah Nabi Luth juga mencatat bahwa keluarganya tidak mempercayai ajakan keimanannya. Nabi Luth diutus untuk memperingatkan kaumnya yang terlibat dalam perbuatan homoseksual dan kemaksiatan lainnya. Meskipun Nabi Luth berusaha keras untuk memperbaiki mereka, hanya sedikit yang mendengarkan. Bahkan, istri Nabi Luth berada di antara mereka yang menolak kebenaran yang diajarkan oleh suaminya. Akibatnya, mereka semua dihancurkan bersama dengan kota mereka yang terkenal, Sodom dan Gomora;

Berikutnya kisah Nabi Ibrahim (Abraham): Meskipun tidak secara langsung menolak iman Nabi Ibrahim, ayahnya, Azar, adalah seorang penyembah berhala yang menentang ajakan keimanannya. Ibrahim berusaha keras untuk membujuk ayahnya agar meninggalkan penyembahan berhala, tetapi usahanya sia-sia. Ayah Ibrahim bahkan mengancam akan merajamnya jika tidak menghentikan ajakannya. Meskipun begitu, Nabi Ibrahim tetap teguh dalam imannya kepada Allah; Nabi Yusuf (Joseph): Dalam kisah Nabi Yusuf, meskipun tidak terlalu menekankan pada perlawanan terhadap agama, ada elemen di mana saudara-saudaranya tidak menyukai posisi Yusuf di depan ayah mereka. Mereka mengatur untuk membunuh atau membuangnya ke dalam sumur, sebagian karena rasa cemburu dan iri. Meskipun Yusuf adalah seorang nabi yang saleh, saudara-saudaranya tidak mengikuti ajarannya dengan baik. Kisah-kisah ini menyoroti tantangan yang dihadapi oleh para nabi dan rasul dalam menegakkan kebenaran dan keimanan, bahkan di hadapan keluarga mereka sendiri yang kadang-kadang tidak mempercayai pesan yang mereka sampaikan.

Pada akhirnya, yang dapat dilakukan sebagai orang tua hanyalah bermunajad kepada Allah, Allah Yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu, Allah yang membolak-balikkan hati manusia. Manusia hanya dapat berikhtiar, namun Allah yang menentukan akhirnya. Bagi beberapa orang tua yang merasa kecewa bahkan putus asa dengan kelakuan anaknya karena tidak seperti yang diharapkannya, padahal sudah melakukan hal terbaik bagi anak-anaknya, maka tingkatkanlah istighfar dan munajad kepada Allah, sebab itu semua sudah berada di luar kemampuan dan kekuasaan manusia. Gunakan sikap sabar, syukur dan ikhlas di dalam menghadapi keadaan apapun di dalam hidup. InsyaAllah diberikan jalan keluar yang terbaik untuk setiap masalah yang dihadapi. (srie2502)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sangat mencerahkan. Terimakasih Ibu.

20 Apr
Balas



search

New Post