Menatap Senja
Ana mulai menyiapkan dirinya untuk bisa tampil maksimal dihadapan para mahasiswa ketika nanti Ia mulai menjadi asisten Bu Dewi. Ia terus belajar dan berharap jika nanti Bu Dewi akan merasa puas dengan kerjanya.
Ana juga berlatih setiap hari sambil menjelaskan materi di depan Mamanya dan berbicara seolah Ia sedang menjadi seorang dosen, Kemampuan Ana memang tak diragukan lagi, namun Ia tetap menjadi pribadi yang rendah diri. Ia selalu baik pada siapapun, bahkan hingga orang yang menyakitinya. Ana tak pernag merasa paling pintar, Ia adalah sosok perempuan yang sangat dikagumi. …Ya…siapa sih laki-laki yang tak jatuh hati padanya, bohong kalau tak mengaguminya.
“Ma…Aku disuruh Bu Dewi ke rumahnya?”
“Ada apa sayang?”
“Bu Dewi cuma nyuruh aku datang ke rumahnya ambil bahan untuk ngajar.”
“Ya sudah…kamu hati-hati ya.”
“Iya Ma…aku pamit ya.”
Ana mengendarai motornya dan melaju ke arah rumah Bu Dewi. Jarak tempuh ke rumah Bu Dewi kurang lebih empat puluhlima menit. Ana berjalan santai menuyusuri jalanan yang tampak lengang. Ana tiba di rumah Bu Dewi lima menit lebih awal.
“Assalamualaikum…Ibu…”
Ana memencet bel rumah yang tampak mewah itu.”
‘Waalaikumsalam, mau ketemu Ibu ya mbak?”
“Oh iya Bu, Bu Dewi ada?”
“Ada mbak, sudah buat janji?”
“Bu Dewi yang suruh saya kesini.”
“Sebentar ya mbak, silakan duduk, sebentar Ibu saya panggil.”
Tak berapa lam Bu Dewi pun datang menghampiri Ana yang sedang duduk manis di ruang tamu sambil memandang kea rah foto yang terpajang di dinding ruang taamu itu.Hatinya bergetar ketika melihat foto tersebut, bukan karena orang yang ada di foto itu tapi latar foto itu yang membuat Ana harus teringat kembali Cambridge university.
“Ana…kamu sudah lama?”
Ana terdiam tak menjawab pertanyaan Bu Dewi.
“Ana…”
Bu Dewi memegang pundak Ana.
“Eh…..Bu, maaf saya nggak dengar tadi, maaf ya Bu.”
“Kamu melamun ya Na…apa yang lagi kamu pikirin Na?”
“Nggak ada Bu.”
“Oh iya..saya suruh kamu datang kesini karena besok saya bernagkat ke luar kota untuk mengikuti pelatihan kurang lebih satu minggu. Jadi kamu sudah siap kan jadi asisten saya selama saya pergi.”
“Insyaallah siap Bu.”
“Nah…ini buku-buku yang juga harus kamu pelajari, supaya kamu punya banyak referensi ketika mengajar.”
“Iya Bu,,,siap.”
Bu Dewi melakukan brefing ke Ana terkait tugasnya selama Bu Dewi bernagkat pelatihan. Ana mendengarkan penjelasan Bu Dewi dengan seksama. Ia tak mau membuat Bu Dewi kecewa, apalagi saat ini namanya dipertaruhkan sebagai asisten Bu Dewi. Belum lagi yang akan dihadapinya juga kakak kelasnya . Tapi Ana sudah bertekad dan ingin membuktikan pada Bu Dewi dan juga semua orang, bahwa tak ada yang tak bisa selagi kita terus belajar dan berusaha agar semua berjalan sesuai yang ditetapkan.
Setelah selesai Ana pun kembali ke rumahnya. Kini Ia fokus ke kuliahnya dan juga menjadi asisten Bu Dewi. Ana berusaha tetap tegar meskipun beberapa kali harus jatuh dan gagal menuju garis finish.Tapi ia telah teruji dengan kondisi saat ini,
Ikuti kelanjutannya!
Asahan, 2 April 2024
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap