Srie Faizah Lisnasari Lubis

Lahir di Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara pada tanggal 25 Februari 1967. Menamatkan pendidikan S1 di Inst...

Selengkapnya
Navigasi Web
  TIBA-TIBA TERINGAT MATI   (516)

TIBA-TIBA TERINGAT MATI (516)

Membaca berita hari ini di sosial media (sosmed), melalui video amatiran, terlihat sepasang remaja muda-mudi yang berpakaian “couple”, meninggal di tempat sehabis tabrakan hebat dengan angkot. Dalam posisi terkapar, dan masih menggelepar saat meregang nyawa, secara gamblang dishare melalui video tersebut. Pemandangan yang sangat miris memang, namun memberi pelajaran hebat bagiku yang melihatnya, dan terus terang membuat hatiku ciut (takut), dan mendadak taubat. Ternyata kematian sangat dekat dengan diri manusia setiap detiknya. Bukankah sepasang remaja tersebut, tadinya masih berangan-angan akan “happy-happy”, dan tidak terpikir bahwa ternyata hari itu adalah hari terakhir mereka hidup di dunia ini?

Mulai aku membenahi otak dan hatiku, yang beberapa detik yang lalu masih berpikir akan kebahagiaan di dunia ini, memperbaiki rumah kediaman, mengganti kenderaan yang lebih baik, membeli ini dan itu, mau ini dan itu, seolah umurku masih panjang dan tidak akan mati di waktu yang dekat. Aku terdiam sejenak, bahwa apa yang baru beberapa detik kufikirkan itu, ternyata akan sia-sia kalau kematian ternyata sudah dekat dan sedang mengintaiku. Sebaiknya aku harus segera bersiap bekal, untuk perjalanan akhirat yang masih sangat panjang. Sementara semua yang ada di dunia ini, akan dimintai pertanggungjawabannya, seperti: waktu yang diberikan, untuk kegiatan apa dihabiskan, harta yang dititipkan, darimana diperoleh dan untuk apa digunakan, dan seterusnya pertanyaan itu berkecamuk dalam hatiku. Apakah “hablumminallahku” (hubunganku dengan Allah) sudah sesuai? Dan apakah “hablumminannasku” (hubunganku dengan sesama manusia), juga sudah aman?

Aku teringat dengan tetangga depan rumahku, keluarga yatim berkekurangan. Sang suami meninggalkan istri yang tidak berpenghasilan tetap dan anak-anak masih kecil yang membutuhkan biaya untuk hidup sehari-hari dan untuk pendidikan mereka. Selama ini, aku tidak pernah berencana baik untuk memberikan bantuan bagi mereka, hanya sekedarnya saja, sementara aku dan keluargaku menikmati hidup dengan berkecukupan.

Ada lagi sepupuku, yang ditinggal kedua orang tua mereka dalam keadaan mental di bawah rata-rata. Allah memang menjamin rezeki mereka, terbukti dari mereka tidak pernah berkekurangan dalam hal makanan, tapi itu juga bukan berasal dari perhatian dan rezeki yang kubagikan. Tiba-tiba aku teringat dengan surah Al Ma’un yang artinya sebagai berikut: (1) Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?; (2) Maka itulah orang yang menghardik anak yatim; (3) dan tidak mendorong memberi makan orang miskin; (4) Maka celakalah orang yang salat; (5) (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya; (6) yang berbuat riya; (7) dan enggan (memberikan) bantuan.

Astaghfirullahal adzim, semua bunyi ayat tersebut, seolah sedang tertuju pada diriku. Ampuni hamba-Mu ini ya Allah. Hamba mau bertaubat, saat ini juga. Hamba ingin kembali kepada-Mu dalam keadaan Husnul Khotimah, jangan biarkan hamba berada dalam kesesatan. Berikan hamba petunjuk dan tuntunan dalam menjalankan agama-Mu, mengerjakan semua perintah dan meninggalkan semua larangan-Mu. (srie2502)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post